Cerita Sejarah Kerajaan Besar Jadi Andalan Tipuan Toto
Cerita tentang sejarah berbagai kerajaan besar jadi andalan Toto Santoso menggaet minat masyarakat ikut dalam Keraton Agung Sejagat. Kisahnya kerap disampaikan lewat sejumlah pelatihan dan pertemuan khusus.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
PURWOREJO, KOMPAS-Cerita tentang sejarah berbagai kerajaan besar jadi andalan Toto Santoso menggaet minat masyarakat ikut dalam Keraton Agung Sejagat. Kisahnya kerap disampaikan lewat sejumlah pelatihan dan pertemuan khusus.
Kisah itu, sudah dihembuskan Toto saat kelompok ini masih bernama Purworejo Development Committee (Purworejo Dec). Organisasi ini mengklaim berlandaskan sejarah dan budaya.
Sri Utami, warga Desa Pogung Tengah, Kecamatan Bayan, Purworejo, sempat aktif dalam Purworejo Dec selama dua tahun, 2014-2016. Dia mengikuti pelatihan selama satu minggu di Yogyakarta. Saat itu, Toto banyak bicara tentang sejarah kerajaan-kerajaan di dunia.
“Dia banyak bercerita tentang Firaun dan kerajaan-kerajaan di Mesir,” ujarnya, Jumat (17/1/2020).
Cerita tentang sejarah kerajaan itu disampaikan sebagai materi pelatihan. Dalam pelatihan, Totok kerap menjadi pemateri utama. Biasanya, dia selalu bercerita lama, lebih dari satu jam.
Pelatihan selalu dilaksanakan malam hari, dan berakhir larut malam. Saat berangkat dan pulang, Sri selalu pergi bersama dengan sejumlah warga lainnya dengan menggunakan kendaraan sewaan.
Melihat perkembangannya saat ini, Sri menyimpulkan cerita Totok tentang kerajaan-kerajaan dunia hanya pembukaan. Semuanya dipakai sebagai dasar pembentukan Keraton Agung Sejagat (KAS).
Sri sebenarnya tidak memahami benar tujuan pelatihan dan materi yang disampaikan. Menurut dia, satu-satunya faktor pendorongnya ikut serta hanya karena iming-iming pekerjaan bergaji besar dalam bentuk dollar Amerika Serikat.
Setelah pelatihan di Yogyakarta, masih ada dua hingga tiga kali pelatihan yang diselenggarakan di Bandung. Namun, karena alasan tidak memiliki biaya transportasi, dia menolak ikut.
Selain pelatihan, anggota juga diminta memberi fotokopi KTP, dan kartu keluarga. Mereka juga dibebani biaya seragam dan kartu keanggotaan. Besaran biaya tersebut bervariasi, tergantung pada pangkat.
Sri yang diberi gelar bintang dua, harus membayar Rp 3 juta, meski baru dibayar Rp 1,5 juta. Sri diberi seragam berwarna cokelat gelap, baret dan simbol bintang kuning.
Ketika itu, Sri mengatakan, semua anggota Purworejo Dec sudah dibagi menjadi tim-tim khusus dengan wilayah kerja bumi, air dan udara. Namun, karena belum sempat melakukan kegiatan apa-apa, semua anggota tim, termasuk Sri, urung menjalankan tugas.
Kepala Seksi Pemerintahan Desa Pogung Jurutengah, Setyono Eko Pratolo, mengatakan,empat bergabung dengan Purworejo Dec tahun 2015. Namun, dia tidak ingat lagi semua cerita yang disampaikan Totok saat pelatihan.
Tahun 2019, dia kembali dihubungi oleh rekannya, sesama anggota Purworejo Dec, untuk kembali bergabung dalam format organisasi yang berbeda yang diberi nama KAS.
Sekalipun mengaku tidak terlalu aktif, Eko mengatakan, sempat mendengarkan cerita Toto perihal kerajaan pada saat sidang KAS, Minggu (12/1). Ketika itu, kisahnya tentang Kerajaan Majapahit. Eko mengaku, dirinya terkesan dengan penjelasan Toto.
“Ceritanya sangat meyakinkan, sehingga saya pun seketika percaya dan yakin bahwa yang diceritakannya sungguh benar adanya,” ujarnya.