Di Solo, kolaborasi keberagaman seni budaya dari etnis yang berbeda bisa menjadi atraksi menarik untuk pengembangan pariwisata.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYO
·2 menit baca
SOLO, KOMPAS — Masyarakat Solo, Jawa Tengah, diajak terus merawat kebinekaan yang telah terjalin baik selama ini. Keberagaman seni budaya dari etnis yang berbeda jika dikolaborasikan dapat menjadi atraksi menarik untuk pengembangan pariwisata.
Demikian pesan yang diusung dalam penyelenggaraan acara tahunan karnaval budaya Grebeg Sudiro di Solo, Minggu (19/1/2020). Grebeg Sudiro yang digelar sejak tahun 2008 kali ini mengangkat tema ”Bersinergi Merawat Kebinekaan”.
Karnaval budaya yang merupakan puncak acara Grebeg Sudiro dimulai dari depan Pasar Gede, Solo. Karnaval ini diikuti sekitar 2.000 peserta yang terbagi dalam 62 kelompok. Para peserta antara lain warga Kelurahan Sudiroprajan serta kelompok-kelompok seni dan budaya dari Solo dan daerah lain. Mereka antara lain menyajikan atraksi barongsai dan liong, reog, jaran kepang, serta peserta-peserta yang berpakaian wushu dan mengenakan pakaian tradisional Tionghoa dan Jawa.
Warga berdesak-desakan menonton jalannya karnaval di kawasan Pasar Gede. Mereka merangsek ke jalan yang menjadi rute karnaval sehingga membuat peserta tidak leluasa berjalan bahkan menyulitkan peserta menampilkan atraksi-atraksi seni.
Ketua Panitia Grebeg Sudiro 2020 Arga Dwi Setyawan mengatakan, Grebeg Sudiro digelar untuk mengangkat potensi yang dimiliki kelurahan Sudiroprajan yang dikenal sebagai kampung pembauran masyarakat Jawa dan Tionghoa. Karena itu, Grebeg Sudiro pun menyajikan kolaborasi seni budaya Jawa dan Tionghoa.
Kolaborasi itu menjadi atraksi yang menarik disajikan kepada masyarakat luas untuk pengembangan pariwisata dan pemberdayaan ekonomi warga. Kegiatan ini sekaligus menjadi wahana untuk merawat integrasi sosial warga Solo yang multikultur.
”Grebeg Sudiro merupakan kegiatan budaya untuk menjunjung nasionalisme, pluralisme, kebinekaan, dan integrasi sosial di Solo, menyinergikan budaya Jawa dan Tionghoa,” katanya.
Grebeg Sudiro merupakan kegiatan budaya untuk menjunjung nasionalisme, pluralisme, kebinekaan, dan integrasi sosial di Solo, menyinergikan budaya Jawa dan Tionghoa
Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo mengatakan, Grebeg Sudiro merupakan gambaran nyata kemajemukan yang terjalin dengan baik selama ini di Solo. Peserta dan masyarakat umum yang datang menonton tidak melihat perbedaan etnis, agama, ataupun suku. Masyarakat menerima, saling menghargai dan menghormati perbedaan itu. ”Marilah kita jaga, kita rawat kemajemukan ini agar Solo tetap nyaman, kondusif, dan aman. Kita bermasyarakat dengan damai dan sejahtera,” katanya.