Drum Avtur Kodam Pattimura Ditemukan di Perairan Tual
Drum berisi avtur yang diangkut Kapal Layar Motor Panji Saputra milik Komando Daerah Militer XVI/Pattimura dan dilaporkan hilang kotak pada 18 Januari, ditemukan di perairan sekitar Kota Tual.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·4 menit baca
AMBON, KOMPAS - Pencarian Kapal Layar Motor Panji Saputra pengangkut avtur milik Komando Daerah Militer XVI/Pattimura beserta enam orang di dalamnya, yang diduga hilang kontak di Laut Banda, Maluku, mulai menemukan titik terang. Pada Selasa (21/1/2020) petang, ditemukan drum berisi avtur di perairan sekitar Kota Tual. Pencarian selanjutnya akan difokuskan di wilayah tersebut.
Kepala Kantor SAR Ambon Muslimin di Ambon, pada Selasa malam mengatakan, pencarian pada Rabu besok akan dibantu pesawat udara dari Komando Armada Wilayah III. Pesawat itu akan terbang dari pangkalan di Sorong menuju perairan Tual. "Rute Sorong-Pulau Kur untuk mendukung pencarian terkait penemuan drum avtur," kata dia.
Drum avtur milik Kodam Pattimura itu diangkut dengan kapal kecil milik warga. Dari Ambon, avtur sedianya dibawa ke Saumlaki di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, kemudian ke Moa di Kabupaten Maluku Barat Daya. Avtur itu menurut rencana untuk bahan bakar helikopter yang digunakan Panglima Kodam Pattimura Mayor Jenderal Marga Taufiq. Taufiq berencana melakukan patroli di perbatasan Maluku.
Total avtur yang diangkut sebanyak 25 drum atau 5.000 liter. Enam orang yang ikut dalam kapal itu adalah dua prajurit TNI Kodam Pattimura atas nama Sersan Dua Aswadin Alin dan Prajurit Satu Midun. Sisanya, tiga awak kapal atas nama La Mufik, La Jau, dan Ongki, serta seorang lagi yang belum diketahui identitasnya. Hingga Selasa ini, nasib mereka belum diketahui.
Muslimin mengatakan, pencarian masih terus dilanjutkan hingga hari ketujuh terhitung sejak 18 Januari. Jika perlu dilanjutkan, pihaknya masih akan memperpanjang hingga tujuh hari berikutnya. Jika tidak juga menemukan hasil, operasi akan ditutup. "Nanti akan dievaluasi lagi," katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kapal Layar Motor Panji Saputra yang membawa muatan melebihi kapasitas, memaksa berlayar di tengah gelombang tinggi tanpa mengantongi persetujuan berlayar dari otoritas pelabuhan setempat. Kapal keluar dari Pelabuhan Slamet Riyadi pada 7 Januari dan diperkirakan tiba pada 12 Januari. Kapal baru dilaporkan hilang kontak oleh pihak Kodam Pattimura kepada Kantor SAR Ambon pada 18 Januari.
Proses pemuatan avtur dilakukan di Pelabuhan Batu Merah Ambon pada 3 Januari. Pihak pelabuhan berulangkali melarang kapal berbobot mati hanya 6 gross ton itu untuk berlayar. Saat itu, tinggi gelombang di Laut Banda mencapai 3 meter. Kapal lalu berpidah ke Pelabuhan Slamet Riyadi di dekat Pelabuhan Batu Merah. Pihak kapal dan anggota TNI yang ikut kapal, bersikeras tetap berangkat. Pihak pelabuhan pun tak kuasa menahan mereka.
Ethly Johannis Alfaris dari bagian Humas Kesyahbadaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas I Ambon mengatakan, kejadian yang dialami Kapal Layar Motor Panji Saputra menjadi pelajaran berharga bagi semua operator kapal. Setiap kapal yang hendak berangkat agar mematuhi prosedur tetap dalam berlayar, yakni mengajukan surat persetujuan berlayar kepada pihak kesyahbadaran.
"Dengan begitu ada petugas kami yang akan memeriksa kelaikan kapal, kapasitas muatan, jenis barang yang dimuat, alat-alat keselamatan kapal, dan juga mempertimbangkan kondisi cuaca pada jalur yang akan dilewati kapal. Kalau aspek keselamatan pelayaran dipenuhi baru bisa diizinkan untuk berlayar," katanya.
Sebelumnya, Kepala Penerangan Kodam Pattimura Kolonel (Inf) Jansen Simanjuntak mengatakan, menurut rencana, avtur digunakan untuk bahan bakar helikopter Kodam. Menurut Jansen, penggunaan kapal milik warga itu lantaran keterbatasan kapal milik Kodam. Saat ditanya mengenai ukuran kapal sewaan yang sangat kecil dan tidak ada surat izin berlayar, ia enggan berkomentar lebih jauh. ”Faktor X itu nanti saja. Sekarang ini fokus dulu pada pencarian korban. Ini tentang kemanusiaan,” ujarnya.
Menurut prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Pattimura Ambon, angin kencang dan gelombang tinggi terjadi di hampir seluruh wilayah perairan Maluku. Kecepatan angin mencapai 20 knot atau 37,04 kilometer per jam. Angin berembus dari arah barat dan barat laut. Warga biasa menyebutnya musim barat. Musim cuaca buruk ini masih berlangsung hingga Februari.
Sementara itu, ketinggian gelombang laut mencapai 2,5 meter. Dalam keterangan resminya, Prakirawan Cuaca Stasiun Meteorologi Pattimura Ambon Ni Luh Made Kartika mengatakan, tinggi gelombang maksimum bisa mencapai dua kali lipat dari tinggi gelombang yang diperkirakan. Tinggi gelombang maksimal diperkirakan melanda Laut Banda, Laut Seram, perairan di Kepulauan Tanimbar dan Maluku Barat Daya.