Harimau Diduga Terlibat Konflik dengan Manusia di Sumsel Ditangkap
Seekor harimau sumatera yang diduga terlibat konflik dengan manusia masuk perangkap milik Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Selatan, Selasa (21/1/2020).
Oleh
Rhama Purna Jati
·3 menit baca
MUARA ENIM, KOMPAS-Seekor harimau sumatera yang diduga terlibat konflik dengan manusia masuk perangkap milik Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Selatan, Selasa (21/1/2020). Harimau itu akan mendapat perawatan lebih lanjut di Tambling Wildlife Nature Conservation Lampung, sebelum dilepasliarkan ke tempat aman.
Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) itu masuk perangkap di Desa Pelakat, Kecamatan Semendo Darat Ulu, Kabupaten Muara Enim, yang dipasang sejak dua hari sebelumnya. Masuk perangkap pukul 07.30, lokasi penangkapannya di perbatasan antara hutan lindung dengan kebun kopi masyarakat setempat.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Lahat di Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumsel Martialis Puspito mengatakan, pemasangan perangkap itu berawal dari jejak harimau yang terlihat di sejumlah tempat. Sebelum diletakan di Desa Pelakat, harimau itu diduga berkeliaran di Desa Babakan, Kecamatan Semendo Darat Laut, Kabupaten Muara Enim.
"Dalam dua hari terakhir, harimau itu berpindah dari Desa Babakan ke Desa Pelakat. Itulah sebabnya, dua perangkap itu dipindahkan ke Pelakat," kata Martialis. Di setiap perangkap dipasang umpan berupa anjing dan kambing.
Melihat dari pergerakannya, Martialis menduga harimau ini terlibat konflik dengan manusia dalam tiga bulan terakhir. Konflik terjadi di Pagar Alam, Lahat, dan Muara Enim. Konflik itu menelan enam korban jiwa.
Martialis mengatakan, pergerakan harimau itu menjelajah di pinggiran hutan lindung serta bergerak masuk dan keluar dari kawasan hutan. Harimau itu juga mendekati pondok milik masyarakat. Pergerakan seperti itu sama seperti konflik satwa dan manusia di Desa Pulau Panas, Kecamatan Tanjung Sakti Pumi, Kabupaten Lahat dan Desa Tebat Benawa, Kecamatan Dempo Selatan, Kota Pagar Alam.
"Harimau ini cenderung mendekati manusia. Berlawanan dengan sifat asli harimau yang kerap menjauhi manusia," ungkap Martialis.
Kepala BBKSDA Sumsel Genman Suhefti Hasibuan berujar, harimau ini akan dibawa ke Tambling Wildlife Nature Conservation Lampung untuk mendapat perawatan lebih lanjut. "Mengenai tempat pelepasliaran tergantung kesepakatan pakar harimau," ucapnya.
Harimau ini cenderung mendekati manusia. Berlawanan dengan sifat asli harimau yang kerap menjauhi manusia. (Martialis)
Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Dempo Ardiansyah Fitri mengungkapkan, penangkapan harimau diharapkan dapat memulihkan kembali kepercayaan masyarakat datang ke Pagar Alam. Di KPH Dempo, terjadi sejumlah konflik yang sampai menelan korban jiwa di Desa Tebat Benawa, Kecamatan, Dempo Selatan.
"Masyarakat diharapkan tidak takut lagi beraktivitas," kata dia.
Akibat konflik satwa yang muncul selama ini, banyak wisatawan takut datang ke Pagar Alam. Gubenur Sumsel Herman Deru mewajibkan semua instansi mengadakan kegiatan di Pagar Alam guna memulihkan kembali jumlah kunjungan wisata di sana.
Akan tetapi, di samping semua itu, Ardiansyah mengatakan, pemulihan lahan kritis di kawasan hutan lindung harus jadi prioritas. Tahun lalu, 620 hektar lahan kritis di dalam hutan lindung ditargetkan bakal dipulihkan. Tahun ini, targetnya bakal dilakukan pemulihan 1.400 hektar lahan hutan lindung.
"Dengan pemulihan ini, diharapkan ekosistem satwa liar di dalam hutan lindung dapat membaik termasuk masa depan kehidupan harimau," kata Ardiansyah.