Anomali Cuaca Masih Terjadi, Antisipasi Bencana Ditingkatkan
Anomali cuaca masih terjadi di sejumlah daerah di Jawa Tengah dan diperkirakan berlangsung hingga Maret 2020. Kesiapsiagaan terus diakukan oleh sejumlah instansi, begitu juga koordinasi, agar bencana diantisipasi.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS - Anomali cuaca diperkirakan masih melanda sejumlah daerah di Jawa Tengah dan diperkirakan berlangsung hingga Maret 2020. Kesiapsiagaan terus diakukan sejumlah instansi, termasuk penguatan koordinasi agar bencana dapat diantisipasi sedini mungkin.
Di sejumlah daerah tersebut, perubahan cuaca dari panas menjadi hujan deras hanya berselang 1-2 hari, bahkan bisa terjadi di hari yang sama. Pada Sabtu (25/1/2020) misalnya, terjadi hujan deras seperti Kabupaten Jepara, Demak, Kudus, dan Kota Semarang. Namun, pada Minggu dan Senin (26-27/1/2020), umumnya cuaca kembali panas. Kesiapsiagaan pun ditingkatkan.
Koordinator Basarnas Kantor SAR Jepara, Wisnu Yuas, Senin (27/1), mengatakan, kondisi cuaca berubah-ubah. “Dalam beberapa hari ini mendung-panas bergantian. Kami terus bersiaga, baik personel maupun peralatan. Koordinasi juga terus kami lakukan,” kata Wisnu, dihubungi dari Semarang.
Sebelumnya, hujan lebat terjadi di sejumlah daerah di Jateng, antara lain Kabupaten Jepara, Demak, Kudus, dan Kota Semarang pada Sabtu (25/1/2020) siang hingga malam. Di Jepara, hujan merata hampir di seluruh wilayah dan menyebabkan genangan di beberapa titik. Satu orang meninggal akibat terseret arus.
Dari informasi yang dihimpun, korban ialah Ning Susan (35) asal Desa Karanggondang, Kecamatan Mlonggo, Jepara. Sejak meninggalkan rumah dengan sepeda motor pukul 18.30, korban tak kembali. Esok harinya, Minggu (26/1/2020) pagi, korban ditemukan dalam keadaan meninggal di sekitar Tanggul Kali Sentono.
Korban diduga terseret arus saat melewati jembatan yang tergenang banjir. Pada Minggu pagi, sepeda motor korban juga ditemukan di sekitar kali. “Sempat dilakukan pencarian, tetapi hujan masih deras dan merata hingga Sabtu malam. Pada Minggu pagi, ditemukan warga yang hendak ke sawah. Demikian informasi yang diterima,” ujar Wisnu.
Di Demak, sejumlah kecamatan yang rawan terdampak banjir di antaranya Kebonagung, Wonosalam, Guntur, Karangtengah, Bonang, yang dilalui aliran Sungai Tuntang. Juga Kecamatan Karanganyar dan Mijen, yang dilalui Sungai Wulan. Pada Kamis (9/1), tanggul Sungai Tuntang di Desa Trimulyo, Guntur jebol. Kini, kemajuan penanganan sudah 90 persen.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Demak, Suprapto, menuturkan, antisipasi utama ialah koordinasi dengan berbagai instansi di daerah selatan. Di antaranya Kota Salatiga, Kabupaten Semarang, dan Kabupaten Grobogan.
“Koordinasi diperkuat. Ini penting karena Demak ini posisinya di bawah atau hilir. Komunikasi terus dilakukan sebab apabila terjadi hujan deras di daerah atas, kami bisa mengantisipasi lebih dini dengan mengecek kemampuan tanggul,” kata Suprapto.
Di Kota Semarang, Posko Terpadu Siaga Banjir di Wisma Perdamaian, beroperasi mulai Kamis (9/1/2020) hingga akhir Maret 2020. Di sana, terdapat sejumlah layar yang memperlihatkan kondisi cuaca dari BMKG dan kondisi debit air di sejumlah bendungan dari Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana.
Selain itu perkiraan cuaca Jawa Tengah diperbarui setiap hari. “Posko ini beroperasi 24 jam dan terbagi dua shift. Personel terdiri dari berbagai OPD (organisasi perangkat daerah) di Pemprov Jateng, juga sejumlah instansi lain seperti BMKG,” kata Azizah dari Sekretariat Posko Terpadu Siaga Banjir Jateng.
Sebelumnya, Penjabat Sekretaris Daerah Jateng, Herru Setiadhie menjelaskan, bahwa posko tak hanya bersifat informatif, tetapi juga untuk menentukan langkah-langkah penanganan yang harus diambil.
“Saat ada kejadian, dapat memberi solusi, juga mengirim logistik bantuan jika memang diperlukan,” kata Herru dalam keterangannya.