King Kobra Kembali Muncul di Permukiman Warga Purwakarta
Ular lanang atau king kobra muncul di permukiman warga Purwakarta, Jawa Barat. Ini merupakan kasus terbaru setelah sejumlah penemuan ular berbahaya itu sejak akhir tahun lalu.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
PURWAKARTA, KOMPAS — Ular lanang atau king kobra (Ophiophagus hannah) muncul di permukiman warga Purwakarta, Jawa Barat. Ini merupakan kasus terbaru setelah sejumlah penemuan satwa berbahaya itu sejak akhir tahun lalu. Warga pun diminta segera melaporkan temuan-temuan serupa kepada pihak terkait agar dapat ditangani secara aman.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Damkar PB) Purwakarta Wahyu Wibisono, Selasa (4/2/2020), mengatakan, king kobra sepanjang sekitar 3 meter itu ditemukan di kolong tempat duduk warga Desa Cadas Mekar, Kecamatan Tegalwaru, Senin malam. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian yang kerap muncul saat musim hujan ini.
Peralihan dari kemarau ke musim hujan merupakan waktu untuk telur ular tersebut menetas. Pada awal Desember 2019, setidaknya ada 13 anak kobra jawa (Naja sp) berukuran 10-30 sentimeter yang ditangkap di Desa Nagri Kidul, Kecamatan Purwakarta.
Awal tahun 2020, tiga kobra juga ditemukan di Desa Munjuljaya, Kecamatan Purwakarta, saat banjir dan hujan lebat. Penangkapan king kobra ini merupakan yang keempat kalinya sejak tahun 2019.
Wibi mengimbau warga segera melaporkan kepada pihaknya jika mengalami peristiwa serupa. Sebab, setiap jenis ular memiliki cara penanganan yang berbeda dan harus dilakukan oleh petugas yang berpengalaman.
Dihubungi terpisah, Ketua Yayasan Sioux Ular Indonesia Aji Rachmat menyebutkan, king kobra memiliki racun atau bisa 20-30 kali lebih mematikan dibandingkan kobra jawa. Jika menemukan ular, sebaiknya warga berhati-hati dalam menanganinya.
Ia mengungkapkan, warga tidak perlu menebar garam karena ular tidak takut dengan garam. Warga juga tak perlu menggunakan tali ijuk karena ular tidak kesakitan jika melewati ijuk.
Menurut Aji, ular spesies apa pun adalah satwa yang paling pintar bersembunyi. Naluri mereka hanya mencari makan dan tempat sembunyi. Mereka akan betah tinggal dan berburu mangsa di area yang jarang dijamah dan dibersihkan. Sebab, ular tidak membuat sarang seperti burung. Setelah keluar dari lubang, ular tidak kembali lagi ke lubang yang sama.
Ular adalah satwa liar yang habitatnya paling dekat dengan manusia.
Fenomena munculnya ular saat pergantian musim di kawasan hunian bukanlah suatu keganjilan. Aji menjelaskan, ular adalah satwa liar yang habitatnya paling dekat dengan manusia. Sebab, sebagian habitat ular (sawah dan rawa) telah beralih menjadi permukiman warga.
Tak hanya habitat ular yang terganggu, mangsanya pun semakin terdesak. Hal ini membuat mangsa ular berkumpul di sekitar permukiman sehingga ular pun mendekat ke sana.
Warga juga diminta untuk waspada saat mengecek lingkungan rumah yang berpotensi menjadi tempat persembunyian ular, antara lain plafon atap, belakang lemari, bawah tempat tidur, dan pintu akses masuk rumah. Sebaiknya warga mengenakan alas kaki untuk mencegah menginjak ular atau serangga secara tidak sengaja.
Sebelumnya, fenomena serupa terjadi di Karawang, Jawa Barat, saat banjir melanda awal tahun lalu. Kala itu, ditemukan kobra dan sanca (Malayophyton). Laporan warga terkait penemuan ular meningkat saat memasuki musim hujan. Hingga saat ini UPTD Damkar Karawang telah menangkap sedikitnya 10 kobra berdasarkan laporan masyarakat.