Curah Hujan Tinggi, Banjir Melanda Dua Kabupaten di Sumsel
Banjir merendam sedikitnya 1.407 rumah dan ratusan lahan perkebunan di empat kecamatan di Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, Selasa (11/2/2020). Pemerintah fokus mengirimkan bantuan logistik dan paket makanan.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
MUARA BELITI, KOMPAS — Banjir merendam sedikitnya 1.407 rumah dan ratusan lahan perkebunan di empat kecamatan Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, Selasa (11/2/2020). Pemerintah fokus mengirimkan bantuan logistik dan paket makanan kepada korban terdampak.
Hal ini disampaikan Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Ansori, Selasa (11/2/2020). Ia menjelaskan, banjir yang terjadi di Kabupaten Musi Rawas disebabkan curah hujan tinggi sejak Minggu dini hari.
Tercatat empat kecamatan terdampak banjir, yakni Kecamatan Bulan Tengah Suku Ulu, Muara Lakitan, Suku Tengah Lakitan Ulu, dan Muara Beliti. Dari keempat kecamatan tersebut, sekitar 15.638 warga terdampak banjir.
Ansori mengatakan, tidak hanya merendam rumah warga, banjir juga merusak tiga jembatan gantung dan satu bangunan sekolah dasar. Banjir juga telah merendam 143 hektar lahan perkebunan warga.
Walau banyak warga terdampak, menurut Ansori, tidak ada yang dievakuasi. Warga memilih tetap tinggal di rumahnya. ”Saat ini banjir juga telah berangsur surut. Pemerintah fokus mengirimkan bantuan logistik dan paket makanan kepada korban terdampak,” katanya.
Tidak hanya di Musi Rawas, banjir juga terjadi di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI). Bahkan, ketinggian air di Desa Curup, Kecamatan Tanah Abang, mencapai 1,3 meter.
Akibatnya, 11 rumah terendam banjir dan dua kepala keluarga harus diungsikan. ”Banjir sudah melampaui tiang rumah panggung warga dan masuk ke dalam rumah,” kata Ansori.
Ia mengungkapkan, banjir di Kabupaten PALI juga dipicu intensitas hujan yang tinggi. Hal ini berdampak pada meluapnya debit air Sungai Lematang.
Ansori mengatakan, dengan kejadian banjir ini, pihaknya mencatat setidaknya sudah terjadi 13 kali bencana banjir, 3 kali banjir bandang, dan 6 kali musibah longsor sejak awal tahun. Beberapa daerah yang terdampak antara lain Lahat, Muara Enim, PALI, dan Musi Rawas.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang Bambang Beny Setiadji mengatakan, masih aktifnya angin muson China Selatan (Muson Barat) yang sarat uap air mengakibatkan peningkatan curah hujan dan adanya potensi hujan disertai petir dan angin di wilayah Sumsel. ”Curah hujan tergolong tinggi dan terus-menerus,” katanya.
Bambang mengatakan, curah hujan tinggi terpantau di wilayah Sumsel bagian barat, yakni di wilayah dataran tinggi (Bukit Barisan) yang akan berdampak pada peningkatan ancaman bencana hidrometeorologi. Beberapa wilayah yang berisiko adalah Kota Lubuk Linggau, Kabupaten Musi Rawas, Empat Lawang, Lahat, Muratara, Muba, PALI, dan Muara Enim.
Secara umum, kata Bambang, kondisi hujan disertai petir dan angin di wilayah Sumsel akan berpotensi meningkat pada 11-16 Februari 2020 dan akan menurun pada 17-18 Februari 2020. Secara khusus, hujan yang disebabkan awan konvektif dan orografis pada siang-sore hari di wilayah Sumsel akan tetap berpotensi terjadi selama musim hujan dan adanya potensi kabut radiasi pada dini hingga pagi hari yang dapat mengurangi jarak pandang.