60 Personel TNI Diterjunkan untuk Misi Evakuasi di Puncak Mandala
Sebanyak 60 personel TNI tiba di lokasi pendaratan pada ketinggian sekitar 3.300 meter di Pegunungan Puncak Mandala, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Kamis (13/2/2020). Tim ini akan menjalani misi evakuasi.
Oleh
FABIO COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Sebanyak 60 personel TNI tiba di lokasi pendaratan pada ketinggian 11.000 kaki atau sekitar 3.300 meter di Pegunungan Puncak Mandala, Distrik Oksop, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Kamis (13/2/2020). Tim akan berjalan kaki sekitar 3 kilometer ke lokasi jatuhnya helikopter MI-17 untuk melakukan evakuasi.
Komandan Resor Militer 172/Praja Wira Yakti Kolonel (Inf) Binsar Sianipar di Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kamis siang, mengatakan, pihaknya juga melibatkan seorang warga yang merupakan tokoh adat setempat sebagai pemandu untuk mempermudah penelusuran para personel TNI ke lokasi jatuhnya helikopter MI-17.
Tim evakuasi TNI AD tersebut diterbangkan menggunakan tiga helikopter milik Penerbad dan dua helikopter milik Maskapai Dimonim Air dari Bandara Oksibil, ibu kota Kabupaten Pegunungan Bintang. Mereka membawa bekal berupa makanan, tabung oksigen, dan peralatan untuk bertahan di lokasi jatuhnya helikopter MI-17 setidaknya hingga tiga hari.
Adapun puing-puing helikopter diduga berada di atas sebuah tebing dengan ketinggian 12.500 kaki atau 3.810 meter. Tingkat kemiringan tebing itu mencapai sekitar 90 derajat. Kabut biasanya mulai menutupi wilayah pegunungan di sekitar jatuhnya helikopter MI-17 mulai pukul 10.00 WIT. Cuaca cukup cerah hanya mulai pukul 07.00 hingga sebelum pukul 10.00 WIT.
”Kami telah membekali tim penyelamat dengan tabung oksigen yang cukup. Pasokan oksigen di lokasi jatuhnya helikopter tipis karena berada di atas ketinggian 12.000 kaki,” kata Binsar.
Tim evakuasi ini membawa misi penting, yakni mengevakuasi korban, kotak hitam, dan persenjataan aparat TNI.
Ia mengatakan, tim penyelamat akan berjalan kaki sekitar 7 jam dari tempat pendaratan ke lokasi kejadian. Diperkirakan tim sampai di lokasi tersebut pada sore hari. Tim evakuasi ini membawa misi penting, yakni mengevakuasi korban, kotak hitam, dan persenjataan aparat TNI.
”Kami berharap mereka telah dapat membawa para korban dan sejumlah peralatan penting pada Jumat (14/2/2020) pagi. Mudah-mudahan kondisi cuaca bersahabat,” ujarnya.
Kepala Polres Pegunungan Bintang Ajun Komisaris Besar Michael Mumbunan mengatakan, pihaknya mendukung penuh pihak TNI AD dalam proses evakuasi para korban jatuhnya helikopter MI-17. ”Kami menyiapkan sebanyak satu peleton pasukan berjumlah 30 personel. Kami menunggu arahan dari Danrem untuk kegiatan evakuasi para korban,” katanya.
Diketahui Panglima Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Herman Asaribab bersama Bupati Pegunungan Bintang Constan Oktemka dan Danrem 172/PWY Kolonel (Inf) Binsar Sianipar ikut langsung dalam penerbangan pencarian menggunakan heli AS 350 B2 milik Dimonim Air pada Senin (10/2/2020).
Mereka menemukan lokasi puing-puing helikopter MI-17 di salah satu tebing Pegunungan Puncak Mandala, Senin sekitar pukul 09.00 WIT. Badan helikopter dalam kondisi hancur karena menabrak tebing tersebut.
Helikopter MI-17 dengan nomor registrasi HA-5138 lepas landas dari Bandara Oksibil pada Jumat (28/6/2019) pukul 11.44 WIT. Helikopter tersebut dilaporkan hilang kontak pukul 11.49 WIT pada ketinggian 7.800 kaki.
Seharusnya, helikopter yang mengangkut logistik untuk Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Indonesia dan Papua Niugini di Pegunungan Bintang itu dijadwalkan tiba di Sentani, Kabupaten Jayapura, pukul 13.11 WIT.
Adapun penumpang helikopter terdiri dari tujuh awak helikopter dan lima anggota Batalyon Infanteri (Yonif) 725/Waroagi. Tujuh awak itu yakni Kapten CPN Aris, Letnan CPN Ahwar, Kapten CPN Bambang, Sersan Kepala Suriatnae, Prajurit Satu Asharulf, Prajurit Kepala Dwi Pur, dan Sersan Dua Dita Ilham. Adapun personel Yonif 725 yaitu Sersan Dua Ikrar Setya Nainggolan, Pratu Yanuarius Loe, Pratu Risno, Prada Sujono Kaimuddine, dan Prada Tegar Hadi Sentana.