Potensi Bencana Alam di Purwakarta Ancam Permukiman hingga Rel Kereta Api
Bencana alam banjir, longsor, dan puting beliung rentan melanda permukiman dan jalur transportasi di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Kewaspadaan masyarakat setempat melihat potensi bencana sangat diperlukan.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
PURWAKARTA, KOMPAS — Bencana alam banjir, longsor, dan puting beliung rentan melanda permukiman dan jalur transportasi di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Kewaspadaan masyarakat setempat melihat potensi bencana sangat diperlukan untuk memaksimalkan upaya mitigasi sejak dini.
Setelah cerah pada pagi menjelang siang, awan kumulonimbus mulai terlihat sekitar pukul 13.00 di langit Purwakarta. Selang sejam kemudian, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, disertai angin kencang, mengguyur sebagian besar wilayah di Purwakarta, hingga malam hari. Kondisi ini diperkirakan terjadi hingga Maret 2020.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kabupaten Purwakarta Wahyu Wibisono, Senin (17/2/2020), menuturkan, potensi bencana hidrometeorologi masih tinggi selama musim hujan. Sebanyak 15 kecamatan dari 17 kecamatan di Purwakarta rawan dilanda banjir, longsor, dan puting beliung. Daerah rawan itu antara lain Kecamatan Bojong, Wanayasa, Plered, Tegalwaru, Sukatani, Cibatu, Purwakarta, dan Kecamatan Pasawahan.
Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kabupaten Purwakarta mencatat, sepanjang tahun 2018, ada 10 kejadian tanah longsor, puting beliung (21), dan banjir (7). Tahun 2019 tercatat 27 kejadian tanah longsor, puting beliung (9), dan banjir (5).
Tahun ini, dua kejadian tanah longsor terjadi di Kecamatan Bojong, Sabtu (8/2/2020). Pemicunya hujan deras mengguyur kawasan itu sejak sehari sebelumnya. Tebing tanah setinggi 20 meter runtuh dan menutup badan jalan penghubung antardesa.
”Tingginya curah hujan dapat membuat kondisi tanah jenuh sehingga terjadi longsor. Apalagi jika tidak ada tanaman keras yang mengikat tanah di sekitarnya,” ucap Wahyu.
Awal Januari 2020, longsor terjadi di Desa Tegal Munjul, Kecamatan Purwakarta, dan Desa Margasari, Kecamatan Pasawahan. Banjir melanda Desa Hergarmanah (Kecamatan Babakancikao) serta Desa Munjul Jaya, Nagri Kidul, dan Citalang (Kecamatan Purwakarta).
Puting beliung juga menerjang sejumlah rumah di Desa Wanawali (Kecamatan Cibatu) Sabtu (15/2/2020) sore. Mayoritas kerusakan terjadi pada bagian atap rumah, yakni genteng berjatuhan atau atap asbes terbawa angin.
Tingginya curah hujan dapat membuat kondisi tanah jenuh sehingga terjadi longsor. Apalagi jika tidak ada tanaman keras yang mengikat tanah di sekitarnya. (Wahyu Wibisono)
Ancaman longsor tidak hanya mengancam rumah warga dan jalan raya, tetapi juga jalur pelintasan kereta api di Purwakarta. Berdasarkan catatan Kompas, jalur rawan longsor di Purwakarta ada di Purwakarta-Ciganea, Ciganea-Sukatani, Sukatani-Plered, dan Rendeh-Maswati.
Vice President Public Relations PT KAI Yuskal Setiawan menjelaskan, rel kereta api berada di sekitar kawasan rawan longsor. Selain diapit perbukitan, rel kereta api juga berada di pinggir sawah dan permukiman rawan ambles. Dia mengatakan, ada 18 kejadian bencana hidrometeorologi di sekitar rel kereta api di jalur selatan Jawa Barat sepanjang tahun lalu.
Daerah rawan longsor di Jabar lainnya ada di ruas Nagreg- Lebakjero (Kabupaten Bandung) dan Lebakjero-Leles (Garut). Selain itu, ada juga daerah Warung Bandrek-Bumiwaluya (Garut), Bumiwaluya-Cirahayu (Kabupaten Tasikmalaya), serta Manonjaya-Bojong (Kabupaten Tasikmalaya).
”Kami sudah membuat pos penjaga daerah rawan yang bertugas selama 24 jam. Jika terjadi sesuatu di titik rawan, petugas dapat segera melaporkannya kepada pusat sehingga dapat diambil langkah perbaikan. Partisipasi warga juga sangat diharapkan melaporkan potensi rawan,” katanya.
Kepala Desa Bojong Timur, Kecamatan Bojong, Dedi Junaedi mengatakan, pihaknya membentuk tim satuan tanggap bencana sejak awal tahun 2019. Tim ini bertugas mengevakuasi warga terdampak bencana. Tim diharapkan bisa mempercepat proses evakuasi bencana karena anggotanya adalah warga setempat.
Empat kejadian longsor terjadi di Kecamatan Bojong tahun lalu. Kecamatan tersebut berada di dataran tinggi atau pegunungan dengan ketinggian lebih dari 600 meter di atas permukaan laut.
”Semoga dampak bencana bisa diminimalkan. Apabila terjadi bencana, evakuasi juga diharapkan lebih cepat karena langsung dilakukan warga setempat,” katanya.