Cuaca buruk yang terjadi sebulan terakhir membuat produktivitas itik di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, turun. Akibatnya, jumlah suplai telur ke rumah usaha pengasinan telur kini terbatas.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
BREBES, KOMPAS — Cuaca buruk yang terjadi sebulan belakangan membuat produktivitas itik di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, turun. Akibatnya, jumlah suplai telur ke rumah usaha pengasinan telur kini terbatas.
Hujan deras dan angin kencang melanda beberapa daerah di Kabupaten Brebes, sebulan terakhir. Hal itu memicu limpasan sungai hingga banjir di beberapa wilayah yang menjadi sentra peternakan itik, antara lain Kecamatan Brebes, Jatibarang, dan Wanasari.
Warsito (50), peternak itik di Desa Pasar Batang, Kecamatan Brebes, mengatakan, produktivitas itiknya turun hingga 50 persen. Biasanya, sebanyak 200 ekor itik miliknya mampu memproduksi hingga 190-200 butir telur per hari, tetapi kini hanya bisa menghasilkan 200 butir telur per dua hari.
”Penyebab penurunan produktivitas itik adalah cuaca buruk. Itik sangat sensitif. Saat kedinginan, mudah stres dan tidak bertelur,” kata Warsito, Senin (2/3/2020).
Hal serupa dikeluhkan Tarodi (56), peternak itik di Kecamatan Wanasari. Pertengahan Februari lalu, kandang itiknya tersapu banjir. Akibatnya, sebagian itiknya sakit. Hal tersebut berdampak pada menurunnya produktivitas itik.
”Saya punya 300 ekor itik. Idealnya menghasilkan 290-300 butir telur per hari. Namun, sejak tersapu banjir beberapa waktu lalu, kemampuan produksinya hanya sekitar 200 butir per hari,” tutur Tarodi.
Tarodi mengatakan, penurunan produktivitas berdampak pada kenaikan harga telur. Biasanya, telur itik mentah dijual Rp 2.000 per butir. Kini, harga telur itik mentah naik menjadi Rp 2.100 per butir.
Penurunan kemampuan produksi telur itik berakibat pada penurunan jumlah telur yang disuplai kepada pengasin. Dinah (53), pengasin telur di Pesantunan, Kecamatan Wanasari, mengeluhkan, suplai telur itik dari peternak berkurang drastis sejak Februari 2020.
Biasanya, Dinah memerlukan 1.000 butir telur untuk diasinkan setiap hari. Sejak para peternak hanya mampu menyetor paling banyak 500 butir setiap hari, Dinah hanya mengasin paling banyak 500 butir telur per hari.
”Berapa pun jumlah telur yang disetor peternak akan tetap diterima dan diasinkan. Risikonya, jumlah penjualan ikut turun,” ujar Dinah.
Berapa pun jumlah telur yang disetor peternak akan tetap diterima dan diasinkan. Risikonya, jumlah penjualan ikut turun.
Sebelumnya, Dinah menjual 700-1.000 butir telur per hari. Sejak suplai menurun, penjualannya menurun menjadi 500 butir telur per hari.
Dinah menambahkan, opsi mengambil telur itik dari peternak luar daerah tidak diambil karena dirinya tidak bisa memastikan kualitas telur itik dari luar Brebes. Menurut Dinah, kualitas telur itik dari Brebes lebih baik karena peternakan-peternakan itik di wilayah ini berada di bawah pengawasan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Brebes.
”Saya tidak mau ambil risiko dengan mengambil telur dari luar (daerah). Sebenarnya banyak peternak itik dari Jawa Timur yang menawarkan telur, tetapi sementara ini belum saya terima dulu,” ucap Dinah.
Data Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Brebes tahun 2019 menyebutkan, di Brebes ada sekitar 924 peternak itik. Populasi itik di Brebes sebanyak 575.673 ekor dengan kemampuan produksi sekitar 7 juta butir per bulan.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Brebes Ismu Subroto mengatakan, kebutuhan telur itik untuk diasinkan selama satu bulan sebanyak 12 juta-18 juta butir. Kekurangan suplai sebanyak 6 juta butir telur selama ini disuplai dari beberapa daerah di sekitar Brebes dan beberapa daerah di Jawa Timur.