Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memprakirakan cuaca buruk melanda sejumlah wilayah Nusa Tenggara Barat hingga tiga hari ke depan. Hujan deras disertai petir dan angin kencang berpeluang menyebabkan bencana.
Oleh
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid mengimbau warga Nusa Tenggara Barat mewaspadai potensi bencana alam menyusul meningkatnya intensitas hujan. Tiga hari ke depan, wilayah NTB berpeluang dilanda hujan lebat disertai petir dan angin kencang.
Prakirawan Cuaca Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid Dhian Yulie Cahyono di Praya, Senin (2/3/2020) mengatakan, pada 2-4 Maret 2020, sejumlah wilayah di Nusa Tenggara Barat (NTB) berpotensi dilanda hujan lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang berdurasi singkat.
Pada 2 Maret, kata Dhian, daerah yang berpotensi terjadi hujan lebat yakni Mataram, Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Timur, Sumbawa Barat, Sumbawa, Bima, Dompu, dan Kota Bima. Adapun pada Selasa (3/3/2020), kondisi serupa berpotensi terjadi di seluruh kabupaten/kota di NTB.
Sementara pada Rabu (4/3/2020), potensi hujan lebat terjadi di Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Timur, Sumbawa Barat, Sumbawa, Bima, dan Dompu. "Dengan peningkatan intensitas hujan dalam beberapa waktu terakhir, masyarakat diimbau selalu waspada dan berhati-hati dengan dampak bencana yang ditimbulkan," kata Dhian.
Dampak bencana yang ditimbulkan, kata Dhian, seperti banjir, tanah longsor, genangan air, angin kencang, kilat atau petir, serta pohon tumbang. "Selain itu, pengguna dan operator jasa transportasi laut, termasuk nelayan, wisata bahari, dan masyarakat yang beraktivitas di wilayah pesisir juga diimbau mewaspadai gelombang yang mencapai 2 meter," kata Dhian.
Gelombang tinggi itu diperkirakan melanda Selat Lombok bagian Utara dan Selatan, Selat Alas bagian Utara, Selat Alas bagian Selatan, perairan utara Sumbawa, Samudera Hindia-Selatan NTB, Selat Sape bagian utara dan selatan.
Sejauh ini, berdasarkan data yang dihimpun dan pantauan Kompas, banjir sudah melanda sejumlah wilayah di NTB. Pada Minggu (23/2/2020) lalu, banjir bandang melanda Dusun Melempo, Desa Obel-Obel, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur, sekitar 97 kilometer timur laut Mataram, ibu kota NTB. Tidak ada korban jiwa, tetapi kejadian tersebut membuat 59 unit rumah terendam dan 250 warga mengungsi.
Pada Jumat (29/2/2020) sore sekitar pukul 15.00 Wita, banjir juga melanda Kabupaten Bima. Menurut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bima Aries Munandar, banjir tersebar di Kecamatan Soromandi dan Kecamatan Lambu.
Banjir di Soromandi mengakibatkan dua jembatan putus dan dua hektar tanaman bawang rusak. Adapun di Lambu, empat rumah dan satu pagar sekolah rusak.
[embed]https://youtu.be/rojgXNe5-MI[/embed]
Pada Minggu (1/3/2020), banjir juga melanda Lombok Barat tepatnya di Desa Ranjok, Kecamatan Gunung Sari, sekitar 8 kilometer utara Kota Mataram.
Di Desa Ranjok, banjir pasca hujan yang mengguyur Lombok Barat sejak Minggu siang, merendam kompleks perumahan Bhayangkara Residence. Menurut Heru Purnawirawan selaku kepala lingkungan Bhayangkara Residence, banjir merendam 120 rumah yang ditempati 360 jiwa. Tidak ada korban jiwa, tetapi banjir setinggi 1 meter akibat luapan sungai Ranjok sempat membuat warga mengungsi.
"Air mulai masuk sekitar pukul 18.00 Wita. Kemudian semakin tinggi sekitar pukul 20.00 Wita. Awalnya masyarakat anggap biasa, tetapi lama kelamaan makin besar sehingga mereka berusaha menyelamatkan sejumlah barang," kata Heru.
Pantauan Kompas, hingga Senin sore, warga masih berada di rumah dan tidak beraktivitas karena fokus membersihkan rumahnya dari lumpur sisa banjir. Mereka juga terlihat mengeluarkan dan menjemur pakaian serta berbagai perabotan seperti tempat tidur, kursi, meja, dan lemari.
"Kami baru setahun di sini. Semalam, kami sekeluarga harus mengungsi ke tempat keluarga," kata Misnawati (65).
Budiarti (42) warga lain menuturkan, banjir memang kerap terjadi di perumahan itu. Namun, baru kali ini mencapai ketinggian satu meter. Sebelumnya hanya sampai jalan dan tidak sampai masuk rumah.
Selain warga, tim gabungan dari TNI, Polisi, BPBD, Basarnas, Dinas Kesehatan Lombok Barat terlihat di kawasan tersebut. Selain mendistribusikan bantuan, mereka juga berkeliling memastikan kondisi warga, termasuk memeriksa kesehatan mereka.
Jumrah dari seksi Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Lombok Barat mengatakan, sejauh ini, baru satu warga yang mengeluh sakit yakni muntah-muntah dan panas.
"Kami juga mengantisipasi kemungkinan munculnya penyakit dengan mendorong kebersihan lingkungan. Misalnya dengan membagikan kaporit dan bubuk abatil untuk mencegah demam berdarah," kata Jumrah.
Terkait antisipasi banjir susulan di kawasan tersebut, Heru mengatakan sudah berkoordinasi dengan pihak Balai Wilayah Sungai NTB 1.
"Di Sungai Ranjok, ada bendungan. Rencananya, itu akan dibongkar tetapi terlebih dahulu dibicarakan dengan desa tetangga. Sementara menunggu itu, pihak BWS NTB akan membantu 600 karung pasir untuk tanggul," kata Heru.
Selain merendam kompleks perumahan, banjir di Gunung Sari juga merendam Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Gunung Sari. Menurut Kepala SMPN 2 Gunung Sari Sahrullah, ada enam ruangan yang terendam.
"Tadi semua siswa masuk. Tetapi karena kelas tidak bisa digunakan, siswa kelas 7 dan 8 kami pulangkan. Adapun kelas 9 meminjam ruangan di Sekolah Dasar sebelah karena harus mengikuti gladi resik Ujian Nasional Berbasis Komputer," kata Sahrullah.