Beredarnya informasi bohong atau hoaks terkait seseorang yang terkena virus Korona Covid-19 di Karawang dan Purwakarta, Jawa Barat, meresahkan masyarakat sekitar. Warga diminta menyaring dahulu berbagai informasi.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
KARAWANG, KOMPAS— Beredarnya informasi bohong atau hoaks terkait seseorang yang terkena virus Korona Covid-19 di Karawang dan Purwakarta, Jawa Barat, meresahkan masyarakat sekitar. Akibatnya, persediaan masker dan cairan antiseptik pembersih tangan habis di sejumlah toko dan apotek. Warga diimbau untuk tidak panik dan mengutamakan pola hidup sehat.
Masyarakat Karawang dihebohkan oleh tangkapan layar sebuah akun Facebook berinisial SAS yang mengunggah informasi dalam sebuah grupnya. Mengutip infromasi itu, disebutkan ada seorang warga berinisial I, asal Pasirjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Karawang, yang diduga terjangkit virus Korona sepulangnya dari Singapura. Korban ini disebutkan tengah dalam penanganan medis Graha Medis Cilamaya. Ia meminta warga Pasirjaya agar waspada, jangan panik, selalu berkoordinasi dengan pihak terkait.
Alih-alih bermaksud mengimbau, pernyataan tersebut justru menuai kekhawatiran bagi sejumlah warga. Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang pun membantah pernyataan SAS. “Tidak benar informasi tersebut,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian (P2P) Dinkes Karawang Yayuk Sri Rahayu, Selasa(3/3/2020).
Yayuk menjelaskan, diketahui bahwa pasien memiliki riwayat berkunjung ke Singapura beberapa waktu lalu. Sepulangnya dari sana, pasien menderita panas lebih dari satu bulan. Kemudian, pasien berobat ke Klinik Graha Medis pada Senin (2/3/2020).
Atas pemeriksaan itu, klinik melaporkan kepada Dinkes Karawang untuk ditindaklanjuti. Selanjutnya, Dinkes Karawang berkonsultasi dengan Tim Corona Jawa Barat. “Dari hasil pemeriksaan, saat ini pasien tidak demam, tidak ada sesak napas. Pasien pun dibolehkan pulang,” ucap dia.
Dari hasil pemeriksaan, saat ini pasien tidak demam, tidak ada sesak napas. Pasien pun dibolehkan pulang
Ia menyebutkan alasan pasien diizinkan untuk pulang karena riwayat demamnya lebih dari satu bulan. Hal itulah yang menjadi dasar bahwa pasien tidak masuk kriteria kasus korona.
Yayuk mengimbau agar warga berpikir jernih saat hendak membagikan suatu informasi. Jangan sampai informasi yang disebarluaskan justru menimbulkan kegaduhan dan kepanikan warga. “Mereka harus menerapkan 3S, saring sebelum sharing,” ucap dia.
Januari lalu, informasi serupa juga menyebar di Purwakarta, Jawa Barat. Seorang tenaga kerja asal China yang bekerja pada suatu proyek kereta cepat diduga terinfeksi virus Korona Covid-19. Ia sempat dirawat di RS Siloam Purwakarta dan menolak dirujuk ke Rumah Sakit dr Hasan Sadikin Bandung.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta Deni Darmawan menyatakan pasien tersebut negatif virus korona. Dari penelusuran riwayat perjalanan pasien, selama 6 bulan terakhir ia sudah berada di Indonesia dan dalam kurun waktu tersebut tidak pernah ke luar dari Indonesia. “Saat diperiksa, pasien memiliki riwayat penyakit dalam, bukan terpapar virus korona," ujar Deni.
Selanjutnya, Dinkes Purwakarta akan berkoordinasi dengan Imigrasi, Polres dan Disnaker untuk mengawasi warga negara asing dan tenaga kerja asing yang rentan terhadap Virus Korona. Pihaknya telah menyiapkan tim gerak cepat sebagai bentuk antisipasi penyebaran Virus Korona covid-19.
Kepanikan warga terhadap informasi ini berdampak terhadap ludesnya masker dan cairan antiseptik pembersih tangan (handsanitizer) di sejumlah toko dan apotek. Beberapa kali Kompas memasuki toko swalayan dan apotek, tapi kedua barang itu habis tak bersisa.
Salah seorang penjaga toko swalayan, Ratna (23) mengatakan, produk handsanitizer cepat sekali habis diburu pembeli. Ada lebih dari 20 botol handsanitizer yang tersedia pada minggu lalu. Harga untuk merek dimaksud Ratna senilai Rp 14.700.
Meski masker dan cairan antispetik pembersih tangan mulai langka, masyarakat diimbau untuk tidak panik dan lebih mengutamakan pola hidup sehat. “Hindari kontak dengan pasien yang terindikasi termasuk yang memiliki riwayat perjalanan yang negaranya terindikasi infeksi virus korona," ucap Deni.