Masker Langka, Pemprov Sumbar Koordinasi dengan Polda
Pemprov Sumatera Barat mengambil langkah bersama kepolisian menyikapi kelangkaan masker di apotek-apotek di Sumbar menyusul adanya warga Indonesia yang positif terinfeksi korona virus galur baru.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Sumatera Barat mengambil langkah bersama kepolisian menyikapi kelangkaan masker di apotek-apotek di Sumbar menyusul adanya warga Indonesia yang teridentifikasi positif terinfeksi virus korona galur baru. Kepolisian Daerah Sumbar mulai memantau indikasi praktik penimbunan masker yang memicu kelangkaan.
”Kami segera berkoordinasi dengan Polda Sumbar untuk menindaklanjuti kelangkaan masker. Kalau bisa, nanti ada penindakan terhadap orang yang kedapatan menimbun masker,” kata Gubernur Sumbar Irwan Prayitno ketika ditemui di Padang, Selasa (3/3/2020).
Sejak adanya pengumuman dua warga Indonesia positif Covid-19 oleh Presiden Joko Widodo, Senin (2/3/2020), keberadaan semua jenis masker semakin langka di apotek-apotek Sumbar. Harganya juga meningkat drastis hingga enam kali lipat.
Selain berkoordinasi dengan kepolisian, Irwan juga segera membahas persoalan ini dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Dinas Kesehatan. Sebab, kelangkaan masker berbanding lurus dengan harga yang melonjak hingga enam kali lipat.
Irwan pun mengimbau warga agar tidak panik dan tidak berbelanja secara berlebihan, terutama masker, bahkan melakukan penimbunan. Praktik penimbunan termasuk tindakan pidana dan dapat ditindak oleh penegak hukum.
Langka
Pantauan Kompas di sentra apotek dan alat kesehatan kawasan Tarandam, Ganting Parak Gadang, Padang Timur, Selasa (3/3/2020) siang, masker sangat sulit ditemukan. Padahal, di kawasan itu terdapat puluhan apotek dan toko alat kesehatan.
Efrial (58), karyawan salah satu apotek, mengatakan, hari Selasa apoteknya tidak lagi menjual semua jenis masker karena kehabisan stok. Sejak ada wabah korona baru, Januari lalu, pedagang besar farmasi (distributor) tidak lagi punya stok untuk dipasok ke apotek melalui salesman.
Pedagang besar farmasi (distributor) tidak lagi punya stok untuk dipasok ke apotek melalui salesman.
”Terakhir menjual kemarin. Satu kotak masker (biasa) isi 50 harganya Rp 185.000. Sebelumnya, harganya Rp 30.000. Stok kemarin ada (salesman) yang kasih sekarton (50 kotak). Harganya memang sudah mahal dari salesman,” kata Efrial. Namun, Efrial tidak tahu stok itu didapatkan salesman dari daerah mana.
Asri (58), asisten apoteker di apotek lain, mengatakan, apoteknya tidak lagi menjual masker sejak Januari. Beberapa hari setelah korona mewabah di Wuhan, China, stok masker sulit didapatkan dari distributor di Sumbar. Jikapun ada salesman yang menawarkan, stok itu dipasok dari luar Sumbar, seperti Jambi.
”Kami tidak lagi jual masker sejak Januari. Tidak sampai hati menjual dengan harga Rp 200.000 per kotak. Barangnya juga belum tentu asli karena stoknya bukan dari pedagang besar farmasi di Sumbar. Yang ada (menjual) itu kebanyakan mengambil barang dari Jambi,” tutur Asri.
Siti (56), warga Padang Utara, mengaku kesulitan mendapatkan masker sejak Senin (2/3/2020). ”Dicari di toko daring, tidak ada lagi yang jual. Dicari ke apotek juga kosong,” kata Siti.
Siti mulai giat mencari masker sejak adanya kasus positif Covid-19 di Indonesia. Ia khawatir virus korona baru menular ke anggota keluarganya. Dengan memakai masker, kata Siti, setidaknya risiko penularan dapat dikurangi.
Siti pun berharap pemerintah dapat menjamin ketersediaan masker untuk masyarakat. ”Melihat kondisi sekarang, ngeri-ngeri juga saya mendengarnya. Saya berharap kelangkaan masker dapat segera diatasi,” ujarnya.
Selain masker, pembersih tangan juga mengalami kelangkaan. Para petugas di apotek dan toko alat kesehatan mengatakan, selain karena tidak ada pasokan dari distributor, kelangkaan masker dan pembersih tangan juga disebabkan oleh pembeli yang berbondong-bondong berbelanja sejak adanya kasus positif Covid-19 di Indonesia.
Menurut Efrial, apoteknya baru mendapatkan stok pembersih tangan pada Selasa siang. Harga jualnya juga melambung. Pembersih tangan merek Milrub isi 500 milimeter, misalnya, sekarang dijual Rp 75.000. Biasanya, Efrial hanya menjual Rp 45.000.
Ditemui secara terpisah, Kepala Polda Sumbar Inspektur Jenderal Toni Harmanto mengatakan, pihaknya sedang menelusuri indikasi praktik penimbunan ataupun kecurangan yang memicu kelangkaan masker di Sumbar. ”Kami sedang memantau di Sumatera Barat,” kata Toni.
Kepala Bidang Humas Polda Sumbar Komisaris Besar Stefanus Satake Bayu Setianto menambahkan, Kapolda sudah memerintahkan para anggota untuk mengecek tempat-tempat penjualan masker. ”Apakah kelangkaan itu karena sudah terjual atau ada yang menimbun,” ujarnya.
Sementara itu, Wali Kota Padang Mahyeldi Ansharullah mengharapkan pemerintah pusat mengendalikan produksi dan distribusi perlengkapan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat, seperti masker dan cairan pembersih tangan (hand sanitizer). Dengan demikian, kelangkaan dan kenaikan harga di luar kewajaran dapat teratasi.
”Sebagaimana yang dilakukan negara lain, seperti Jepang dan Singapura, alat-alat kesehatan yang dibutuhkan masyarakat harus dikendalikan. Pemerintah harus menyediakan, memfasilitasi, sehingga kebutuhan untuk melindungi masyarakat bisa dimaksimalkan,” kata Mahyeldi.