Warga ambon mengeluhkan kenaikan harga berbagai bahan makanan di pasar setelah ditemukannya kasus korona baru di Indonesia.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Harga barang kebutuhan di pasaran Kota Ambon, Maluku, mulai merangkak naik dalam dua hari terakhir. Kenaikan itu dipicu isu virus korona baru yang menyebabkan penyakit Covid-19. Masyarakat mengeluhkan kenaikan yang tidak wajar itu. Sayangnya, belum ada upaya yang dilakukan pemerintah daerah dan aparat keamanan untuk merespons fenomena itu.
Menurut pantauan Kompas di Pasar Mardika, Kota Ambon, Rabu (4/3/2020), harga gula pasir di tingkat pengecer naik menjadi Rp 17.000 per kilogram. Harga satu karung gula pasir berisi 50 kilogram dijual Rp 800.000. Dua hari sebelumnya, harga gula pasir di tingkat pengecer Rp 15.000 per kilogram. Sementara harga beras medium naik menjadi Rp 12.500 dari sehari sebelumnya Rp 12.000.
Semua pedagang yang didatangi mengaku khawatir dengan aliran logistik ke Ambon. ”Katanya, di Jawa harga barang-barang sudah naik sehingga barang yang dikirim ke Ambon akan dikurangi,” ujar Eni (53), penjual. Menurut dia, jika menjual barang dengan harga sebelumnya, omzet yang diperoleh tidak cukup jadi modal untuk membeli barang lagi. Hampir semua barang kebutuhan di Ambon disuplai dari Jawa.
Ia mengatakan, kekhawatiran itu muncul setelah ditemukannya virus korona baru yang menyebabkan penyakit Covid-19 di Indonesia. Wabah yang kini telah masuk ke Indonesia itu dapat mengganggu stabilitas ekonomi, termasuk aliran logistik. Selain menaikkan harga jual, tidak tertutup kemungkinan ada penimbunan barang. ”Coba cek ke distributor besar,” ujar Eni, pedagang pengecer itu.
Katanya, di Jawa harga barang-barang sudah naik sehingga barang yang dikirim ke Ambon akan dikurangi.
Warga terpukul dengan kenaikan harga barang itu. Mey (63), ibu rumah tangga yang tinggal di Karang Panjang, Ambon, mengatakan, tak hanya beras dan gula, beberapa bahan kebutuhan lain juga naik. ”Kacang hijau lima hari lalu Rp 20.000 per kilogram, sekarang sudah naik jadi Rp 27.000 per kilogram. Ini keterlaluan,” ujar Mey yang sehari-hari membuat kue pia kacang hijau itu.
Mey berharap agar pemerintah segera bertindak untuk menetralisasi harga pasar yang diduga akan terus naik dalam beberapa hari ke depan. Pedagang diminta menurunkan harga barang. Distributor besar yang menimbun barang dengan maksud meraup keuntungan agar ditindak. Mereka mengambil kesempatan di tengah kekhawatiran banyak orang akan bahaya virus korona baru.
Sayangnya, hingga Rabu petang tidak terlihat petugas, baik dari pemerintah daerah maupun aparat kepolisian, yang mendatangi pasar di Ambon. Padahal, operasi pasar dapat menetralisisasi harga barang, seperti yang terjadi setiap kali menjelang Idul Fitri serta Natal dan Tahun Baru. Ada kesan, pemerintah di daerah tidak responsif.
Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy yang dihubungi melalui pesan Whatsapp belum merespons pertanyaan Kompas terkait dengan fenomena kenaikan harga barang itu. Sementara Kepala Bidang Humas Polda Maluku Komisaris Besar M Roem Ohoirat berjanji menindaklanjutinya. ”Akan kami tindak lanjuti. Nanti tim kriminal khusus akan mendalami ini,” ujar Roem.
Anggota DPRD Provinsi Maluku, Anos Yeremias, mengingatkan, perlu ada operasi pasar. Pada Selasa (3/3) malam, Anos mendatangi sejumlah apotek di Ambon. Ia menemukan perbedaan harga masker. Ada apotek yang menjual Rp 1.400 per lembar, dan yang lain ada yang menjual hingga Rp 4.000 per lembar. ”Saya langsung tegur penjaga apotek yang menaikkan harga masker,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Subbagian Umum dan Humas RSUD dr Haulussy Ambon N Rumra mengatakan, belum ada kejelasan mengenai alat pelindung diri yang sudah diusulkan ke Jakarta. Alat pelindung diri yang tersedia di rumah sakit itu tidak memadai. Alat pelindung tersedia saat ini hanya 14 pasang baju dan celana, 12 pasang sepatu, 90 masker, serta 18 kacamata.
Di rumah sakit itu dibutuhkan sekotar 200 paket. Pihak rumah sakit sudah menyediakan satu ruang isolasi yang terdiri atas empat tempat tidur. Tim penanganan sudah disiapkan dan telah melakukan simulasi. Hingga Rabu petang belum ada pasien terduga Covid-19 yang melapor ke satu-satunya rumah sakit rujukan di Maluku itu.