Cuaca kering yang terjadi di sejumlah wilayah Sumatera Barat memicu kebakaran lahan. Warga diimbau tidak membersihkan atau membuka lahan dengan cara membakar karena dapat memicu kebakaran lahan.
Oleh
YOLA SASTRA
·2 menit baca
PADANG, KOMPAS -- Cuaca kering yang terjadi di sejumlah wilayah Sumatera Barat memicu kebakaran lahan. Warga diimbau tidak membersihkan atau membuka lahan dengan cara membakar karena dapat memicu kebakaran lahan.
Kasus kebakaran lahan terakhir terjadi di Nagari Aia Manggih, Kecamatan Lubuk Sikaping, Pasaman, Sumbar. Api menghanguskan lahan karet terlantar seluas sekitar lima hektar. Kebun karet itu sudah tidak dirawat lagi oleh warga akibat harga karet murah sekitar lima tahun terakhir.
Novia Indra, anggota Taruna Siaga Bencana Pasaman (Tagana), Rabu, (11/3/2020), mengatakan, saat ini kebakaran yang mulai terjadi Selasa, (10/3) siang itu sudah berhasil dipadamkan. “Personel Tagana, Pusdalops BPBD Pasaman, Babinsa berjibaku memadamkan api sampai malam. Sekarang, kebakaran dapat dikatakan sudah padam. Tadi tinggal asap-asap saja sedikit. Namun, tidak tahu nanti karena cuaca masih kering,” kata pria yang karib dipanggil Novi itu ketika dihubungi dari Padang, Sumbar.
Tadi tinggal asap-asap saja sedikit. Namun, tidak tahu nanti karena cuaca masih kering.
Novi belum tahu kebakaran bersumber dari mana. Namun, cuaca di sekitar lokasi dalam sebulan terakhir memang relatif kering dan jarang turun hujan. Terakhir kali hujan turun sekitar sepuluh atau lima belas hari lalu.
Menurut Novi, cuaca kering menyebabkan api mudah menjalar. Apalagi semak belukar di kebun karet itu sudah tebal dan berlapis-lapis. Pohon-pohon tumbang dan dedaunan pohon yang berguguran akibat angin kencang di sekitar lokasi beberapa waktu lalu juga turut andil.
Kepala Pelaksana BPBD Pasaman Ricky Riswandi mengatakan, belum tahu apakah kebakaran karena faktor kesengajaan atau tidak. “Nanti dari pihak kepolisian yang mencari tahu,” kata Ricky.
Terlepas dari faktor manusia, kata Ricky, faktor cuaca turut berpengaruh. Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), cuaca ekstrem diprakirakan berlangsung hingga Maret 2020, termasuk di Pasaman. Selama cuaca ekstrem, hujan deras bisa terjadi tiba-tiba tetapi kemudian bisa terjadi panas terik.
“Dalam minggu ini di Pasaman panas terik. Panas sekitar 33-34 derajat celsius. Dalam seminggu ke depan, diperkirakan cuaca masih akan panas,” kata Ricky.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sumbar Rumainur mengatakan, selain di Pasaman, kebakaran lahan juga terjadi di Pasaman Barat dan Agam pada akhir Februari lalu. Total luas lahan terbakar di kedua kabupaten itu sekitar 28 hektar yang tersebar di beberapa titik. “Kebakaran terjadi di perkebunan kelapa sawit plasma. Warga membersihkan kebun sawit kemudian dibakar,” kata Rumainur.
Rumainur pun mengimbau warga untuk tidak membakar saat membersihkan atau membuka lahan. Api sekecil apapun dapat dengan mudah memicu kebakaran saat cuaca kering terjadi di sejumlah wilayah Sumbar.