Wisman yang Datang ke Banyuwangi Diperkirakan Turun 60 Persen
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi memperkirakan, penurunan wisatawan mancanegara yang datang ke Banyuwangi pada Februari 2020 dibandingkan dengan Februari 2019 mencapai 60 persen.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Pandemi Covid-19 memukul dunia pariwisata, termasuk Banyuwangi. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi memperkirakan, penurunan wisatawan mancanegara yang datang ke Banyuwangi pada Februari 2020 dibandingkan dengan Februari 2019 mencapai 60 persen.
Penurunan terjadi karena sejumlah wisatawan mancanegara memutuskan untuk membatalkan kunjungan wisatanya ke Banyuwangi, Jawa Timur. Data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi menunjukkan, kunjungan wisatawan mancanegara selama 2019 mencapai 77.210 orang. Pada Februari 2019, jumlah kunjungan wisman mencapai 3.783 orang. Adapun angka kunjungan pada Februari 2020 belum diketahui secara pasti karena angkanya masih dihitung.
”Dari pantauan kami, penurunan kunjungan wisatawan mancanegara bisa mencapai 60 persen. Kalau, misalnya, ada 10 wisatawan mancanegara yang mau berlibur di Banyuwangi, 6 orang di antaranya memilih untuk membatalkan,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi Yanuarto Bramuda di Banyuwangi, Kamis (12/3/2020).
Kalau, misalnya, ada 10 wisatawan mancanegara yang mau berlibur di Banyuwangi, 6 orang di antaranya memilih untuk membatalkan.
Pembatalan itu langsung berdampak pada sejumlah hotel dan restoran. Hotel Santika Banyuwangi, misalnya, sudah mendapat kepastian adanya pembatalan kunjungan dari dua kelompok wisatawan mancanegara dari dua negara yang berbeda. ”Sudah ada pembatalan dari 30 wisatawan asal Jepang dan 38 wisatawan asal Singapura. Padahal, rencananya mereka akan menginap selama satu minggu atau bahkan lebih,” ujar Mario Marchel, Asisten Sales Manager Hotel Santika Banyuwangi.
Mario mengatakan, pembatalan tersebut merupakan keputusan dari calon wisatawan. Peraturan negara asal wisatawan membuat mereka membatalkan kunjungannya ke Banyuwangi.
Sementara Yasin, pemilik Restoran Panorama, mengaku, pihaknya sudah tidak menemukan pembeli yang merupakan wisatawan mancanegara. Padahal, 90 persen pembeli di restorannya merupakan wisatawan mancanegara. ”Kami terpaksa menutup warung Panorama. Beruntung masih ada satu warung lagi yang memang dikhususkan untuk pembeli lokal. Warung ini yang sampai saat ini terus beroperasi,” ucap Yasin.
Bantuan disinfektan
Bramuda mengatakan, dalam kondisi pandemi global Covid-19, pihaknya harus memastikan bahwa kesehatan warga Banyuwangi dan wisatawan terjaga. Oleh karena itu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi berencana menggandeng dinas kesehatan untuk menyalurkan disinfektan bagi para pelaku wisata di kawasan kawah Ijen.
”Ijen menjadi salah satu primadona bagi wisatawan mancanegara. Di sana banyak yang menjajakan sewa masker. Kami harus memastikan masker-masker tersebut tidak menjadi saluran penularan virus. Oleh karena itu, kami minta dinas kesehatan membantu pemberian disinfektan bagi penyedia masker,” ujarnya.
Hingga saat ini, Dinas Kesehatan Banyuwangi mencatat terdapat 218 orang berisiko menderita coronavirus disease (Covid)-19 dan 2 orang dalam pemantauan Covid-19. Orang dengan risiko ialah orang sehat yang baru bepergian dari negara terjangkit atau baru saja kontak dengan penderita Covid-19. Sementara orang dalam pemantauan ialah orang yang baru bepergian dari negara terjangkit atau baru saja kontak dengan penderita Covid-19 dan saat ini sedang menderita sakit.
”Kami belum menemukan ada laporan wisatawan atau warga negara asing yang masuk dalam kategori orang dalam pemantauan. Beberapa saat yang lalu ada 30 mahasiswa asal Hongkong yang studi banding di Banyuwangi. Mereka masuk kategori orang dengan risiko karena dalam keadaan sehat hingga hari terakhir tinggal di Banyuwangi,” ujar Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Banyuwangi Hadi Sutoyo.