Sebanyak 39 kasus demam berdarah dengue terjadi di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, sepanjang tahun ini. Pemerintah daerah mengimbau puskesmas aktif mendatangi masyarakat guna meminimalkan dampak penyakit ini.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·2 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Sebanyak 39 kasus demam berdarah dengue terjadi di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, sepanjang tahun ini. Pemerintah daerah mengimbau puskesmas aktif mendatangi masyarakat guna meminimalkan dampak penyakit ini.
Sabtu (14/3/2020), Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mendatangi RSUD Blambangan untuk memastikan layanan kesehatan bagi penderita demam berdarah dengue (DBD) berjalan ideal. Anas menjenguk anak penderita DBD asal Kecamatan Kabat.
”Pencegahan sudah kami lakukan dengan pemberantasan sarang nyamuk serentak. Butuh upaya serius. Kasus ini terus muncul di musim hujan. Puskesmas harus lebih gencar jemput bola bila ada pasien yang terindikasi demam berdarah,” tutur Anas.
Jemput bola, lanjutnya, dilakukan guna mencegah keterlambatan penanganan bagi penderita demam berdarah. Saat terlambat ditangani, trombosit penderita rentan terus turun hingga memicu kematian.
”Bila dibanding periode sama tahun sebelumnya, kasus kali ini lebih kecil. Tahun 2019, hingga akhir Maret terdapat 71 kasus. Tahun ini, DBD menewaskan anak balita dan ibu hamil,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi dr Widji Lestariono.
Sebagai upaya pencegahan, Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi menggelar pemberantasan sarang nyamuk (PSN) serentak pada Jumat, 13 Maret. Operasi tersebut dilakukan bersama-sama di semua instansi se-Kabupaten Banyuwangi.
”PSN serentak lebih optimal. Karena kalau tidak serentak, nyamuk hanya akan berpindah,” ucap Widji.
Ia mengatakan, pihaknya akan berupaya menekan pemberantasan nyamuk dengan metode pengasapan (fogging). Metode tersebut hanya akan membunuh nyamuk dewasa, tetapi tidak membasmi jentik-jentik nyamuk.