Pasokan Bahan Pokok di Sejumlah Ritel di Lampung Menipis
Pasokan sejumlah bahan pokok, seperti beras, telur, dan gula pasir, di sejumlah ritel di Bandar Lampung mulai menipis. Kepanikan warga akibat pandemi Covid-19 mendorong masifnya pembelian bahan kebutuhan pokok.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Pasokan sejumlah bahan pokok, seperti beras, telur, dan gula pasir, di sejumlah ritel di Bandar Lampung mulai menipis. Kepanikan warga akibat pandemi Covid-19 diduga mendorong masifnya pembelian bahan kebutuhan pokok. Selain langka, harga beras dan gula pasir juga naik.
Berdasarkan pantauan Kompas di sejumlah ritel dan minimarket, harga beras mulai dari Rp 11.000-Rp 12.000 per kilogram. Adapun harga gula pasir Rp 16.000 dan telur Rp 25.000 per kg. Padahal harga eceran tertinggi (HET) beras di Lampung Rp 9.450 dan gula Rp 12.500 per kg.
Selain dua jenis bahan pokok tersebut, sejumlah produk suplemen yang mengandung vitamin C juga habis diborong pembeli. Produk lainnya yang langka adalah masker dan antiseptik pembersih tangan. ”Saya sudah mencari beras dan hand sanitizer ke dua toko berbeda, tetapi stoknya kosong,” ujar Nova Lirna (30), warga Bandar Lampung.
Menurut Nova, dia berbelanja karena stok bahan pokok di rumahnya hanya cukup untuk 1-2 hari ke depan. Dia berharap, pemerintah dapat menjamin ketersediaan bahan pokok, terlebih dalam kondisi masyarakat yang khawatir terhadap penyebaran virus korona.
Neng Hasanah (27), pegawai di salah satu ritel di Bandar Lampung, menuturkan, stok beras di toko habis sejak Senin (16/3/2020). Hingga Selasa siang, pihak toko belum mendapat kepastian kapan agen akan kembali memasok beras.
Biasanya pembelian bahan pokok dan kebutuhan rumah tangga paling ramai pada akhir atau awal bulan.
”Mohon maaf, kami belum bisa memastikan kapan stok beras akan tersedia kembali,” ujarnya menjelaskan pada sejumlah pembeli yang kecewa karena tidak mendapatkan beras.
Menurut Neng, pembelian beras lebih ramai beberapa hari terakhir. Padahal, biasanya pembelian bahan pokok dan kebutuhan rumah tangga paling ramai pada akhir atau awal bulan.
Namun, kata Neng, tidak banyak pembeli yang memborong beras dalam jumlah besar. Setiap pembeli umumnya membeli 1-2 kantong beras ukuran 5 kg atau 10 kg. Pembelian itu dinilai masih normal.
Selain beras, bahan makanan yang diburu pembeli adalah telur ayam ras dan ayam kampung. Hal itu membuat pasokan di tingkat pedagang menipis.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Lampung Satria Alam menuturkan, pihaknya sedang mengkaji kelangkaan bahan pokok di Lampung. Untuk mengatasi hal itu, Pemerintah Provinsi Lampung bekerja sama dengan Bulog Divisi Regional Lampung telah menggelar pasar murah di sejumlah pusat keramaian. Sejumlah bahan pokok yang dijual antara lain beras, terigu, telur, gula pasir, cabai, hingga bawang merah.
Pemerintah menjamin stok bahan pokok, seperti beras dan telur, di Lampung aman selama beberapa bulan ke depan.
Satria mengakui, saat ini, stok gula di Lampung menipis. Namun, pemerintah daerah sudah berkoordinasi dengan PT Perkebunan Nusantara VII agar mendistribusikan stok yang ada di pabrik.
Dia mengimbau agar masyarakat tidak melakukan aksi borong bahan pokok di ritel ataupun pasar di Bandar Lampung. Pasalnya, pemerintah menjamin stok bahan pokok, seperti beras dan telur, di Lampung aman selama beberapa bulan ke depan.
Apalagi, sejumlah sentra beras seperti di Lampung Tengah, Lampung Timur, dan Pringsewu akan segera panen dalam beberapa minggu ke depan. Produksi di sejumlah sentra telur ayam di Lampung juga tidak ada kendala sehingga warga tidak perlu panik.
Hingga Selasa, jumlah pasien dalam pengawasan yang masih diisolasi di rumah sakit di Lampung berjumlah dua orang. Pemda masih menunggu hasil uji laboratorium dari kedua pasien tersebut.
Sebelumnya, Gubernur Lampung Arinal Djunaidi juga mengimbau agar masyarakat tidak panik. Meski begitu, warga diminta mengantisipasi penyebaran dengan menjaga pola hidup sehat dan rajin mencuci tangan. Pemerintah juga menjamin ketersediaan bahan pokok di Lampung.