Stok Beras Jateng Cukup untuk 5 Bulan, Hindari Pembelian Barang secara Panik
Ketersediaan beras di sejumlah gudang Bulog di Jawa Tengah mencapai 103.000 ton atau cukup untuk memenuhi keperluan hingga lima bulan ke depan. Warga diminta tidak panik dan membeli barang sesuai kebutuhan.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Ketersediaan beras di sejumlah gudang Bulog di Jawa Tengah, hingga Rabu (18/3/2020), mencapai sekitar 103.000 ton atau cukup untuk memenuhi keperluan hingga lima sampai enam bulan ke depan. Warga diminta tidak panik di tengah merebaknya wabah coronavirus disease 2019 atau Covid-19 yang dipicu virus korona jenis baru.
Pemimpin Wilayah Bulog Jateng Basirun di Kota Semarang, Rabu, mengatakan, ketersediaan beras itu tersebar di empat daerah di Jateng. Rinciannya, Kota Semarang 36.800 ton, Kabupaten Pati 16.600 ton, Kota Solo 19.174 ton, dan Kota Pekalongan lebih dari 31.000 ton. Untuk operasional, ketersediaan itu mencukupi.
”Untuk operasi pasar, kami keluarkan sekitar 600 ton per hari, sehingga akan cukup untuk lima-enam bulan ke depan. Apalagi, nanti April-Mei akan ada panen raya yang membuat pasokan bertambah. Masyarakat tidak perlu panic buying di tengah situasi terkait Covid-19 ini,” ucap Basirun.
Basirun menambahkan, dalam pengamatannya, permintaan masyarakat terhadap beras tidak ditemukan lonjakan. Bahkan, penyaluran operasi pasar sebesar 600 ton beras per hari telah menurun dari Januari sekitar 1.000 ton per hari. Meski begitu, Bulog akan tetap melayani sejauh mana permintaan masyarakat akan beras.
”Pasokan di pasar pun tidak berkurang. Begitu juga di Bulog. Maka, tidak perlu panik, tetapi seperti biasa saja. Konsumsi secukupnya,” kata Basirun.
Ia menambahkan, pihaknya telah bekerja sama dengan sejumlah pihak dalam penyelenggaraan Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KSPH) atau operasi pasar. Untuk beras KPSH ini, Bulog memperbolehkan kembali pedagang mencampur beras medium agar sesuai dengan selera masyarakat. Namun, harga jual tak boleh lebih dari Rp 9.450 per kg atau harga eceran tertinggi (HET).
Selain beras, lanjut Basirun, Bulog juga memiliki stok pangan lain yang meliputi minyak goreng, daging beku, dan tepung terigu. Diharapkan, ketersediaan itu bisa memenuhi kebutuhan masyarakat di Jateng, juga bisa menstabilkan harga.
Berdasarkan pantauan Kompas di sejumlah pasar di Kota Semarang, Jateng, tidak ada kenaikan harga komoditas secara signifikan. Di antaranya beras medium seharga Rp 10.500 per kg, gula pasir sekitar Rp 16.800 per kg, dan bawang merah sekitar Rp 25.000 per kg. Kendati demikian, jumlah pembeli cenderung sepi daripada hari-hari biasanya.
Bulog memperbolehkan kembali pedagang mencampur beras medium agar sesuai dengan selera masyarakat. Namun, harga jual tak boleh lebih dari Rp 9.450 per kg atau harga eceran tertinggi (HET).
Karbani (63), pedagang bawang merah di Pasar Johar Semarang Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), mengatakan, harga masih stabil dalam dua bulan terakhir. ”Kalau ada naik turun, masih wajar, dan tak signifikan. Mungkin saat mendekati Ramadhan harganya baru akan naik. Adanya virus korona tak berpengaruh,” ucapnya.
Hal senada dikatakan Kepala Pasar Johar Semarang Haris Budi. ”Untuk harga-harga komoditas, terbilang stabil. Kalaupun ada kenaikan (harga), hanya sedikit. Seperti gula, tapi tidak signifikan. Justru yang terasa yakni sedikit ada penurunan pengunjung pasar. Namun, semua masih terkendali,” tutur Haris.