Diimbau Tinggal di Rumah, Warga Banda Aceh Tetap Datangi Warung Kopi
Warung kopi di Aceh masih dipadati pengunjung. Padahal, pemerintah sudah mengimbau warga agar tinggal di rumah.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Pemerintah mengimbau warga Kota Banda Aceh agar lebih banyak menghabiskan waktu di rumah supaya terhindar dari paparan virus korona Covid-19. Namun, kenyataannya warung kopi masih dipadati pengunjung.
Suasana itu terlihat di beberapa warung kopi di Banda Aceh, Aceh, pada Kamis (19/3/2020). Sejak pagi hingga sore, warung kopi selalu ramai. Kebiasaan warga Banda Aceh berkumpul di warung kopi tidak menurun meski ada imbauan mengurangi aktivitas di luar rumah.
Fadhil (24), salah seorang warga, menuturkan, kebiasaan minum kopi langsung di warung sulit diubah meski saat ini kondisi sedang dalam darurat. ”Saya mulai takut duduk di warung kopi. Kita tidak tahu siapa pengunjung yang terinfeksi korona,” kata Fadhil.
Warung kopi sebagai ruang publik sangat mungkin menjadi tempat penyebaran virus korona. Interaksi antarwarga di warung kopi terjadi sangat intens seperti pelayan dengan pengunjung atau sesama pengunjung.
Mereka duduk bersama di satu meja. Warung kopi di Banda Aceh belum ada yang menyediakan cairan pembersih tangan. Para pengunjung juga tidak terlihat ada yang menggunakan masker.
Juru Bicara Pemerintah Provinsi Aceh Saifullah Abdulgani mengatakan, pemerintah mengimbau warga membatasi minum kopi di warung, sebaiknya beli dan minum di rumah.
Namun, pemerintah tidak bisa menutup warung kopi sebab itu sumber pendapatan warga atau pengelola. ”Sebaiknya batasi diri hadir di tempat ramai, termasuk warung kopi. Menjadi diri lebih baik sebelum terpapar virus,” kata Saifullah.
Pemerintah kini juga membatasi kegiatan yang mengumpulkan banyak orang. Banyak rapat dan pelatihan dibatalkan sampai kondisi kondusif.
Sebaiknya batasi diri hadir di tempat ramai, termasuk warung kopi. Menjadi diri lebih baik sebelum terpapar virus.
Hingga kini, di Aceh belum ada pasien yang positif korona. Sebanyak 23 warga menjadi pasien dalam pengawasan. Delapan orang sedang dalam pemeriksaan di laboratorium. Saat menghadapi pencegahan virus korona, Aceh mengalami kekurangan alat kesehatan dan alat pelindung diri bagi paramedis.
Stok masker saat ini hanya 80.000 buah, dikhawatirkan akan habis dalam beberapa pekan ke depan. Begitu juga dengan baju pelindung diri. Jika ada pasien positif, diperkirakan hanya dapat digunakan untuk enam hari.
”Masker dan baju pelindung diri memang terbatas. Kondisi ini terjadi di semua daerah. Kami minta ke kementerian, mereka juga kesulitan memenuhi,” kata Saifullah.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Aceh Dahlan Jamaluddin mengatakan, sosialisasi dan pendidikan hidup sehat kepada warga harus digalakkan lagi. Tenaga kesehatan dari tingkat provinsi hingga desa harus aktif mengampanyekan hidup sehat kepada lingkungannya. ”Untuk saat ini, paling efektif membatasi diri hadir pada keramaian,” kata Dahlan.