Meski Belum Positif Korona, NTT Tutup Seluruh Destinasi Wisata
Pemprov NTT memilih menutup seluruh destinasi wisata yang ada untuk mencegah penyebaran virus korona
KUPANG, KOMPAS- Meski Nusa Tenggara Timur belum ada kasus positif terpapar virus korona atau Covid-19, Pemprov memilih menutup seluruh destinasi wisata yang ada untuk mencegah penyebaran virus korona.
Pemerintah Provinsi NTT juga menyediakan 11 rumah sakit rujukan. Sementara pegawai negeri sipil diperkenankan bekerja dari rumah kecuali pegawai fungsional.
Kepala Biro Humas Setda Nusa Tenggara Timur (NTT) Marius Jelamu di Kupang, Senin (23/3) mengatakan, Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat telah menyurati seluruh bupati dan wali kota se-NTT agar menutup semua destinasi wisata yang ada di wilayah masing-masing. Ini untuk menghindari kerumunan warga.
“Belum ada kasus korona yang positif, Pemprov terus berjuang mencegah dan mempertahankan agar NTT bebas dari virus ini. Semua destinasi wisata termasuk Labuan Bajo juga ditutup untuk sementara waktu. Penutupan mulai diberlakukan Senin, 23 Maret sampai waktu yang belum ditentukan,”kata Jelamu.
Baca juga; Di Tengah Wabah Covid-19, Jangan Lupakan Layanan untuk Pasien Tuberkulosis
Terkait wisata, semua kegiatan kepariwisataan seperti festival budaya yang telah diagendakan tingkat provinsi dan kabupaten/kota selama Maret-Mei 2020 batal digelar. Seluruh home stay, yang selama ini menerima wisatawan asing dan wisatawan lokal, sementara waktu ditutup.
Warga lokal khusus NTT pun dilarang bepergian ke lokasi wisata. Semua warga diingatkan untuk tetap berada di rumah agar tidak terpapar virus korona.
Jika satu warga dinyatakan positif, itu berarti ada peluang besar virus itu sudah menyebar ke sejumlah orang. Petugas medis harus menelusuri rekam jejak orang bersangkutan untuk memastikan status kesehatan orang-orang di sekitar pasien bersangkutan.
Baca juga;Antisipasi Covid-19, Tempat Hiburan di NTB Diminta Ditutup Sementara
Saat ini Pemprov sudah menyediakan 11 rumah sakit rujukan, yakni RSUD WZ Yohannes di Kupang, TC Hillers di Maumere, Komodo di Labuan Bajo, RSUD Ende, RSUD Lewoleba di Lembata, RSUD Umbu Meha di Waingapu, RSUD Waikabubak, RSUD Atambua, RSUD Rote Ndao, RSUD Sabu Raijua, dan RSUD Alor. Jumlah 11 rumah sakit ini memiliki ruang isolasi, khusus untuk pasien korona.
Tetapi kesulitan yang dihadapi rumah sakit rujukan ini, yakni keterbatasan dokter ahli penyakit paru-paru. Enam dari 11 rumah sakit rujukan ini masih kesulitan dokter ahli paru. Penyakit dalam sudah cukup tersedia. Selain itu, juga kekurangan alat pelindung diri (APD) bagi dokter dan perawat.
Semua destinasi wisata termasuk Labuan Bajo juga ditutup untuk sementara waktu. Penutupan mulai diberlakukan Senin, 23 Maret sampai waktu yang belum ditentukan
Jelamu menyebutkan, Gubernur NTT telah mengeluarkan surat edaran bagi PNS struktural di jalaran Pemprov, Pemkot, dan Pemkab agar PNS setempat mulai Selasa, 24 Maret sampai dengan 30 Maret bekerja dari rumah. Setelah itu akan dievaluasi lebih lanjut, sesuai kebutuhan.
PNS daerah dan vertikal lain yang melayani kebutuhkan publik tetap bekerja, tetapi disesuaikan dengan tingkat kebutuhan di lapangan oleh instansi masing-masing. Para bupati dan wali kota se- NTT bertanggungjawab secara operasional pada unit kerja masing-masing. Setiap pimpinan organisasi perangkat daerah provinsi melaporkan pelaksanaan work from home kepada gubernur.
Selama work from home, PNS tidak keluar rumah untuk berbelanja, dan urusan lain. Semua perangkat komunikasi agar selalu diaktifkan selama bekerja di rumah. Segera mungkin datang ke kantor jika diperlukan pimpinan, untuk mengerjakan tugas yang tidak bisa ditunda hari itu.
Kabag Humas Setda Sikka Veri Avales mengatakan, Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo alias Roby Idong mengajak petugas Posyandu, dan dasa wisma di setiap desa melakukan sosialisasi kepada masyarakat sampai di tingkat RT/RW di seluruh desa di Sikka tentang sistem atau cara penyebaran virus korona. Sosialiasi ini penting karena kebanyakan masyarakat belum paham soal virus tersebut.
“Pengalaman demam berdarah dengue kemarin mendorong Pemkab Sikka lebih aktif melakukan pencegahan dini untuk virus korona. Salah satu cara, yakni memberi pemahaman kepada masyarakat tentang virus ini, terutama cara penyebaran, dan bagaimana menjaga diri agar tidak terinveksi virus. Kalau masyarakat sudah paham, mereka bisa menjaga diri,”kata Avales.
Pemkab juga membagikan alat ukur suhu tubuh kepada kelompok Posyandu dan dasa wisma agar mereka bisa melakukan pengukuran terhadap suhu tubuh warga di desa itu. Jika terpantau ada warga memiliki suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius diserta demam, batuk, dan pilek segera dilaporkan ke petugas kesehatan terdekat.
Petugas Posyandu dan dasa wisma terlebih dahulu mengikuti penjelasan tentang virus korona dari dokter dan perawat berpengalaman di masing-masing Puskesmas. Dengan ini, petugas Posyandu dan dasa wisma bisa menjalankan tugas, melakukan sosialisasi di lingkungan itu, sambil mengenakan masker dan mengambil jarak duduk.
Di Manggarai Barat pelayanan identitas kependudukan dilakukan melalui WhatsApp dan pesan singkat. Dokumen yang sudah selesai diproses segera dikirim ke warga bersangkutan. Ini menjaga agar warga tidak keluar rumah, dan petugas kependudukan dan catatan sipil pun tidak berkontak langsung dengan kerumunan massa.
Permohonan kartu keluarga, e-KTP, dan surat pindah, warga cukup menghubungi nomor WhatsApp atau sms 0821 4532 6702. Pengaduan masyarakat, silakan menghubungi nomor 0821 4532 6701.
Baca juga; Disebarkan, 105.000 Alat Pelindung Diri dari Covid-19