Orang tidak dikenal memberondong pesawat Casa CN A-2909 milik TNI Angkatan Udara di Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Senin (23/3/2020).
Oleh
Fabio Costa
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Orang tidak dikenal memberondong pesawat Casa CN A-2909 milik TNI Angkatan Udara di Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Senin (23/3/2020). Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini, tetapi tujuh titik badan pesawat berlubang akibat terkena peluru.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih, pesawat ditembaki saat melintasi Distrik Serambakon, Pegunungan Bintang, pada pukul 08.50 WIT. Diduga, pesawat yang ditumpangi sembilan anggota TNI AU ini ditembaki dari lokasi dengan ketinggian 4.800 kaki atau 1.463 meter di atas permukaan laut.
Selain mengangkut personel, pesawat juga membawa muatan seberat 3,5 ton ke Oksibil, ibu kota Pegunungan Bintang. Adapun pesawat ini dipiloti oleh Mayor (Pnb) Ari Wicaksono. Komandan Pangkalan TNI AU Silas Papare Jayapura Marsekal Pertama Tri Bowo Budi Santoso, saat dikonfirmasi, membenarkan insiden tersebut.
Ia mengatakan, pesawat mendarat dengan aman di Bandara Oksibil pada pukul 09.40 WIT. ”Pesawat ini membawa bahan kebutuhan pokok untuk prajurit yang bertugas di Pegunungan Bintang dan (material) infrastruktur untuk pembangunan daerah ini,” ujar Tri.
Ia mengatakan, proses penurunan muatan pesawat berjalan aman dengan pengamanan 20 prajurit Paskhas TNI AU dan aparat keamanan setempat. ”Pengamanan pesawat saat menurunkan barang muatan di Bandara Oksibil dilakukan hingga radius 5 kilometer. Pesawat telah tiba kembali di Bandara Sentani, Jayapura, pada pukul 11.40 WIT,” kata Tri.
Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka Sebby Sambom menyatakan, pihaknya bertanggung jawab atas penembakan pesawat di Pegunungan Bintang itu. Dia menyebutkan, Komandan Ngalum Kupel yang memimpin serangan tersebut.
”Kami menyerang pesawat tersebut karena membawa pasukan TNI dalam jumlah yang banyak ke Oksibil. Kami akan kembali menyerang pesawat tersebut,” kata Sebby.
Ia pun menambahkan, pihaknya telah menguasai senjata milik 12 anggota TNI yang menjadi korban jatuhnya helikopter MI-17 di Pegunungan Puncak Mandala pada 28 Juni 2019. Sebanyak 10 pucuk senjata api dan satu pelontar granat milik para korban hilang saat kejadian itu.
Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayor Jenderal Herman Asaribab ketika dikonfirmasi mengaku, pihaknya belum dapat menemukan 11 senjata tersebut hingga kini. ”Kami masih menempuh upaya persuasif kepada para warga di daerah yang dekat lokasi jatuhnya helikopter agar warga yang menemukan senjata itu segera mengembalikannya,” ujar Herman.
Sementara itu, Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal, mengatakan, jajaran Polres Pegunungan Bintang telah diterjunkan untuk membantu TNI menemukan kembali senjata tersebut. ”Kami akan memproses hukum warga yang dengan sengaja tidak mau mengembalikan senjata tersebut. Perbuatan itu melanggar Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 tentang kepemilikan senjata tanpa izin,” ujar Ahmad.