Alat di Terminal Minim, Penapisan Pemudik di Banyumas Dilakukan di Kampung
Pengawasan kesehatan penumpang bus di Terminal Bus Bulupitu Purwokerto, Jawa Tengah, minim lantaran keterbatasan alat. Penapisan dilakukan agen bus masing-masing dan di daerah tujuan penumpang.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·2 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Pengawasan kesehatan penumpang bus yang datang di Terminal Bus Bulupitu Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, minim lantaran keterbatasan alat. Penapisan penumpang, termasuk para pekerja informal yang mudik dini dari Jabodetabek, diserahkan ke setiap agen bus dan daerah tujuan penumpang.
”Kami belum ada alatnya (termometer inframerah). Jadi, yang dilakukan sebagai antisipasi penyebarannya hanya dengan penyemprotan disinfektan,” kata Koordinator Satuan Pelayanan Terminal Tipe A Bulupitu Purwokerto Hadi Suharto, di Purwokerto, Banyumas, saat dihubungi, Kamis (26/3/2020).
Ia menyampaikan, penumpang yang turun di Terminal Bulupitu diklaim turun dibandingkan dengan jumlah pada hari biasa. Pada 23 Maret 2020 tercatat ada 466 bus yang datang dan membawa 1.765 penumpang. Pada 24 Maret tercatat 410 bus datang dengan mengangkut 1.642 penumpang.
Adapun pada 25 Maret terdapat 354 bus yang datang dan membawa 1.823 penumpang. ”Jumlah penumpang yang datang turun berkisar 8-10 persen dibanding hari biasa,” ujar Hadi.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Banyumas Agus Nur Hadie menyampaikan, dari pemantauan pihaknya, para penumpang bus antarkota dan antarprovinsi (AKAP) dari Jakarta juga turun sekitar 40 persen. ”Sekarang, rata-rata bus dari Jakarta membawa penumpang 5-10 orang,” katanya.
Pengawasan kesehatan penumpang dilakukan oleh setiap pul atau agen bus. Saat ini, setiap agen bus sudah menerapkan protokol dari Kementerian Kesehatan.
Agus menyampaikan, pengawasan kesehatan penumpang dilakukan oleh setiap pul atau agen bus. Saat ini, setiap agen bus sudah menerapkan protokol dari Kementerian Kesehatan.
”Yang mau naik bus ke luar kota sudah dicek di pemberangkatan awal. Kalau diketahui terdapat tanda-tanda sakit, tidak diizinkan melanjutkan perjalanan,” paparnya.
Menurut Agus, pemantauan yang sulit dilakukan adalah pada pemudik yang pulang ke Banyumas memakai mobil pribadi.
Bupati Banyumas Achmad Husein menilai, pemantauan dan pengawasan di terminal dinilai kurang efektif. ”Tidak perlu dipantau di terminal, percuma. Yang efektif dipantau di tingkat RT,” kata Husein kepada wartawan melalui grup komunikasi Whatsapp.
Ia menyebutkan, terdapat gugus tugas di tingkat RT. Salah satu hasilnya, kini jumlah orang dalam pemantauan (ODP) di Banyumas cukup banyak. ”Screening tingkat RT. RT kemudian mengusulkan jadi ODP lewat aplikasi ke puskesmas. Kami tidak screening di jalan tapi screening di RT karena akan lebih teliti sebab mereka saling kenal,” tutur Husein.
Berdasarkan data covid19.banyumaskab.go.id, hingga 26 Maret 2020 pukul 13.47, terdapat 650 ODP, 13 orang pasien dalam pengawasan (PDP), 3 orang terkonfirmasi positif Covid-19, dan 4 orang terkonfirmasi negatif Covid-19.