Satu pasien dalam pengawasan di Sulawesi Tengah terkonfirmasi berstatus positif Covid-19. Ini menjadi kasus positif pertama di provinsi tersebut.
Oleh
Videlis Jemali
·4 menit baca
PALU, KOMPAS — Satu pasien dalam pengawasan di Sulawesi Tengah terkonfirmasi berstatus positif Covid-19. Ini menjadi kasus positif pertama di provinsi tersebut. Berbagai pihak pun terus berinisiatif untuk mencegah penyebaran penyakit menular tersebut.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Sulteng Saleh Amin, di Palu, Kamis (26/3/2020), membenarkan hal tersebut. Ia mengirimkan data situasi Covid-19 di Sulteng melalui aplikasi percakapan Whatsapp.
Dalam data yang terangkum pada Kamis pukul 16.00 Wita tersebut, disebutkan pasien yang positif tersebut berasal dari Kota Palu. Laporan itu juga sekaligus memberikan warna merah pada bagian timur dan utara peta Kota Palu dengan keterangan 1. Daerah lainnya masih berwarna hijau dengan keterangan 0.
Konfirmasi positif tersebut menjadi kasus pertama di Sulteng. Saat ini, total pasien dalam pengawasan (PDP) di Sulteng sebanyak 18 orang. Dari jumlah tersebut, empat PDP dinyatakan negatif hasilnya. Namun, tidak dijelaskan dalam data tersebut apakah hasil pemeriksaan itu untuk tahap pertama atau sudah final untuk tahap kedua. Berdasarkan protokol terbaru, pemeriksaan sampel untuk konfirmasi positif Covid-19 dilakukan dua kali.
Dalam catatan Kompas, dua pasien awal yang dirawat di RS Undata Sulteng pertama kali mendapatkan hasil negatif untuk pemeriksaan pertama. Hasil tahap pertama diterima Dinas Kesehatan Sulteng pada Kamis minggu lalu. Sementara PDP lainnya dalam beberapa hari terakhir masih menunggu hasil pemeriksaan sampel tahap pertama.
Dua jam sebelum data tersebut dikeluarkan, Saleh bersama Kepala Dinas Kesehatan Sulteng Reny Lamadjido dalam konferensi pers sempat mengutip data pada Rabu (25/3). Data itu menyatakan belum ada kasus positif Covid-19 di Sulteng.
Amin bahkan sempat menyebutkan ada pasien yang dipulangkan ke rumahnya. Hal itu setelah pemeriksaan sampel pertama negatif dan berdasarkan asesmen tim medis yang merawat. Ia memastikan, begitu ada pasien berstatus positif Covid-19, pihaknya akan melakukan pelacakan (tracing), baik di lingkaran keluarga maupun orang lain yang menjalin kontak dengan pasien tersebut.
Selain menangani 19 PDP, pemerintah juga mengobservasi 38 orang dalam pemantauan (ODP) di Sulteng. Mereka saat ini menjalankan isolasi atau karantina mandiri di rumah. Mereka terutama tersebar di Morowali Utara, Parigi Moutong, dan Palu. Pemantauan dan komunikasi dengan pihak dinas kesehatan kabupaten/kota terjalin untuk mengetahui perkembangan kesehatan mereka.
ODP adalah mereka yang menunjukkan gejala awal Covid-19, seperti demam, batuk, dan sesak napas. Selain itu, mereka yang memiliki riwayat perjalanan atau bepergian ke wilayah atau negara yang sudah terpapar Covid-19. Begitu kondisi mereka terus memburuk, mereka harus segera ke pusat layanan kesehatan untuk diperiksa. Jika ditemukan gejala pneumonia (radang paru-paru), mereka diisolasi di rumah sakit rujukan Covid-19 dan statusnya menjadi PDP.
Pada kesempatan sama, Kepala Dinas Sulteng Reny Lamadjido menyatakan, pihaknya sudah memesan alat untuk rapid test (tes cepat) Covid-19 Kementerian Kesehatan dengan menggunakan APBD. ”Kami masih menunggu respons dari Jakarta. Nantinya kami prioritaskan rapid test untuk tenaga kesehatan yang merawat PDP selama ini,” ujarnya.
Untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 di Sulteng, telah diterapkan sejumlah kebijakan, mulai dari pembatasan kegiatan sosial, bekerja di rumah untuk para ASN yang berumur 50 tahun dan lebih, pegawai yang sakit, serta pembatasan arus kendaraan penumpang dan barang di perbatasan dengan provinsi lain.
Selain itu, berbagai pihak mengambil bagian dalam upaya sama dengan melakukan penyemprotan disinfektan di fasilitas sosial, yakni bandara, sekolah, puskesmas, hunian sementara penyintas bencana, pasar, tempat ibadah, dan jalan. Di Kota Palu, penyemprotan dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kota Palu, Polri-TNI, dan lembaga atau yayasan sosial.
Inisiatif lain juga dilakukan anggota Sikola Pamore, sekolah informal, dengan membagikan cairan pencuci tangan yang sudah susah didapatkan di apotek ataupun toko. Mereka membagikan cairan pembersih tangan di kamp pengungsian bencana di Kelurahan Balaroa, Palu. Sebanyak 40 botol cairan pencuci tangan mereka bagikan.
”Meskipun tak banyak karena kelangkaan bahan baku, kami membagikan cairan ini kepada keluarga yang anggotanya tetap beraktivitas di luar rumah,” kata Yaumil Masri (32) dari Sikolah Pamore. Cairan itu mereka racik sendiri bekerja dengan program farmasi di salah satu sekolah kejuruan di Palu.
Nabil Yusuf (35), warga Balaroa, menyatakan, meskipun tak banyak, cairan itu penting karena ia memiliki dua anak kecil di tenda pengungsian. ”Selama ini memang kami selalu mengawasi anak-anak untuk mencuci tangan dengan air dan sabun. Cairan ini membantu agar kami makin awas,” ujar buruh bangunan tersebut.