Terperosok dalam Kubangan, Anak Gajah di Aceh Timur Mati
Gajah sumatera (Elephas maximus sumatrensis) berusia 1,5 tahun ditemukan mati di dalam kubangan di hutan produksi Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh. Kematian itu membuat populasi gajah kian sedikit.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
IDI RAYEUK, KOMPAS — Gajah sumatera (Elephas maximus sumatrensis) berusia 1,5 tahun ditemukan mati di Desa Peunaron Lama, Kecamatan Peunaron, Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh. Anak gajah itu diduga mati setelah terperosok dalam kubangan.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Agus Arianto, Minggu (5/4/2020), menuturkan, gajah itu ditemukan pada Jumat (3/4/2020) oleh warga setempat. Satwa lindung itu ditemukan telah mati, posisi bangkai terendam kubangan. Lokasi penemuan gajah berada dalam kawasan hutan produksi.
Tim patroli dari BKSDA Aceh dan Forum Konservasi Leuser (FKL) melakukan evakuasi bangkai gajah itu pada Sabtu. Bangkai itu berjenis kelamin betina, tetapi sudah membusuk karena diduga mati sejak sebulan lalu. Bangkai gajah kemudian dikuburkan.
”Tidak ada tanda-tanda kekerasan, mungkin ini kematian murni karena kecelakaan,” kata Agus.
Meski masih anakan, bagi Agus, kematian gajah sangat menyedihkan, sebab populasi gajah kini dalam kondisi kritis. Di Aceh jumlah populasi gajah 539 ekor. Terjadi penyusutan dibandingkan tahun tahun 1991, yakni 800 ekor (Kompas, Jumat, 16 Agustus 1991).
Di Aceh sepanjang 2016 hingga 2020, jumlah gajah mati 39 ekor. Penyebab paling dominan karena dipicu konflik dengan manusia, yakni 74 persen, kematian karena diburu 14 persen, dan kematian alami 12 persen.
Pada awal 2020, kasus paling mengejutkan adalah ditemukan lima kerangka gajah di Aceh Jaya. Gajah itu mati karena terkena setrum dari kabel listrik tegangan tinggi yang dipasangi warga di kebun. Hingga kini polisi belum menemukan pelaku yang menyebabkan gajah itu mati. Padahal, gading gajah itu raib diduga diambil untuk diperdagangkan.
”Berdasarkan The IUCN Red List of Threatened Species, satwa yang hanya ditemukan di Pulau Sumatera ini berstatus Critically Endangered atau spesies yang terancam kritis, berisiko tinggi untuk punah di alam liar,” kata Agus.
Perebutan ruang antara manusia dan satwa memicu konflik. Kini 85 persen populasi gajah di Aceh berada di luar kawasan konservasi. Perubahan fungsi hutan menjadi kawasan budidaya membuat gajah terusir dari habitat.
Tidak ada tanda-tanda kekerasan, mungkin ini kematian murni karena kecelakaan.
Ketua Perlindungan Flora dan Fauna di Aceh Tengah Muslim menuturkan, perburuan terhadap gajah masih marak. Awal Maret 2020, mereka menemukan racun dicampur dengan pupuk yang diletakkan di jalur satwa di Desa Karang Ampar, Aceh Tengah.
Dia menduga racun itu sengaja diletakkan oleh pemburu agar gajah memakan, mati, kemudian gadingnya diambil. ”Tidak jauh dari lokasi itu, ada sapi mati karena memakan racun,” kata Muslim.
Di Karang Ampar pada 2017 pernah terjadi penembakan terhadap gajah jantan menggunakan senjata AK 56. Sepasang gading gajah diambil oleh pemburu. Polisi menangkap pelaku penembakan, tetapi sepasang gading itu hingga kini tidak diketahui rimbanya.