Pandemi virus korona yang belum teratasi di satu sisi membawa penderitaan bagi kehidupan. Namun, di sisi lain, khususnya bagi umat Katolik, pandemi dalam masa Paskah bisa menjadi momentum kebangkitan hidup sederhana.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS - Pandemi virus korona yang belum teratasi di satu sisi membawa penderitaan bagi kehidupan. Namun, di sisi lain, khususnya bagi umat Katolik, pandemi dalam masa Paskah bisa menjadi momentum kebangkitan hidup secara sederhana.
Demikian diutarakan Uskup Surabaya Mgr Vincentius Sutikno Wisaksono dalam khotbah Misa Paskah yang disiarkan secara langsung dalam jaringan internet di Gereja Hati Kudus Yesus (Katedral), Surabaya, Jawa Timur, Minggu (12/4/2020).
Kesederhanaan yang begitu Agung itulah mengingatkan kita untuk merayakan Paskah juga secara sederhana (Vincentius Sutikno Wisaksono)
Perayaan ekaristi yang dipimpin Uskup Surabaya melalui akun Komisi Sosial Keuskupan Surabaya dalam saluran media sosial YouTube itu berlangsung pukul 08.00-09.00 WIB. Setiap misa dalam jaringan mulai Minggu Palma, Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Suci (Malam Paskah) hingga Minggu Paskah, rata-rata dilihat oleh 2.000 - 8.000. Padahal hampir semua gereja atau paroki di Keuskupan Surabaya menggelar misa dalam jaringan masing-masing.
Wisaksono mengatakan, pandemi virus korona membawa kesengsaraan bahkan kematian. Dalam sudut pandang keimanan Katolik, kesengsaraan dan kematian dialami oleh Yesus Kristus. Namun, Tuhan yang sengsara dan mati untuk menebus dosa manusia kemudian bangkit dan hidup.
Peristiwa Paskah yang dialami Yesus Kristus, lanjut Wisaksono, membawa pesan kesederhanaan. Allah menderita, wafat, dan bangkit bukan dalam suasana gegap gempita apalagi mencari popularitas dan sensasional. “Kesederhanaan yang begitu Agung itulah mengingatkan kita untuk merayakan Paskah juga secara sederhana,” katanya.
Perjuangan menghadapi pandemi, menurut Wisaksono, masih berlangsung. Namun, semangat Paskah bisa menjadi kekuatan batin dan semangat bagi umat untuk pantang menyerah. Jika pandemi ibarat salib kehidupan, panggullah dalam semangat hidup yang tetap menyala. “Bangkitlah dengan kehidupan yang baru, jagalah imunitas tubuh dengan hati yang gembira,” ujarnya.
Misa dalam jaringan internet dilaksanakan untuk mencegah penularan virus korona. Di Jatim yang merupakan wilayah kerja Keuskupan Surabaya dan Keuskupan Malang, situasi wabah virus korona belum membaik.
Berbagai cara harus dan terpaksa ditempuh untuk memutus penularan dan mengurangi penyebaran terutama jaga jarak fisik. Kegiatan keagamaan yang melibatkan banyak orang termasuk misa dalam ritus Katolik dipindahkan ke dunia maya atau internet.
Secara terpisah, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa kembali mengingatkan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat, jaga jarak fisik, dan pembatasan aktivitas dengan karantina atau isolasi sebagai salah satu ikhtiar melawan pandemi virus korona.
Meski demikian, situasi memang belum membaik. Sampai kini, menurut laman http://www.infocovid19.jatimprov.go.id, tercatat 267 warga positif virus korona dengan rincian 26 jiwa meninggal, 176 orang dirawat, dan 65 warga dinyatakan sembuh. Selain itu, 1.394 pasien dalam pengawasan dengan rincian 76 jiwa meninggal, 931 orang masih dalam pengawasan, dan 387 orang selesai pengawasan.
Baca juga : Mewanti-wanti Ledakan Kasus di Jawa Timur
Ada juga 13.658 orang dalam pemantauan dengan rincian 19 jiwa meninggal, 8.042 orang masih dipantau, dan 5.597 warga selesai dipantau. Untuk dicermati, warga yang meninggal dalam status PDP dan ODP belum tentu akibat serangan virus korona tetapi penyakit bawaan. Konfirmasi kematian akibat virus korona setelah ada hasil pemeriksaan sawab oleh laboratorium yang ditunjuk pemerintah.
Dari 38 kabupaten/kota di Jatim, tersisa Sampang dan Sumenep (Pulau Madura) dan Ngawi, Kota Mojokerto, dan Kabupaten Mojokerto yang belum ada kasus warga positif virus korona. “Kewaspadaan dan kesiagaan tetap perlu ditingkatkan,” kata Khofifah.
Ketua Rumpun Upaya Kuratif Satgas Covid-19 Jatim Joni Wahyuhadi yang dihubungi terpisah mengatakan, jumlah kasus virus korona meningkat seiring dengan kenaikan jumlah warga yang diperiksa. Jumlah ODP meningkat juga karena Jatim adalah daerah asal perantau atau tujuan mudik. Para pemudik, dalam masa pandemi, jika datang dari daerah episentrum harus karantina atau isolasi.
Aparatur desa/kelurahan di Jatim turut menyiapkan tempat khusus untuk karantina atau isolasi mandiri para pemudik. Sejauh ini, sudah ada 3.631 desa yang memiliki ruang observasi. Sebanyak 4.092 desa lainnya belum menyiapkan ruang observasi yang bisa memakai gedung sekolah, balai desa, balai RW, balai RT, atau gedung olahraga setempat.