Tempat Karantina di DIY Dihuni Pemudik yang Ditolak Warga
Pemudik mulai menghuni tempat karantina yang disiapkan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Mereka yang menempati adalah warga yang masih ditolak warga atau rumahnya tak memadai untuk penerapan isolasi mandiri.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Sejumlah tempat karantina yang telah disiapkan di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai dihuni pemudik. Kebanyakan yang menempati adalah mereka yang belum diterima warga sekitar atau tempat tinggalnya tak memadai untuk isolasi mandiri.
Tercatat ada 11 warga pendatang atau pemudik yang dikarantina di Asrama Haji Yogyakarta, di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakata, hingga Minggu (12/4/2020) siang. Rinciannya, empat orang merupakan orang dalam pemantauan (ODP) dan tujuh orang tanpa gejala pelaku perjalanan area terdampak (OTG PPAT). Semuanya berada dalam kondisi baik. Tempat tersebut mulai dihuni sejak Kamis (9/4/2020).
”Jadi, yang masuk di sini karena ditolak masyarakat setempat. Sebenarnya, kan, bisa diisolasi mandiri oleh masyarakat. Tetapi, masyarakat lebih memilih dibawa ke sini (Asrama Haji Yogyakarta) karena masyarakat belum tahu bagaimana melakukan isolasi mandiri,” kata Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan, Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Sleman, Makwan.
Makwan menambahkan, pada Minggu pagi, terdapat satu penghuni karantina yang dipulangkan ke rumahnya, yakni SW (45). Ia merupakan warga Desa Tridadi, Kecamatan Sleman. Warga tersebut baru saja melakukan perjalanan dari Bima, Nusa Tenggara Barat, dan sempat transit di Jakarta selama satu malam.
SW dikarantina di Asrama Haji Yogyakarta sejak Jumat (10/4/2020). Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Sleman mengedukasi warga di sekitar tempat tinggal SW bahwa isolasi mandiri bisa dilakukan. Warga pun akhirnya bisa menerima sehingga SW bisa melanjutkan isolasi mandiri di rumahnya.
Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Sleman mengedukasi warga di sekitar tempat tinggal SW bahwa isolasi mandiri bisa dilakukan.
Ada pula penghuni karantina yang merupakan sepasang suami-istri, yakni Jn (38) dan Kr (38). Mereka memiliki riwayat perjalanan dari Amerika Serikat karena bekerja sebagai kru kapal pesiar. Keduanya juga sudah mengikuti rapid test sewaktu di Bali. Hasilnya negatif. Namun, masyarakat sekitar tempat tinggal mereka belum bisa menerima kedatangan keduanya.
”Masyarakat tidak bisa sekadar menolak. Mereka harus bertanggung jawab. Jadi, kami melakukan edukasi kepada mereka. Mereka harus siap menerima kembali pemudik setelah karantina seiring kondisinya yang semakin membaik,” kata Makwan.
Pemerintah Kabupaten Bantul juga telah menyiapkan dua tempat karantina, yakni Balai Latihan Kerja (BLK) Bantul dan Loka Bina Karya (LBK) Bantul. LKB mampu menampung sekitar 30 orang, sedangkan BLK mampu menampung sekitar 10 orang.
Tiga warga sudah mulai dikarantina di BLK Bantul sejak Jumat (10/4/2020). Kondisi kesehatannya terus dipantau selama 14 hari ke depan. ”Ketiganya punya riwayat perjalanan dari luar daerah. Mereka dikarantina di tempat yang kami siapkan karena kondisi rumahnya tidak memadai untuk isolasi mandiri,” kata Sekretaris Daerah Kabupaten Bantul Helmi Jamharis, saat dihubungi.
Secara terpisah, Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengungkapkan, ada lima warga yang sudah ditampung di tempat karantina di Balai Diklat Kementerian Sosial Yogyakarta. Kelima warga tersebut tidak bisa melakukan isolasi mandiri karena kondisi rumahnya tak memenuhi syarat untuk isolasi.
Selama karantina 14 hari, para warga yang dikarantina itu akan dipantau kondisinya oleh tim gabungan dari Dinas Sosial Kota Yogyakarta, Satpol PP Kota Yogyakarta, dan puskesmas. Menurut data Pemerintah Kota Yogyakarta, terdapat 1.581 orang yang masuk ke Kota Yogyakarta dari akhir Maret hingga saat ini.
Masih banyak yang bisa isolasi mandiri di rumah masing-masing. Itu menunjukkan kesadaran tinggi warga Kota Yogyakarta. (Heroe Poerwadi)
Secara rinci, jumlah itu terdiri dari 960 pemudik dan 621 warga Kota Yogyakarta yang baru pulang dari tugas di luar kota. Angka tersebut diperoleh dari pencatatan setiap RT dan RW di seluruh kelurahan.
”Masih banyak yang bisa isolasi mandiri di rumah masing-masing. Itu menunjukkan kesadaran tinggi warga Kota Yogyakarta. Terlebih jika sudah dianjurkan puskesmas untuk isolasi di rumah, artinya warga tersebut masih aman untuk isolasi di rumah. Tentu petugas akan merekomendasikan ke rumah sakit jika yang bersangkutan memang perlu,” ucap Heroe.