Masa panen ditandai dengan acara Festival Manggis yang diadakan setiap tahun oleh Pemerintah Kabupaten Purwakarta. Suatu kemewahan bisa mencicipi ”ratu buah” di tempat asalnya.
Oleh
Melati Mewangi
·4 menit baca
Ancaman pandemi Covid-19 datang bersamaan masa panen manggis (Garcinia mangostana L) di Purwakarta, Jawa Barat. Ekspor manggis pun surut sementara waktu. Jika biasanya warga hanya menikmati manggis sisa ekspor, pada tahun ini adalah momentum bagi manggis Purwakarta menjadi primadona di daerahnya sendiri.
Masa panen ditandai dengan acara Festival Manggis yang diadakan setiap tahun. Pemerintah Kabupaten Purwakarta memaknainya sebagai bentuk syukur atas melimpahnya hasil panen manggis para petani. Festival pada tahun ini digelar di Desa Parakan Garokgek, Kecamatan Kiarapedes, Sabtu (14/3/2020) pagi. Sebanyak 3 ton manggis dibagikan secara gratis kepada para pengunjung.
Esem (45), pengunjung asal Desa Mekarjaya, Kecamatan Kiarapedes, antusias memasukkan manggis yang disediakan panitia ke dalam kantong plastik. Setelah kantong itu terisi penuh dengan manggis, dia berjalan menjauhi etalase kayu tersebut dan membagikan manggis yang dibawanya itu kepada teman-temannya.
Kapan lagi bisa makan manggis enak dan segar kayak gini, gratis pula.
”Maaf memalukan, ya, tingkah saya (memasukkan banyak manggis ke plastik). Kapan lagi bisa makan manggis enak dan segar kayak gini, gratis pula,” kata Esem sambil tertawa. Jarang-jarang ia bisa menikmati manggis berukuran besar dan manis. Sebagai buruh tani, Esem harus menyisihkan Rp 30.000 per kilogram untuk membeli manggis langsung dari petani. Ia tak mau melewatkan kesempatan makan manggis gratis ini.
Pengunjung lain asal Desa Sindangpanon, Kecamatan Bojong, Purwakarta, Nung (25), tampak sibuk memilih manggis di rak etalase kayu. Manggis berukuran besar menjadi pilihannya untuk diberikan kepada Dewi (5), putrinya. Dia mengaku tidak bisa membedakan antara manggis varietas Purwakarta dan manggis dari daerah lain secara fisik.
Satu hal yang ia yakini, manggis yang disediakan saat festival adalah manggis kualitas ekspor atau terbaik. ”Harga manggis, kan, lumayan mahal, ya. Kalau beli sendiri, sering kebagian yang berukuran kecil dan kadang zonk (busuk),” kata Nung. Ciri khas manggis Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 571/Kpts/SR.120/9/2006.
Dari segi bentuk, manggis Wanayasa berukuran relatif besar dengan diameter berkisar 4,5-5 sentimeter, jumlah siung per buah enam sampai tujuh dan bobotnya 90-110 gram per buah. Daging buah rasanya manis dan asam serta memiliki warna kulit buah merah keunguan. Buah ini tumbuh pada daerah dataran tinggi di empat kecamatan, yakni Kecamatan Wanayasa, Darangdan, Bojong, dan Kiarapedes.
Luas perkebunan manggis di Purwakarta hingga 1.500 hektar dengan produksi rata-rata 47 ton per hektar saat panen raya tiba. Buah manggis menjadi salah satu sektor produksi perkebunan unggulan di Purwakarta.
Yang membedakan manggis dari wilayah ini dengan tempat lainnya adalah daya simpan yang mencapai 28 hari. Tak heran manggis Purwakarta menjadi salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia.
Akan tetapi, kondisi pasar ekspor manggis surut akibat tertutupnya keran impor negara utama tujuan ekspor, yakni China. Meski demikian, Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika optimistis hasil panen manggis saat ini justru membuka peluang untuk Purwakarta mengisi pasar dalam negeri.
”Selama ini, sebagian masyarakat Purwakarta dan sekitarnya tidak pernah tahu manggis berkualitas ekspor milik Purwakarta itu seperti apa. Ini kesempatan bagi manggis Purwakarta menjadi primadona di daerah sendiri,” ucap Anne. Dalam pengembangan ekspor manggis ke depan, Kementerian Pertanian bakal menjajaki ekspor ke negara di Timur Tengah dan Eropa.
Komoditas pertanian dalam negeri bisa menyelamatkan kondisi pelambatan pasar pada tahun ini.
Selama ini, produksi manggis dalam negeri paling banyak diekspor ke China. Sejak dibukanya kembali keran ekspor manggis ke China tahun 2018, jumlah ekspor meningkat signifikan hingga 300 persen atau 38.800 ton. Pada 2017, hanya mengekspor 9.200 ton.
Untuk sementara, penyerapan pasar dalam negeri jadi prioritas utama. Setelah berkurangnya wabah Covid-19, Kementan akan menggenjot ekspor kembali. ”Komoditas pertanian dalam negeri bisa menyelamatkan kondisi pelambatan pasar pada tahun ini. Kami berupaya untuk mencari pasar ekspor dari negara mitra potensial di seluruh dunia,” ujar Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto.
Prihasto, mengutip data Badan Pusat Statistik tahun 2019, mengatakan, jumlah produksi manggis nasional adalah 242.000 ton. Angka tersebut meningkat 6,2 persen dibandingkan produksi sebelumnya sebesar 228.000 ton.
Produksi manggis di Jawa Barat sebanyak 75.000 ton atau 31 persen dari produksi manggis nasional. Manggis Purwakarta berkontribusi sebanyak 6 persen atau 4.452 ton produksi manggis di Jawa Barat.
Tak kebagian
Puas mengisi kantong plastik dengan manggis, Esem beranjak pulang. Sudah tiga kali ia bolak-balik dari etalase untuk mengisi kantong-kantong plastik yang dibawanya dari rumah dengan manggis. ”Ini mau saya bawa pulang biar orang rumah juga merasakan apa yang saya makan,” ujarnya.
Beruntung, ia masih bisa mencicipi manggis itu. Berbeda dengan Raras Calista (20), mahasiswa semester VI jurusan Manajemen Agribisnis IPB, yang tak kebagian. Meski begitu, ia merasa senang bisa hadir dan melihat kegembiraan para warga menikmati manggis. ”Wajah mereka happy habis makan manggis, pasti rasanya manis dan segar semua,” katanya.
Sukacita masyarakat dalam festival itu senada dengan filosofi kejujuran manggis. Apa yang ditunjukkan dari luar, yakni buah yang diekspor ke luar negeri, sama dengan kondisi di dalamnya yang bisa dinikmati di negeri sendiri. Suatu kemewahan bisa mencicipi ”ratu buah” di tempat asalnya.