PSBB Hari Pertama Belum Signifikan Batasi Aktivitas Warga Pekanbaru
Hari pertama penerapan pembatasan sosial berskala besar di Kota Pekanbaru belum berdampak signifikan mengurangi aktivitas warga di luar rumah. Masih banyak warga beraktivitas di luar, seperti biasa sebelum PSBB.
Oleh
SYAHNAN RANGKUTI
·4 menit baca
PEKANBARU, KOMPAS — Hari pertama penerapan pembatasan sosial berskala besar di Kota Pekanbaru, Jumat (17/4/2020), belum signifikan menekan aktivitas masyarakat. Salah satu parameternya, kondisi lalu lintas di ibu kota Provinsi Riau itu masih ramai seperti sebelum PSBB.
Kompas yang mengitari Kota Pekanbaru dari ujung timur di perbatasan dengan wilayah Kabupaten Pelalawan sampai ke barat ke batas Kabupaten Kampar menemukan pola yang serupa. Warga tetap beraktivitas seperti semasa sebelum PSBB.
Toko-toko dan warung tetap buka walaupun bukan menjual kebutuhan bahan pokok.
Di sepanjang jalan lintas timur menuju perbatasan Kabupaten Pelalawan, terlihat masyarakat tetap beraktivitas di luar rumah. Beberapa warga berkendara tanpa memakai masker. Ada pula yang berboncengan dengan sepeda motor. Toko-toko dan warung tetap buka walaupun bukan menjual kebutuhan bahan pokok.
Mendekati perbatasan Pekanbaru dengan Pelalawan, persisnya di persimpangan Pasir Putih, Kilometer 21, terdapat pemandangan berbeda. Di lokasi yang menjadi persimpangan jalur truk dan kendaraan pribadi menuju Kota Pekanbaru itu terdapat posko pencegahan Covid-19 yang diisi oleh petugas Polri, TNI, dan Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru.
Setiap kendaraan yang lewat distop. Petugas mengawasi isi penumpang di dalam kendaraan roda empat. Apabila tidak memakai masker diminta segera berbalik arah. Namun ada pilihan. Di dekat posko, terdapat penjual masker yang sigap menawarkan dagangannya
Di beberapa persimpangan Jalan Tuanku Tambusai masih terjadi kemacetan sesaat akibat kendaraan yang ingin memutar. Persimpangan Jalan Tuanku Tambusai dan Jalan Soekarno-Hatta, persis di depan dua buah mal besar, masih banyak kendaraan melintas. Lalu lintas padat juga terlihat di pusat Kota Pekanbaru, di Tugu Nol Kilometer, persis di depan Kantor Gubernur Riau.
Sekretaris Daerah Kota Pekanbaru Mohammad Noer mengatakan belum melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan PSBB di hari pertama. Namun, pihaknya telah melakukan pemantauan di beberapa lokasi untuk bahan evaluasi pada hari kedua.
”Hari ini baru berjalan. Apa yang kita teorikan (di dalam peraturan wali kota) akan kita lihat hasilnya. Kalau memang tidak berhasil, pembatasan kemungkinan akan semakin diperketat,” kata Noer.
Bertambah
Juru Bicara Posko Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Riau, Indra Yovi, pada Jumat petang mengungkapkan, terdapat penambahan dua orang positif di Riau. Total keseluruhan menjadi 26 dari sehari sebelumnya 24 orang. Adapun empat pasien meninggal dunia.
”Ada berita baik, yang sembuh semakin banyak. Sampai hari ini ada sembilan orang yang sembuh dan sudah boleh pulang. Beberapa di antaranya masih melakukan isolasi mandiri selama tujuh sampai 10 hari,” kata Indra.
Hanya saja, tambah dokter spesialis paru Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad itu, terdapat laporan yang kurang mengenakkan yang dihadapi beberapa eks pasien Covid-19. Pasien positif dan status PDP (pasien dengan pengawasan) mendapat pengasingan dari masyarakat sekitarnya.
”Saya mendapat laporan dari pasien bahwa mereka belum dapat berbaur dengan warga di sekitarnya. Mereka merasa dijauhi warga. Ini sangat tidak baik. Pasien yang sembuh justru lebih kuat daripada orang yang belum pernah terkena. Kita yang sekarang sehat justru lebih berisiko dibandingkan mereka,” kata Indra.
Mereka merasa dijauhi warga. Ini sangat tidak baik.
Pasien nomor 25, tambah Indra, adalah A (64), warga Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir. Pasien A sama sekali tidak pernah bepergian ke luar dari Tembilahan. Di duga, A tertular dari kontak dengan saudara dan kerabatnya yang baru pulang dari Malaysia.
Pasien nomor 26 adalah HHH (28), warga Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru. Warga Kecamatan Tampan, paling banyak terpapar Covid-19 di Kota Pekanbaru.
”Ini menjadi perhatian utama Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. Dibandingkan dengan kecamatan lain, Tampan memiliki zona yang lebih merah,” kata Indra.
Indra menambahkan. Beberapa rumah sakit di Riau, terutama Kota Pekanbaru, menambah kapasitas ruang isolasi. Penambahan cukup signifikan mencapai 150 kamar. Apabila ditotal, Riau mampu menangani pasien isolasi sampai 500 orang.
”Kondisi sekarang, banyak pasien PDP yang menunggu hasil uji swab. Untungnya pada Senin (20 April), laboratorium PCR RSUD Arifin Achmad sudah dapat difungsikan sehingga uji swab pasien PDP akan lebih cepat diketahui hasilnya dan tidak menumpuk seperti sekarang,” tutur Indra.
Kepala Dinas Kesehatan Riau Mimi Yuliani Nasir menambahkan, dari 48 rumah sakit rujukan di Riau, 36 di antaranya sudah merawat pasien PDP dan Covid-19. Rumah sakit itu tersebar di seluruh kabupaten dan kota di Riau, kecuali Indragiri Hulu.
Hasil analisis Dinas Kesehatan Riau, kata Mimi, menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak terpapar Covid-19 (pasien positif dan PDP). Dari total 298 pasien PDP, 173 adalah laki-laki dan 125 perempuan. Pasien yang positif, 15 laki-laki dan 9 perempuan (data tanggal 16 April 2020).
Rentang usia pasien positif Covid-19 terbesar di Riau adalah 40-60 tahun dengan jumlah 14 orang. Disusul dengan usia di atas 60 tahun sebanyak 5 orang dan 5-18 tahun 5 orang.