Laboratorium untuk uji sampel usap di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Kelas I Manado, Sulawesi Utara, diperkirakan siap dalam dua pekan ke depan.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Laboratorium untuk uji sampel usap di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Kelas I Manado, Sulawesi Utara, diperkirakan akan siap dalam dua pekan ke depan. Dengan satu alat real time polymerase chain reaction, balai tersebut dapat menguji kurang lebih 96 sampel pasien terduga Covid-19 setiap hari.
Hingga Sabtu (18/4/2020), laboratorium di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BLTKPP) Kelas I Manado masih dipugar agar dapat digunakan untuk uji sampel usap dengan teknik reaksi rantai polymerase (PCR). Salah satu pekerjaan yang sedang berlangsung adalah pelapisan lantai laboratorium.
”Sekarang lantai laboratorium masih dilaminating dengan bahan epoksi. Sesuai standar keamanan biosafety level (BSL) 2, tidak boleh ada celah seperti lantai keramik di laboratorium untuk memperkecil kemungkinan penyebab perkembangan virus,” kata epidemiolog sekaligus Kepala Instalasi Virologi BTKLPP Kelas I Manado dr Zusi Marpaung.
Ada tiga ruang yang dibutuhkan dalam uji PCR. Pertama, ruang mixing untuk persiapan reagen. Kedua, ruang ekstraksi untuk mengekstraksi ribonucleic acid (RNA) dari sampel usap. Biosafety cabinet dibutuhkan pada tahap ini karena petugas laboratorium akan melakukan kegiatan dalam jarak dekat dengan sampel yang mungkin terinfeksi.
Ketiga,ruang permesinan tempat mesin uji PCR untuk mengetahui keberadaan virus dalam sampel. Zusi mengatakan, sampel yang sudah meninggalkan satu ruangan tidak boleh kembali ke ruang tersebut untuk mencegah kontaminasi.
Adapun saluran pembuangan, penampungan, dan pengolahan limbah dari laboratorium juga sedang dibangun. Diperkirakan pembangunan gedung akan selesai dalam waktu satu sampai dua pekan.
Meski demikian, laboratorium tidak akan dapat beroperasi jika reagen untuk proses ektraksi RNA tidak kunjung datang. Zusi mengatakan, saat ini Indonesia sedang kehabisan stok reagen tes PCR. ”Reagen itu mesti diimpor, jadi harus menunggu,” katanya.
Pada saat yang sama, beberapa perlengkapan laboratorium sesuai standar BSL-2 telah didatangkan, termasuk dua biosafety cabinet yang tiba sekitar empat hari lalu. Keduanya masih terbungkus dalam kardus dan bingkai kayu jasa pengiriman. Alat microcentrifuge dan alat real time PCR (RT PCR), masing-masing satu unit, juga telah tiba.
”Kami sebenarnya punya satu alat RT PCR, tetapi sistemnya tertutup karena hanya reagen bikinan pabrik yang bisa digunakan. Kami juga ada satu lagi PCR konvensional. Tetapi itu akan digunakan untuk kebutuhan lain, jadi RT PCR baru yang akan kami gunakan,” kata Zusi.
Menurut Zusi, alat RT PCR yang akan digunakan dapat menguji 96 sampel dalam satu hari. Pemerintah hanya dapat mendatangkan satu alat RT PCR karena harganya yang sangat mahal.
Pada saat yang sama, kata Zusi, pihaknya masih menunggu kedatangan alat pelindung diri (APD) dari pemerintah pusat. APD yang dimaksud meliputi penutup rambut, masker N95, pelindung wajah (faceshield), baju hazardous material, dan pembungkus alas kaki.
Sementara itu, Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Sulut dr Steaven Dandel memperkirakan, reagen ekstraksi RNA untuk tes PCR baru ada pada pekan keempat April 2020. Ia mengatakan, BTKLPP juga terus mempersiapkan diri dengan merenovasi gedung dan mendatangkan alat-alat yang diperlukan.
Menurut Steaven, persiapan laboratorium dengan standar BSL-2 harus sangat teliti. Salah satu ketentuannya adalah memiliki aliran udara negatif, yaitu hanya dari luar ke dalam laboratorium. Ini untuk mencegah partikel udara yang terkontaminasi virus keluar dari dalam laboratorium.
”Di tengah desakan berbagai pihak, Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah strategis memperluas kemampuan pemeriksaan laboratorium RT PCR. Jumlah jejaring laboratorium sudah meningkat jadi 78, salah satunya di Sulut,” kata Steaven.
Di tengah desakan berbagai pihak, Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah strategis memperluas kemampuan pemeriksaan laboratorium RT PCR. Jumlah jejaring laboratorium sudah meningkat jadi 78, salah satunya di Sulut.
Hingga saat ini, 224 sampel usap telah dikirim ke Jakarta dan Makassar untuk diuji di beberapa laboratorium. Baru 169 sampel yang hasilnya telah diketahui, 20 di antaranya positif.
Dibutuhkan waktu 10-14 hari untuk mengirim dan mendapatkan hasil tes dari Jakarta dan 3-4 hari dari Makassar. Karena itu, pemindahan lokasi tes di laboratorium BTKLPP Manado akan memangkas waktu deteksi infeksi virus SARS-CoV-2 di Sulut dan beberapa provinsi seperti Gorontalo dan Maluku Utara lebih cepat.
Hingga Sabtu sore, jumlah kasus positif Covid-19 di Sulut sebanyak 20 kasus, meningkat dari dua kasus pada akhir Maret. Sebanyak 12 orang masih dirawat, 7 orang di Rumah Sakit Umum Pusat Prof dr RD Kandou Manado, dan 5 di RS Tingkat III Robert Wolter Monginsidi Manado. Orang dalam pengawasan (ODP) berjumlah 256, sedangkan pasien dalam pengawasan 58. Sebanyak 21 PDP meninggal di Sulut.