Pasien Tidak Terbuka, Sebanyak 21 Tenaga Medis di Cirebon Diisolasi
Sebanyak 21 tenaga medis, termasuk seorang dokter spesialis saraf dan dua dokter umum, di Rumah Sakit Ciremai, Kota Cirebon, Jawa Barat, harus menjalani isolasi mandiri. Mereka merawat pasien terduga Covid-19.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS – Sebanyak 21 tenaga medis, termasuk seorang dokter spesialis saraf dan dua dokter umum, di Rumah Sakit Ciremai, Kota Cirebon, Jawa Barat, harus menjalani isolasi mandiri. Mereka melakukan kontak langsung dengan pasien terduga Covid-19 yang tidak terbuka terkait riwayat perjalanannya.
Letnan Kolonel Ckm dr Wildan Sani, Komandan Detasemen Kesehatan Wilayah 03.04.03 Cirebon, yang membawahkan RS Ciremai, mengatakan, isolasi mandiri terhadap 21 tenaga medis dilakukan di kediaman masing-masing selama 14 hari. “Alhamdulillah, kondisi staf kami secara klinis sehat,” kata Wildan dalam konferensi pers via video di Cirebon, Senin (20/4/2020).
Isolasi dilakukan demi memastikan para tenaga medis tidak tertular dan menularkan virus korona tipe baru penyebab Covid-19 setelah merawat M, pasien yang diduga menderita Covid-19. Wildan menuturkan, laki-laki lansia tersebut datang ke Instalasi Gawat Darurat RS Ciremai pada Selasa (14/4/2020) sekitar pukul 09.00 dalam kondisi tak sadarkan diri dan sesak nafas.
“Tenaga medis kami langsung melakukan pertolongan tentunya dengan APD (alat pelindung diri) standar,” ucapnya. Pihaknya sudah menanyakan kepada keluarga pasien apakah yang bersangkutan pernah ke daerah tempat merebaknya Covid-19 atau kontak langsung dengan pasien Covid-19. Namun, keluarga enggan memberikan data itu.
Uji tes cepat dengan metode pemeriksaan imunoglobulin di dalam sampel darah pun dilakukan dan hasilnya negatif. “(Selasa) malam harinya, keluarga baru terbuka bahwa pasien sudah kontak langsung dengan dua anggota keluarga yang meninggal dunia dengan status pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19. Rabu (15/4/2020) pukul 00.15, pasien lalu meninggal dunia,” katanya.
Pihaknya sudah melakukan tes usap tenggorokan untuk memastikan pasien tersebut terjangkit Covid-19 atau tidak. Namun, hasilnya belum diketahui. Pasien yang diketahui datang dari Jakarta itu telah dkebumikan di Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon.
Akibat ketidakterbukaan pasien dan keluarganya, sebanyak 21 tenaga medis RS Ciremai kini melakukan isolasi mandiri. Wildan memastikan, informasi terkait seorang dokter spesialis saraf di RS Ciremai yang meninggal dunia merupakan kabar bohong . Mereka rencananya menjalani tes uji cepat pada Selasa (21/5/2020). Seluruh lokasi yang pernah dilalui pasien juga telah dibersihkan menggunakan cairan disinfektan.
“Jangan sekali-kali berbohong atau menutupi informasi kalau Anda dari mana saja. Apalagi, sampai kontak dengan PDP yang meninggal dunia. Jangan khawatir tidak mendapatkan kamar atau tidak dilayani sehingga lantas tidak jujur,” papar Wildan. Apalagi, RS Ciremai termasuk salah satu rujukan bagi pasien Covid-19 di Jabar.
Wakil Wali Kota Cirebon Eti Herawati meminta masyarakat agar tidak memberikan stigma negatif kepada pasien terduga Covid-19. Stigma membuat pasien dan keluarganya enggan memberikan informasi terkait riwayat kontak dan perjalanan kepada tenaga medis.
Jumat (17/4/2020) lalu, Eti mengunjungi rumah warga yang berstatus orang dalam pemantauan (ODP) terkait Covid-19 di Kecamatan Harjamukti. Bersama perwakilan RW setempat, ia membawa buah dan makanan kepada warga yang hasil uji tes cepatnya menunjukkan positif terpapar virus. “Ini belum bisa dipastikan jenis virusnya. Jadi, jangan panik dan mengucilkan orang,” katanya.
Hingga Senin, seorang warga Kota Cirebon meninggal dunia akibat positif Covid-19 dan enam orang lainnya masih dirawat di ruang isolasi dengan status pasien dalam pengawasan. Sebanyak 27 orang berstatus ODP.