Daerah Antisipasi Kepulangan Perantau dan Siapkan Bansos
Sejumlah daerah menyiapkan bantuan sosial bagi warga yang terdampak wabah Covid-19. Para perantau yang terpaksa pulang karena kehilangan pekerjaan juga akan menjadi sasaran pemberian bantuan.
Oleh
TIM KOMPAS
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah daerah menyiapkan bantuan sosial bagi warga yang terdampak wabah Covid-19. Para perantau yang terpaksa pulang karena kehilangan pekerjaan juga akan menjadi sasaran pemberian bantuan. Sejumlah lembaga turut membantu.
Saat ini, Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sedang mematangkan jumlah warga yang layak menerima bantuan. Data penerima didasarkan pada nomor induk kependudukan. Sekretaris Daerah (Sekda) DI Yogyakarta Kadarmanta Baskara Aji menyampaikan, jumlah penerima bansos masih dibahas.
”Kami sedang mensinkronisasi data. Sumber dana bansos berasal dari beberapa sumber dengan mekanismenya tersendiri,” katanya di Kantor Gubernur DIY, Senin (20/4/2020). Sumber dana bansos berasal dari APBD DIY, APBD kabupaten dan kota, Kementerian Sosial, hingga Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Dari data awal ada 125.000 keluarga penerima bansos Kemensos selama tiga bulan (April - Juni) senilai Rp 600.000 per keluarga.
Sekitar 76.000 keluarga belum mendapat bansos dari program yang ada. Namun, jumlahnya berkurang menjadi sekitar 40.000 keluarga setelah ada verifikasi antara data Dinsos DIY dengan data Kemensos. Di level kabupaten, Sidoarjo (Jawa Timur) mulai mendistribusikan bantuan pada Senin (20/4). Distribusi paket senilai Rp 40,5 miliar itu diperuntukkan bagi 135.572 keluarga yang tinggal di 18 kecamatan.
Wakil Bupati Sidoarjo Nur Achmad Syaifuddin mengatakan, pembagian paket kebutuhan pokok merupakan bagian dari upaya pemda untuk mengurangi dampak ekonomi dan sosial pada masyarakat prasejahtera. ”Jumlah masyarakat prasejahtera berdasarkan data Dinas Sosial Sidoarjo ada 135.000 keluarga,” ujar Nur. Paket kebutuhan pokok yang didistribusikan berupa 5 kg beras, 1 liter minyak goreng, 2 kg gula pasir, dan 10 bungkus mi instan nilainya Rp 150.000.
Sejumlah pihak membantu pendanaan bansos, termasuk perusahaan swasta, lembaga keagamaan, dan TNI-Polri. Korps Marinir TNI Angkatan Laut, misalnya, serentak di semua wilayah membagikan paket kebutuhan pokok, paket makan siang, dan masker. ”Ini sesuai instruksi Panglima TNI untuk membantu masyarakat sekitar,” kata Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) Suhartono.
Hal yang sama dilakukan TNI-Polri di sejumlah kawasan padat penduduk di Jakarta, seperti di kawasan Cilincing, Jakarta Utara. Mereka membuka dapur umum. Gerakan Pemuda Ansor merangkul berbagai kalangan untuk memberikan bantuan kepada masyarakat. Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, pihaknya bersama beberapa filantropi menyalurkan bantuan melalui gerakan Indonesia Peduli dan Bersatu.
”Kami kesampingkan segala perbedaan dalam upaya membantu sesama. Kami tidak lihat suku, agama, ras, atau golongan,” katanya. Gerakan itu diikuti Keuskupan Agung Pontianak, Yayasan Landak Bersatu, Yayasan Penamas Mulia, dan beberapa perusahaan swasta. Bantuan dikemas dalam paket kebutuhan pokok. Hingga saat ini terkumpul 3.450 paket siap dibagikan.
Kami kesampingkan segala perbedaan dalam upaya membantu sesama. Kami tidak lihat suku, agama, ras, atau golongan.
Bantuan disalurkan melalui jaringan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Nahdlatul Ulama. Data masyarakat miskin Banser dipercaya karena mereka di tengah masyarakat. Perwakilan Yayasan Penamas Mulia dan Yayasan Landak Bersatu, Ditto Santoso, mengatakan, permasalahan pandemi Covid-19 ini harus dihadapi secara bersama-sama.
Gereja Protestan Maluku mulai membantu jemaatnya yang terdampak Covid-19 lewat pemberdayaan ekonomi dan pendampingan psikologis. Kendati sumber daya terbatas, langkah gereja dengan jemaat 527.328 jiwa di dua provinsi tersebut dapat membantu meringankan tugas pemerintah.
Sekretaris Umum Majelis Pekerja Harian Sinode Gereja Protestan Maluku Pendeta Elifas Tomix Maspaitella di Ambon mengatakan, sukarelawan gereja diberi peran membantu operasional di lapangan. Struktur sukarelawan ada hingga tingkatan paling bawah, yakni tersebar 762 komunitas jemaat
Antisipasi pemudik
Terkait dengan arus mudik dan perantau pulang, Sumatera Utara menerapkan protokol kesehatan ketat. Warga yang pulang diminta mengisolasi diri di rumah. Saat ini, jumlah pasien positif Covid-19 di Sumut mencapai 106 orang dan pasien dalam pengawasan 148 orang.
”Protokol kesehatan ada di semua pintu masuk Sumut dan kabupaten/kota. Setiap warga dari luar daerah dan luar negeri didata dan dipantau,” kata juru bicara gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 Sumut, Aris Yudhariansyah. Kristofel Sinaga (24), perantau dari Jakarta, mengatakan, dia terpaksa pulang kampung di Kabupaten Tapanuli Utara karena kantornya diliburkan dua bulan.
Saat tiba di Bandara Silangit, Kristofel diperiksa petugas. Semua penumpang diperiksa suhu tubuh dan diminta mengisi formulir kesehatan. Setiba di rumah, Kristofel langsung mengisolasi diri. Di Kuningan, Jabar, pemkab terus memperketat pengawasan terhadap pemudik, terutama dari wilayah episentrum wabah Covid-19. Pemudik diperiksa di perbatasan dan desa. Pemkab Cirebon hanya meminta pemudik mengisolasi diri di rumah selama dua pekan.
Pemeriksaan terhadap pemudik dilakukan di lima daerah perbatasan Kuningan, Jawa Barat, sejak 25 Maret lalu. Selain didata asal dan tujuannya, pemudik juga menjalani pemeriksaan suhu tubuh serta mencuci tangan dengan sabun. Hingga Senin, jumlah warga yang pulang kampung 61.452 orang, sebagian besar dari Jakarta dan sekitarnya.
Di Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan, petugas mematangkan sosialisasi pembelian tiket daring bagi para pemudik dari Jawa. Itu untuk mengantisipasi penumpukan pemudik di loket pembelian tiket yang bisa menularkan virus.