Dua gedung baru milik Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada akan dijadikan rumah sakit darurat untuk penanganan Covid-19. Kedua gedung itu ditargetkan rampung dibangun dan mulai beroperasi sebelum Idul Fitri.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Dua gedung baru milik Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada yang masih dalam pembangunan akan dijadikan rumah sakit darurat untuk penanganan Covid-19. Kedua gedung tersebut ditargetkan selesai dibangun dan dapat beroperasi sebelum hari raya Idul Fitri 2020.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono meninjau langsung pembangunan kedua gedung baru tersebut di Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (RSA UGM), Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (29/4/2020).
”Progres pembangunannya mencapai 30 persen sampai dengan hari ini (Rabu). Menurut kontrak, pengerjaan akan selesai 27 Mei 2020. Tetapi, kami akan mencoba agar sebelum Idul Fitri, atau 24 Mei 2020 sudah bisa dimanfaatkan,” kata Basuki.
Dua gedung baru yang akan dibangun itu merupakan Gedung Arjuna dan Yudhistira. Kedua gedung tersebut berupa beton bertulang yang telah dibangun sejak 2010. Bangunan itu memiliki luas 7.120 meter persegi. Kapasitas kedua gedung tersebut mencapai 107 pasien.
Setiap gedung terdiri atas lima lantai. Adapun ruangan yang bakal tersedia adalah ruang isolasi kritis, ruang perawatan pasien dalam pengawasan (PDP), ruang ganti medis, ruang istirahat tenaga kesehatan, dan ruang poliklinik Covid-19.
”Kami sudah melakukan uji teknis. Ada beberapa struktur yang perlu penguatan. Tadi sudah ada siku baja untuk penguatan strukturnya. Kemudian, panelnya juga sudah datang semua. Peralatan medisnya juga sudah siap dengan rekomendasi dari Kementerian Kesehatan,” ucap Basuki.
Basuki menyatakan, pihaknya meminta agar pembangunan gedung tersebut selesai dalam waktu yang cepat. Ini untuk mencegah situasi terjadinya lonjakan kasus di DIY. Namun, ia mengharapkan agar lonjakan kasus tersebut tidak terjadi.
Kami sudah melakukan uji teknis. Ada beberapa struktur yang perlu penguatan.
Rektor UGM Panut Mulyono, yang turut hadir mendampingi Basuki, mengatakan, walau pembangunan harus selesai dalam waktu cepat, jangan sampai pengerjaan dilakukan secara asal-asalan. Keunggulan kualitas bangunan tetap jadi yang terpenting. Pihaknya berharap dengan adanya tambahan gedung baru itu bisa semakin mengoptimalkan pelayanan terhadap pasien Covid-19 ke depannya.
Sementara itu, Direktur RSA UGM Arief Budiyanto menyampaikan, dari total 107 kamar yang akan tersedia, terdapat enam unit ruangan isolasi khusus. Keenam ruangan itu terdiri dari satu ruang penindakan atau operasi dan lima ruang penanganan khusus (ICU). Ruangan-ruangan itu ada yang dilengkapi ventilator, ada pula yang tidak.
”Yang jelas harus sesuai standar ruang isolasi. Itu ada dengan tekanan negatif atau hepafilter,” kata Arief.
Ia menambahkan, pihaknya juga telah menyiapkan akses khusus menuju dua gedung baru tersebut. Kedua gedung itu hanya bisa diakses oleh pasien dan petugas medis yang menangani Covid-19. Pasien umum akan diminta melewati akses jalan lainnya guna menjamin keamaan pasien tersebut.
Selain itu, Arief juga menambahkan, kedua gedung baru itu akan dikembalikan ke fungsi semula setelah wabah ini selesai. Adapun rencana pembangunan awalnya, kedua gedung itu akan digunakan untuk unit pelayanan rumah sakit lainnya seperti stroke dan hemodialisis.