Masuk Kluster Gowa, Seorang Anggota DPRD di Mataram Punya Dua Hasil ”Swab” Berbeda
Kasus positif dari kluster Gowa di NTB terus bertambah. Salah satunya adalah anggota DPRD Kota Mataram. Hanya saja, hasil ”swab” anggota DPRD itu berbeda antara pemeriksaan di Bali dan Mataram.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA/COKORDA YUDISTIRA M PUTRA/KHAERUL ANWAR
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Kasus positif Covid-19 dari kluster Gowa, Sulawesi Selatan, di Nusa Tenggara Barat terus bertambah. Salah satunya anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Mataram. Terkait status anggota DPRD berinisial HT (52) itu, terdapat perbedaan hasil pemeriksaan swab antara pemeriksaan di Bali dan Mataram.
Menurut data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 NTB, hingga Rabu (29/4/2020), jumlah pasien positif dari kluster Gowa mencapai 187 orang. Semuanya tersebar di semua kabupaten/kota di NTB. Jumlah kasus terbanyak berada di Kota Mataram dengan 52 kasus.
Lonjakan penambahan jumlah kasus positif dari kelompok penyebaran Covid-19 terbesar di NTB itu terjadi dalam seminggu terakhir. Hal itu juga tidak lepas dari pemeriksaan sampel swab yang sudah bisa dilakukan di NTB.
Infonya memang seperti itu (ada hasil swab negatif di Bali). Tetapi, kami tetap pedomani hasil swab (positif) dari Rumah Sakit Universitas Mataram.
Senin lalu, Wali Kota Mataram Ahyar Abduh mengumumkan penambahan tiga pasien baru positif. Dua orang tertular karena transmisi lokal dan satu orang lagi memiliki riwayat perjalanan ke Gowa, Sulawesi Selatan.
Pasien positif yang memiliki riwayat perjalanan ke Gowa itu adalah HT asal Karang Baru, Kecamatan Selaparang. HT juga merupakan anggota DPRD Kota Mataram.
Hanya, pada hari yang sama, beredar surat hasil pemeriksaan Covid-19 dengan metode real time polymerase chain reaction (PCR) dari Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar, yang menyatakan bahwa hasil swab HT negatif SARS-Cov-2. Tes dilakukan pada Minggu (26/4/2020) di Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri (RSPTN) Universitas Udayana.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kota Mataram I Nyoman Swandiasa menegaskan, HT positif setelah swab yang dilakukan pada Jumat (24/4/2020) dan keluar hasilnya pada Senin.
”Infonya memang seperti itu (ada hasil swab negatif di Bali). Tetapi, kami tetap pedomani hasil swab (positif) dari Rumah Sakit Universitas Mataram,” kata Nyoman.
Terkait itu, Ketua Pelaksana Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 NTB Lalu Gita Ariadi juga merilis secara resmi HT sebagai pasien positif Covid-19. Hanya, menurut Gita, HT menjalani pemeriksaan dan perawatan sebagai pasien di Bali.
Secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Bali Ketut Suarjaya membenarkan bahwa pemeriksaan dengan metode PCR terhadap HT menunjukkan hasil negatif Covid-19. Akan tetapi, itu adalah hasil pemeriksaan PCR pertama pada tanggal 26 April 2020.
Menurut Suarjaya, pasien yang masih dirawat di RSPTN Universitas Udayana di Kabupaten Badung, Bali, itu akan diperiksa lagi dengan metode PCR untuk proses kedua pada 30 April nanti.
Ia memaparkan, HT diketahui mempunyai riwayat perjalanan dari daerah terjangkit. HT sudah pernah diperiksa dengan metode uji tes cepat di Mataram pada 20 April lalu dan hasil ujinya menunjukkan reaktif Covid-19.
”Yang bersangkutan kemudian diketahui berada di Bali. Setelah itu diuji rapid test di RS Unud pada 25 April dan hasilnya reaktif Covid-19,” katanya.
Taati SOP
Dari semua kasus positif di NTB yang mencapai 230 orang, sebanyak 31 orang di antaranya dinyatakan sembuh. Sementara yang meninggal sebanyak empat orang. Adapun jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) sebanyak 334 orang dan orang dalam pengawasan sebanyak 707 orang.
Gita menambahkan, mereka juga meminta kepada semua pasien Covid-19 untuk taat dan disiplin mengikuti prosedur standar operasi (SOP) proses isolasi dan perawatan yang dilakukan.
”Sikap kooperatif penting dalam rangka melindungi keluarga dan orang-orang terdekat kita agar tidak tertular Covid-19, terutama kelompok masyarakat rentan dan memiliki risiko tinggi,” katanya.
Masyarakat rentan dan berisiko tinggi yang dimaksud adalah orang dengan usia 50 tahun ke atas, bayi dan anak balita, serta orang yang memiliki penyakit kormobid, seperti jantung, diabetes melitus, hipertensi, pneumonia, dan kanker.
Gita berharap masyarakat kelompok rentan dan berisiko tinggi juga disiplin menjalankan protokol pencegahan Covid-19, yakni tetap berada di rumah atau tidak melakukan aktivitas di luar rumah, sementara waktu tidak menerima tamu, selalu menjaga jarak, serta melaksanakan pola hidup bersih dan sehat.
”Jika membutuhkan pelayanan medis karena keluhan gejala ringan, cukup dengan menghubungi petugas pelayanan kesehatan terdekat. Tidak perlu ke rumah sakit atau puskesmas. Selanjutnya, petugas kesehatan akan mendatangi bapak atau ibu ke rumah masing-masing,” kata Gita.
Tidak hanya Pemerintah Provinsi NTB, pemerintah kabupaten kota juga terus melakukan upaya untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.
Di Lombok Utara, misalnya, menurut Pelaksana Tugas Asisten Administrasi Umum Sekretariat Daerah Lombok Utara Evi Winarni, mereka terus melakukan pengamanan dan pengecekan suhu tubuh tiap orang di kawasan perbatasan pintu masuk Lombok Utara.
”Selain itu, kami juga rutin menyemprotkan disinfektan di tempat-tempat umum, membagikan masker, melakukan sosialisasi bahaya Covid-19, serta menyampaikan imbauan kepada masyarakat terkait pencegahan Covid-19,” ujar Evi.
Terkait penanganan dampak sosial dan ekonomi, ia mengatakan, pihaknya sudah mengadakan pasar murah, memberikan sembako dan beras dari cadangan pangan kepada keluarga pasien reaktif, dan menyediakan dapur umum bagi pasien reaktif yang kini tengah dikarantina. Lombok Utara menyiapkan anggaran Rp 65 miliar untuk penanganan Covid-19.