Pasien Positif Covid-19 di NTT Sempat Berkeliling Daerah
Dua pasien positif Covid-19 Nusa Tenggara Timur sempat berkeliling daerah sebelum diketahui positif Covid-19. Tim Gugus Tugas Covid-19 NTT masih melacak jejak mereka.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Gugus Tugas Covid-19 Nusa Tenggara Timur akan menelusuri warga yang melakukan kontak dengan sembilan pasien yang dinyatakan positif di Kota Kupang dan Manggarai Barat. Diketahui dua pasien positif sempat berkeliling daerah sebelum diketahui positif Covid-19.
Juru bicara Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Covid-19 Nusa Tenggara Timur (NTT), Marius Ardu Jelamu, di Kupang, Jumat (1/5/2020), mengatakan, pascapengumuman sembilan kasus baru Covid-19 di NTT, Gugus tugas Covid-19 akan melanjutkan dengan melakukan penelusuran jejak para pasien selama ini.
”Tujuh pasien di Kota Kupang akan ditangani gugus tugas Kota Kupang dan pemprov, demikian pula dua pasien di Manggarai Barat. Mereka saat ini sedang di ruang isolasi Covid-19 di Rumah Sakit Bhayangkara Kota Kupang dan RSUD Komodo, Labuan Bajo, di Manggarai Barat. Tim medis sedang bekerja dengan segala kemampuan yang ada, berjuang menyembuhkan mereka dari virus ini,” kata Jelamu.
Ketujuh pasien Kota Kupang terkena virus lewat kluster Sukabumi, Jawa Barat. Adapun dua pasien di Manggarai Barat terkena virus saat mengikuti ijtima ulama di Gowa, Sulawesi Selatan. Gugus Tugas Covid-19 NTT minta pasien dan keluarga dari sembilan pasien ini secara jujur menceritakan jejak perjalanan para pasien guna mempermudah pelacakan.
Direktur Yayasan Tukelakang NTT Mariano Minggus mengatakan, tujuh pasien di Kupang mudah diawasi dan ditelusuri keberadaan mereka karena berada di bawah pengawasan lembaga tertentu. Mereka menjalani karantina terpusat saat tiba dari Sukabumi, akhir Maret.
Akan tetapi, rekam jejak dua pasien dari Manggarai Barat sulit dilacak. Mereka sempat mengunjungi sejumlah anggota keluarga di desa-desa sekitar Lembor. Sebelum ke Lembor, mereka masih singgah mengunjungi sejumlah anggota keluarga di Labuan Bajo bersama rekan seperjalanan lain yang mengikuti ijtima di Gowa.
Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Manggarai Barat Don Matur mengatakan sangat kecewa atas penemuan kasus Covid-19 di Manggarai Barat. Jika larangan penerbangan pesawat dan kapal laut ditetapkan awal Maret 2020, tentu kasus itu tidak ada di Manggarai Barat.
”Sebanyak 22 peserta ijtima itu berangkat 15 Maret, mengikuti kegiatan 19-22 Maret. Kalau tidak ada penerbangan saat itu, seperti hari ini, kasus itu pun tidak akan muncul di Manggarai Barat. Kasus ini sangat memukul pariwisata di Labuan Bajo,” kata Matur.
Sesuai hasil tes cepat terhadap 22 warga Manggarai Barat yang mengikuti ijtima ulama di Gowa, 13 orang dinyatakan reaktif Covid-19. Akan tetapi, mereka tidak segera diisolasi. Pemda setempat masih menunggu hasil tes polymerase chain reaction (PCR).
”Masih sembilan orang yang dinyatakan reaktif belum selesai diperiksa sesuai PCR. Demikian pula kluster Sukabumi, masih ada tujuh orang yang belum selesai pemeriksaan PCR,” kata Minggus.
Ia mengatakan, NTT bakal mengalami lonjakan pasien Covid-19 cukup tinggi pada bulan Mei-Juni. Hal ini dipicu sikap tidak disiplin masyarakat dalam mengikuti imbauan pemerintah terkait pencegahan penyebaran Covid-19, pasien tidak jujur menceritakan rekam jejak sebelum menyandang status pasien Covid-19, dan warga tidak jujur mengaku pernah bertemu pasien Covid-19.
Masih sembilan orang yang dinyatakan reaktif belum selesai diperiksa sesuai PCR. Demikian pula kluster Sukabumi, masih ada tujuh orang yang belum selesai pemeriksaan PCR.
Pembatasan jalur udara dan laut sudah cukup membantu mencegah penyebaran Covid-19 karena NTT provinsi kepulauan. Meski demikian, ada pulau tertentu di NTT bakal mengalami penyebaran Covid-19 tertinggi, seperti Pulau Timor dan Flores. Sementara Pulau Sabu Raijua sulit ditembus Covid-19 selama moda transportasi jalur udara dan laut tidak beroperasi di wilayah itu.