Kluster Gowa Dominasi Kasus Positif Covid-19 di Kalimantan Selatan
Dari hasil pemetaan, sebagian besar kasus positif di Kalimantan Selatan berasal dari kluster acara Ijtima Ulama Dunia 2020 Zona Asia di Gowa, Sulawesi Selatan.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Kalimantan Selatan saat ini menjadi provinsi dengan kasus positif Covid-19 tertinggi di Pulau Kalimantan. Dari hasil pemetaan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kalimantan Selatan, sebagian besar kasus positif itu berasal dari kluster acara Ijtima Ulama Dunia 2020 Zona Asia di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Berdasarkan rekapitulasi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kalsel hingga Sabtu (2/5/2020) sore, di Kalsel ada 1.273 orang dalam pemantauan (ODP), 34 pasien dalam pengawasan (PDP), dan 179 kasus terkonfirmasi positif Covid-19. Sehari sebelumnya sempat ada penambahan sembilan kasus positif hasil pelacakan di Tanah Laut, yang juga terkait dengan kluster Gowa.
Kepala Dinas Kesehatan Kalsel Muhammad Muslim, yang juga juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kalsel, menyampaikan, dari total 179 kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Kalsel saat ini, kluster perjalanan ke Gowa mendominasi dengan persentase sebesar 58,65 persen.
Selain itu, juga ada kluster perjalanan ke Jawa Barat dengan kontribusi kasus positif Covid-19 sebesar 13,57 persen dan kluster perjalanan ke Kalimantan Tengah dengan kontribusi sebesar 1,50 persen. Selebihnya, yakni sebesar 26,28 persen, merupakan kasus kontak dengan orang-orang positif Covid-19 atau transmisi lokal.
”Dari hasil identifikasi yang dilakukan tim surveilans epidemiologi di lapangan, ada 3.529 orang yang terkait dengan sejumlah kluster ataupun kontak lokal tersebut. Sebanyak 2.306 orang di antaranya sudah berhasil dilacak keberadaannya,” ungkap Muslim di Banjarmasin, Sabtu (2/5/2020).
Terhadap orang-orang yang sudah berhasil dilacak keberadaannya, petugas segera melakukan tes cepat untuk mendeteksi adanya infeksi virus SARS-Cov-2 atau korona baru. Hingga Jumat (1/5/2020) sore, sebanyak 6.260 alat tes cepat (rapid test) dari 7.200 rapid test yang ada pada Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kalsel telah didistribusikan ke 13 kabupaten/kota.
Sebanyak 3.827 orang dilaporkan sudah menjalani tes cepat dan 616 orang di antaranya atau 16,10 persen menunjukkan hasil reaktif.
Sebanyak 3.827 orang dilaporkan sudah menjalani tes cepat dan 616 orang di antaranya atau 16,10 persen menunjukkan hasil reaktif. Hasil reaktif itu langsung ditindaklanjuti dengan pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction) atau pemeriksaan usap di Laboratorium Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP), Banjarbaru. ”Sebanyak 972 spesimen sudah diperiksa di Laboratorium BBTKLPP, Banjarbaru. Saat ini masih ada 249 spesimen lagi dalam proses pemeriksaan,” lanjut Muslim.
Lebih cepat
Menurut Muslim, pemeriksaan spesimen di Kalsel bisa lebih cepat karena dilakukan di daerah sendiri, yakni di Banjarbaru. Sebelumnya, spesimen dari Kalsel harus dikirim ke Jakarta untuk mengonfirmasi adanya infeksi virus korona baru. ”Kalau dibandingkan dengan pemeriksaan di luar, kecepatan pemeriksaan di Kalsel bisa 6-7 lebih cepat,” ujarnya.
Saat pemeriksaan masih dilakukan di Jakarta, dalam dua minggu Kalsel hanya bisa mengonfirmasi 66 hasil pemeriksaan spesimen. Selama empat minggu pemeriksaan di Banjarbaru, yakni 4-30 April 2020, Kalsel bisa mengonfirmasi 906 pemeriksaan spesimen.
”Saat ini, kami memang mengedepankan dan lebih memasifkan upaya pemeriksaan sehingga kasus Covid-19 dapat terkonfirmasi lebih cepat dalam konteks tata kelola untuk memutus mata rantai penularannya,” tutur Muslim.
Dalam upaya untuk memutus mata rantai penularan Covid-19, sejak Jumat (24/4/2020), pembatasan sosial berskala besar (PSBB) juga sudah diterapkan di Banjarmasin. Namun, pelaksanaannya sejauh ini masih belum optimal. Kerumunan orang di sejumlah pasar tradisional masih tak terhindarkan.
Menurut Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina, yang juga Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Banjarmasin, pasar tradisional dan pusat perekonomian memang masih tetap diperbolehkan beroperasi selama Banjarmasin melaksanakan PSBB. ”Namun, kami mewajibkan warga yang beraktivitas di pasar untuk mengenakan masker dan menjaga jarak,” katanya.