Jawa Tengah membutuhkan alat ekstraksi otomatis serta sejumlah tenaga laboratorium untuk mendukung percepatan uji sampel Covid-19. Diharapkan kapasitas pemeriksaan meningkat dari 600 menjadi 1.000 sampel per hari.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berencana membeli alat uji otomatis Covid-19 untuk mengoptimalkan percepatan tes di provinsi itu. Dengan alat itu, diharapkan jumlah pengujian dapat meningkat dari 600 sampel per hari menjadi 1.000 sampel per hari.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di Kota Semarang, Minggu (3/5/2020), menyatakan telah mengevaluasi kesiapan sejumlah laboratorium tempat pengujian dengan reaksi rantai polimerase (PCR). Hasilnya, masih diperlukan sejumlah alat dan tenaga.
”Hari ini sudah disampaikan semua dan ketahuan inventarisasinya. Pertama, yang dibutuhkan ialah alat (uji) otomatis, dan kami akan beli itu. Lalu, dibutuhkan juga tambahan SDM, semacam analis, di beberapa laboratorium,” ujarnya.
Saat ini, pengujian dilakukan di laboratorium RS Universitas Sebelas Maret Solo, Balai Besar Litbang Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, RSUP Dr Kariadi, RSUD Dr Moewardi Solo, RSN Diponegoro, serta RSUD KRMT Wongsonegoro. Juga, dukungan dari Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Yogyakarta.
Ganjar mengatakan, semua laboratorium siap meningkatkan kapasitas. ”Dari grafik, kasus semakin meningkat. Karena itu, perlu direspons dengan cepat. Saat ini (pengujian) 600 sampel per hari diharapkan nanti menjadi 1.000 sampel per hari,” katanya.
Kepala B2P2VRP Salatiga Joko Waluyo mengatakan, hingga kini pihaknya sudah memeriksa 6.000 sampel. Kapasitas pengujian Covid-19 di laboratorium tersebut juga sudah meningkat dari 40 sampel per hari menjadi 150 sampel per hari.
”Sebenarnya kami bisa meningkatkan dua kali lipat asalkan ada penambahan alat ekstraksi otomatis. Selama ini, proses ekstraksi kami lakukan manual dan itu memakan waktu cukup lama dan kapasitas mesinnya juga sedikit,” ucapnya.
Dengan alat otomatis, lanjut Joko, dalam sekali ekstraksi bisa untuk 200 sampel. ”Jadi, kalau sehari bisa dua kali ekstraksi saja, sudah 400 sampel. Itu akan semakin cepat. Untuk itu, kami berharap ada penambahan alat itu,” kata Joko.
Hingga Minggu (3/5) pukul 15.04, data Pemprov Jateng menunjukkan ada 799 kasus positif Covid-19, dengan rincian 581 dirawat, 144 sembuh, dan 74 meninggal. Selain itu, terdapat 947 pasien dalam pengawasan (PDP) dirawat dan 29.829 orang dalam pemantauan (ODP).
Pelacakan di Blora
Di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, pelacakan terus dilakukan kepada sejumlah pasien terkonfirmasi positif di kabupaten tersebut. Saat ini, tercatat sudah ada 4 pasien positif Covid-19 di Blora, dengan rincian 2 orang meninggal dan 2 masih dirawat.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Blora Lilik Hernanto mengatakan, kasus terakhir pasien meninggal adalah di Kecamatan Jati, yang terkonfirmasi positif pada Sabtu (2/5). ”Ada sekitar 25 orang, termasuk rekan-rekan di puskesmas dan orang-orang terdekat. Akan kami rapid test (untuk screening),” ujarnya.
Berdasarkan data Pemkab Blora, saat ini sudah ada tiga kecamatan yang masuk zona merah (terdapat kasus positif), yakni Blora Kota, Cepu, dan Jati. Juga ada empat kecamatan yang zona orange (reaktif rapid test), yakni Kunduran, Ngawen, Jepon, dan Kradenan.