Nelayan Tegal Keluhkan Anjloknya Harga Ikan Saat Pandemi
Harga ikan hasil tangkapan nelayan di Tegal, Jawa Tengah, anjlok seiring tutupnya sebagian industri pengolahan dan restoran serta terhambatnya pengiriman di tengah pembatasan sosial di tengah pandemi Covid-19.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
TEGAL, KOMPAS — Sejumlah nelayan di Kota Tegal, Jawa Tengah, mengeluhkan anjloknya harga ikan selama pandemi Covid-19. Anjloknya harga ikan terjadi karena jumlah ikan melimpah, sementara permintaan cenderung turun belakangan ini.
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari, Kota Tegal, mencatat, jumlah ikan yang dilelang mencapai 27-30 ton per hari. Pada kondisi normal, seluruh ikan yang ditangkap dan dilelang nelayan diserap oleh industri pengolahan ikan serta penjual ikan di Kota Tegal dan sekitarnya.
Sejak pandemi Covid-19, jumlah serapan ikan menurun hingga separuh dari jumlah serapan normal. Hal itu disebabkan oleh tutupnya sejumlah industri pengolahan ikan dan restoran serta terhambatnya pengiriman ikan ke luar Tegal akibat pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar di sejumlah daerah. Padahal, jumlah ikan yang didapatkan nelayan masih 27-30 ton per hari.
”Kami sedang berada di posisi sulit. Jumlah ikan melimpah, tetapi serapannya kecil, jadi harga ikan terjun bebas,” kata Darman (42), nelayan asal Kota Tegal, Jumat (1/5/2020).
Menurut Darman, sudah sebulan terakhir, harga ikan turun hingga 50 persen dari harga normal. Ikan tengiri, misalnya, dalam kondisi normal harganya Rp 100.000 per kilogram. Kini, harganya sekitar Rp 50.000 per kilogram.
Kondisi serupa terjadi pada harga ikan siro dan ikan layang. Semula harga ikan siro dan ikan layang Rp 11.000 per kilogram. Sebulan terakhir, harga ikan siro menjadi Rp 5.000 per kilogram dan ikan layang Rp 7.000 per kilogram.
”Harga cumi-cumi juga turun dari Rp 50.000 per kilogram menjadi Rp 30.000 per kilogram. Ini adalah kondisi terburuk, setidaknya dalam lima tahun terakhir,” ujar Darman.
Anjloknya harga ikan membuat pendapatan nelayan menurun drastis. Wastab (53), misalnya, sejak pandemi Covid-19, pendapatannya menurun dari Rp 75.000 per hari menjadi Rp 30.000 per hari. Untuk bertahan hidup, Wastab terpaksa berutang ke warung.
”Uang Rp 30.000 per hari tidak cukup untuk menghidupi saya dan keluarga. Semoga situasi ini bisa segera membaik, pendapatan saya sebagai nelayan bisa kembali seperti semula, dan keluarga saya bisa membayar utang,” tutur Wastab.
Sementara itu, Ketua Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Kota Tegal Riswanto berharap pemerintah memberikan solusi terhadap persoalan anjloknya harga ikan di tengah pandemi, misalnya membantu menyerap ikan hasil tangkapan nelayan dengan harga layak.
Menurut Riswanto, pemerintah juga perlu menyalurkan bantuan berupa paket sembako kepada para nelayan yang terdampak pandemi Covid-19 untuk meringankan beban mereka.
Berdasarkan data Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian, dan Pangan (DKP3) Kota Tegal, sebanyak 5.400 nelayan terdampak pandemi Covid-19. Pemerintah Kota Tegal berencana memberi bantuan berupa paket bahan pangan senilai Rp 100.000 kepada para nelayan.
”Pemerintah Kota Tegal berencana menyalurkan paket bahan makanan dalam waktu dekat. Bantuan berupa paket bahan pangan ini akan diberikan sebanyak satu kali karena mereka baru saja mendapat bantuan berupa beras paceklik, Februari lalu,” ujar Kepala Bidang Perikanan dan Kelautan DKP3 Kota Tegal Sirat Mardanus.