Petani di Kepulauan Maluku Tak Bisa Jual Komoditas
Petani di Kepulauan Maluku tak bisa menjual hasil komoditasnya berupa pala dan cengkeh ke kota lantaran terputusnya akses transportasi selama pandemi Covid-19. Petani kehilangan pendapatan.
Oleh
FRANS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Petani dari berbagai pulau di Maluku tak bisa menjual hasil komoditas pala dan cengkeh ke kota lantaran terputusnya akses transportasi selama pandemi Covid-19. Petani kehilangan pendapatan, sedangkan harga barang kebutuhan terus melonjak. Perekonomian di desa kini semakin terpuruk bila tidak ada solusi cepat dari pemerintah.
Arif Aslin (34), warga Pulau Kesuy, Kabupaten Seram Bagian Timur, lewat sambungan telepon pada Kamis (14/5/2020), menuturkan, sehabis panen para petani menyimpan pala dan cengkeh di rumahnya. Beberapa pengepul tidak berani membeli dengan alasan tidak ada kapal yang pengangkut ke Ambon atau Fakfak, Papua Barat. Di dua kota itu, pengepul biasanya menjual hasil komoditas.
Beberapa pengepul besar sempat membeli pala dan cengkeh, tetapi kini kehabisan modal sehingga berhenti. Harga yang ditawarkan juga sangat murah. Harga pala berkisar Rp 40.000 per kilogram dan cengkeh Rp 50.000 per kg. Sementara harga di pasaran Ambon, misalnya, pala Rp 55.000 per kg dan cengkeh Rp 67.000 per kg. Itu harga tertinggi. Harga tergantung pada kualitas.
”Karena desakan ekonomi, petani terpaksa menjual sebagian hasil mereka sambil menunggu pandemi ini selesai. Ternyata, sampai sekarang malah semakin parah. Mereka ke pengepul untuk jual lagi, tapi ditolak karena pengepul kehabisan modal. Petani sekarang banyak yang tidak pegang uang. Jangankan untuk Lebaran, beli kebutuhan harian seperti sabun saja susah sekali,” ujarnya.
Baca juga: Cemas Korona, Warga Menyingkir ke Pulau Terpencil di Tengah Laut Banda
Di sisi lain, harga barang kebutuhan pokok terus meningkat. Harga beras, misalnya, Rp 16.000 per kg dan gula pasir Rp 20.000 per kg. Daya beli masyarakat semakin lemah sehingga dagangan sembako pun sepi. Warga hanya membeli barang yang tidak ada penggantinya di daerah itu, seperti perlengkapan mandi dan obat-obat generik. Untuk makanan, warga bisa mengonsumsi pangan lokal.
Arif berharap ada kelonggaran dari pemerintah untuk pengiriman komoditas menggunakan kapal laut dari pulau-pulau ke Ambon. Kendati pala dan cengkeh bukan merupakan bahan pokok, kedua komoditas itu sumber penghasilan masyarakat. Pengiriman komoditas dapat menggunakan kapal perintis yang kini kembali beroperasi setelah terhenti selama hampir satu bulan.
Penumpang dilarang
Terhitung sejak pekan lalu, empat kapal perintis yang dioperasikan PT Pelni mulai dioperasikan di Maluku. Empat kapal dimaksud adalah Kapal Motor (KM) Sabuk Nusantara (Sanus) 106, KM Sanus 103, KM Sanus 107, dan KM Sanus 87. Pelayaran khusus itu untuk mengangkut bahan pokok pedagang dari Ambon ke berbagai pulau di Maluku, termasuk Kesuy.
KM Sanus 106 melayani Pulau Naira, Geser, Gorom, Kesuy, Teor, hingga ke Kota Tual. KM Sanus 103 melayani Kota Tual, Pulau Larat, Kroing, dan Saumlaki. KM Sanus 107 melayani Werinama, Geser, Gorom, Kesuy, dan Teor. KM Sanus 87 dengan tujuan Bebar, Wulur, Tepa, Lakor, Moa, Leti, Kisar, dan Ilwaki. Empat kapal itu akan terus beroperasi secara rutin.
Kepala PT Pelni Cabang Ambon Samto mengatakan, semua kapal itu bisa mengangkut barang komoditas dari pulau-pulau ke Ambon. ”Tidak ada larangan untuk angkut barang komoditas. Namun, yang perlu diingat adalah tidak boleh membawa penumpang. Silakan pengepulnya berhubungan dengan pembeli di Ambon sehingga ketika barang tiba, ada yang bertanggung jawab untuk menjemputnya,” katanya.
Pemerintah Provinsi Maluku telah mengeluarkan kebijakan larangan bagi semua kapal untuk mengangkut penumpang. Kebijakan untuk mencegah penyebaran virus korona ke pulau-pulau. Dikhawatirkan, jika virus itu meledak di pulau-pulau, maka akan sulit dikendalikan lantaran minimnya fasilitas kesehatan, tenaga medis, dan akses transportasi. Pembatasan angkutan penumpang itu berlaku hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Tidak ada larangan untuk angkut barang komoditas.
Ketua Komisi III DPRD Provinsi Maluku Anos Yeremias berjanji akan berkoordinasi dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Maluku untuk menjembatani pemasaran komoditas petani. Anos sendiri ikut mendorong beroperasinya kapal perintis dan pengiriman barang dagangan dari Ambon ke pulau-pulau.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Maluku Elfis Pattiselano hingga Kamis malam belum bisa dihubungi.