30 Persen Kasus Positif di Sumsel Berasal dari Tenaga Kesehatan
Kasus tenaga kesehatan yang terjangkit Covid-19 di Sumsel berkontribusi sekitar 30 persen dari total kasus positif, berjumlah 458 orang. Hal ini disebabkan mobilitas mereka yang sangat tinggi.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Dari 458 kasus konfirmasi positif Covid-19 di Sumatera Selatan, sekitar 30 persen di antaranya dialami tenaga kesehatan. Bahkan, hampir semua rumah sakit rujukan Kementerian Kesehatan di Sumsel sudah ditemukan kasus tenaga kesehatannya yang terjangkit. Kondisi ini terjadi karena mobilitas mereka yang sangat tinggi.
Hal ini disampaikan Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Sumatera Selatan Yuwono, Jumat (15/5/2020). Dia mengungkapkan besarnya persentase tenaga kesehatan yang tertular Covid-19 di Sumsel dikarenakan mobilitas mereka yang sangat tinggi. ”Kalau untuk dokter saja, mereka bisa praktik di tiga rumah sakit,” katanya.
Apalagi, ungkap Yuwono, kebanyakan tenaga kesehatan yang sudah terjangkit ini adalah orang tanpa gejala (OTG) sehingga sulit terdeteksi. Jika dilihat data kasus yang ada, ucap Yuwono, hampir semua rumah sakit rujukan yang ditunjuk Kementerian Kesehatan tenaga kesehatannya tertular Covid-19.
Kalau untuk dokter saja, mereka bisa praktik di tiga rumah sakit.
Penularan ini bermula ketika tenaga kesehatan itu menangani pasien positif Covid-19. Untuk diketahui, ada enam rumah sakit rujukan di Sumsel yang ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan untuk menangani Covid-19.
Yuwono mengatakan, tidak hanya rumah sakit rujukan, di beberapa rumah sakit lini kedua (second line) juga ditemukan kasus tenaga kesehatan yang terjangkit Covid-19. Salah satunya ada di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang (RSMP).
Hal ini terkuak setelah hasil laboratorium dari Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Palembang bocor ke publik. Ada 29 orang di RSMP yang terjangkit Covid-19, mereka terdiri dari 28 tenaga kesehatan dan 1 pasien.
Direktur RSMP Pangestu Widodo membenarkan ada 28 tenaga kesehatan di rumah sakitnya yang terjangkit Covid-19, 5 di antaranya adalah dokter yang praktik. Pangestu menjelaskan, peristiwa ini bermula saat tenaga kesehatan di RSMP merawat seorang pasien positif Covid-19.
Setelah hal itu diketahui, pihak rumah sakit langsung menggelar tes cepat dengan menggunakan serum. Hasilnya, semua tenaga kesehatan yang merawat pasien itu dinyatakan negatif. Namun, saat dilakukan uji usap dengan PCR (polymerase chain reaction) di BBLK Palembang didapati ke 28 tenaga kesehatan yang merawat pasien tersebut terkonfirmasi positif Covid-19.
”Saat ini, mereka dalam keadaan baik dan sedang menjalani isolasi di rumah sakit dan isolasi mandiri,” katanya.
Yuwono menjelaskan, dalam situasi seperti ini, sebaiknya rumah sakit melakukan pelacakan secara menyeluruh tehadap tenaga kesehatannya. Bagi tenaga kesehatan yang dinyatakan positif, tidak boleh melayani pasien dan harus diisolasi sampai dinyatakan sembuh.
”Kalau semua terbukti positif, ya, lebih baik rumah sakit ditutup sementara. Karena jika dipaksakan akan sangat berisiko,” ucapnya.
Untuk itu, Yuwono mengimbau agar masyarakat hanya ke rumah sakit dalam kondisi tertentu. Seperti kondisi yang sangat mendesak dan tidak bisa ditunda, serta jika ada penyakit kronis yang butuh penanganan langsung dari dokter. ”Akan lebih baik jika rumah sakit memiliki pelayanan dengan sistem daring,” ucapnya.
Oknum membocorkan data
Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Yusri menyesalkan adanya oknum yang membocorkan data laboratorium BBLK tersebut. Yusri menegaskan, tenaga kesehatan yang pernah berinteraksi dengan orang yang positif sudah dipastikan tidak bisa bekerja untuk sementara waktu sampai hasilnya diketahui. Hal ini untuk mengantisipasi penularan.
Dia mengatakan, banyaknya kasus positif di Sumsel tidak lepas dari upaya keras pemerintah melakukan pelacakan secara masif. Dia berharap hal ini tidak membuat masyarakat takut ke rumah sakit karena hal ini bisa berbahaya.
Jangan sampai masyarakat takut ke rumah sakit, padahal penyakit yang sedang diidapnya berbahaya. ”Saya khawatir ada warga Sumsel yang meninggal dunia bukan karena korona, melainkan penyakit lain akibat takut ke rumah sakit,” ucapnya.
Sampai dengan saat ini, ujar Yusri, kasus positif Covid-19 di Sumsel mencapai 458 kasus, 73 orang di antaranya sembuh dan 11 orang meninggal dunia. Yusri menegaskan, kluster yang terjadi di Sumsel berkaitan dengan tenaga kesehatan dan keluarga pasien positif Covid-19.