Lawan Covid-19, Sidoarjo Perbanyak Kampung Tangguh
Kampung tangguh menjadi andalan dalam mencegah penyebaran virus korona penyebab Covid-19 di Sidoarjo, Jawa Timur. Konsep kampung tangguh yang dinilai efektif karena melibatkan keaktifan warga.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO,KOMPAS-Hampir sepekan implementasi pembatasan sosial berskala besar periode ketiga di Sidoarjo diterapkan, Gugus Tugas masih berupaya memperbanyak pendirian kampung tangguh. Itu untuk mendisiplinkan warga sekaligus membangun kepedulian bersama dalam upaya mempercepat penanggulangan Covid-19.
Kampung tangguh adalah konsep kampung yang mengedepankan keaktifan warga dalam memerangi penyebaran virus korona jenis baru, penyebab Covid-19. Warga berperan penting juga untuk memperkuat ekonomi lokal kampung tersebut.
Wakil Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sidoarjo Sumardji mengatakan hingga saat ini ada 11 kampung tangguh yang telah terbentuk. Sebanyak 11 kampung tangguh semeru (sehat, aman, tertib, rukun) itu tersebar di tujuh kecamatan yakni Waru, Taman, Sedati, Buduran, Sidoarjo, Candi, dan Sukodono.
“Dalam minggu ini akan ada tambahan sebanyak 72 kampung tangguh semeru sehingga total menjadi 83. Kampung tangguh ini nantinya tersebar merata di 18 kecamatan terutama di wilayah zona merah,” ujar Sumardji, Senin (6/1/2020).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Sidoarjo, dari total 349 desa yang ada di 18 kecamatan, sebanyak 183 desa di antaranya merupakan zona merah dimana terdapat warga yang terkonfirmasi positif Covid-19. Dari 183 desa tersebut, terbanyak warga yang positif Covid-19 berada di Kecamatan Waru dan Taman.
Sebagai gambaran, hingga Senin, jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 mencapai 655 orang dan menjadikan Sidoarjo sebagai kabupaten dengan kasus positif tertinggi kedua di Jatim setelah Surabaya. Jumlah kasus terkonfirmasi positif di Sidoarjo tertinggi ditemukan di Kecamatan Waru sebanyak 147 orang dan Taman sebanyak 108 orang. Dua kecamatan ini berkontribusi sebesar 38 persen terhadap kasus positif di Sidoarjo.
Sumardji mengatakan konsep kampung tangguh semeru dinilai paling tepat untuk menanggulangi Covid-19. Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan di Desa Waru dan Desa Pepelegi, kampung tangguh mampu menciptakan masyarakat yang tangguh dalam menghadapi Covid-19. Konsep ini mampu mendisiplinkan warga dalam menerapkan pola hidup bersih dan sehat serta mematuhi protokol kesehatan seperti menjaga jarak fisik dan menjauhi kerumunan.
Pada saat yang sama, kampung tangguh mampu membangun kepedulian antarsesama warga dalam menangani Covid-19. Mereka saling membantu, mendukung, dan menguatkan satu sama lainnya. Saat ada warga yang terpapar Covid-19 sehingga harus dirawat di rumah sakit, warga lain memberi dukungan terhadap keluarganya dengan membantu memenuhi kebutuhan pokok.
Wakil Bupati Sidoarjo Nur Achmad Syaifuddin mengatakan pihaknya memperkuat peran masyarakat desa dalam penanganan Covid-19 dengan memberikan kewenangan penuh kepada pemerintah desa hingga pengurus RT dan RW. Alasannya, merekalah yang tahu persis kondisi di lapangan.
Pengurus RT/RW diminta mengaktifkan jalur koordinasi tanpa tatap muka dengan warga untuk memantau perkembangan situasi. Mereka juga diminta mengidentifikasi warga dengan gejala Covid-19, mendata, dan melaporkan warga dengan risiko tinggi ke puskesmas setempat. Pengurus juga mengedukasi warga dengan gejala Covid-19 dan warga yang pernah kontak langsung untuk isolasi mandiri.
Selain itu mereka juga diminta mengedukasi wara sekitar agar tidak memberikan stigma negatif kepada ODP, PDP, dan positif Covid-19. Sebaliknya melindungi, mengawasi, dan memberikan dukungan penuh agar mereka bisa menjalankan isolasi mandiri dengan baik. Apabila tidak memungkinkan isolasi mandiri di rumah, pengurus RT/RW bisa mengadakan isolasi bersama yang dikoordinasi oleh pemerintah desa.
Pemerintah desa juga didorong memperketat mobilitas warga guna memutus rantai penularan Covid-19 melalui kewenangan mengeluarkan surat jalan. Pantauan, sejumlah desa mulai memperketat mobilitas warganya dan memfilter pendatang. Di Desa Wadungasih, Kecamatan Buduran misalnya, warga yang keluar masuk desa diperiksa dengan ketat. Pendatang tak bermasker tidak diizinkan masuk, sementara warga yang tak bermasker langsung disanksi seperti kartu identitasnya ditahan.
Kondisi serupa juga dijumpai di RW 8 Desa Keboansikep, Kecamatan Gedangan. Warga lokal diwajibkan menggunakan stiker sebagai penanda. Sedangkan pendatang atau tamu, wajib lapor di posko pemeriksaan dan menyerahkan kartu identitas yang akan dikembalikan saat yang bersangkutan pulang.
Ponpes Siapkan Protokol Kesehatan
Sementara itu berbagai pondok pesantren di Sidoarjo mulai menyiapkan protokol kesehatan untuk menyambut kedatangan para santri seiring berakhirnya masa libur dan dimulainya masa pendidikan pada tahun ajaran baru di tengah pandemi Covid-19. Salah satunya Pondok Pesantren Bumi Sholawat Sidoarjo.
Pengasuh Ponpes Bumi Sholawat KH Agoes Ali Mashuri di sela kegiatannya menerima kunjungan Kepala Polda Jatim Irjen Polisi Muhammad Fadil, Senin, mengatakan penyiapan protokol kesehatan ini untuk mencegah penyebaran Covid-19 di lingkungan pesantren, mengingat para santrinya berasal dari berbagai daerah.
“Para santri rencananya tiba di pondok 24 Juni mendatang. Mereka akan menjalani pemeriksaan kesehatan, menjalani uji cepat Covid-19, dan mendapat surat keterangan bebas Covid-19 dari tim dokter di ponpes,” ujar KH Ali Mashuri.