Pengasuh Pesantren Siap Terapkan Normal Baru Sambut Kedatangan Santri
Pesantren-pesantren di Banyuwangi, Jawa Timur, kini menyiapkan konsep normal baru di pesantren guna menyambut tahun ajaran baru.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Sejumlah pengasuh dan pengurus pesantren di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, bersama Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Banyuwangi siap terapkan konsep normal baru (new normal) menyambut kedatangan para santri. Persiapan dilakukan sembari menunggu keputusan pemerintah pusat memulai penerapannya.
Para pengasuh menyepakati sejumlah aturan normal baru yang akan diterapkan di lingkungan pondok pesantren. Hal tersebut terungkap dalam rapat gabungan antara para pengasuh pesantren, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Banyuwangi, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dan Polresta Banyuwangi di aula Kantor PCNU Banyuwangi, Minggu (31/5/2020).
Ketua PCNU Banyuwangi KH Ali Makki Zaini mengatakan, pertemuan tersebut dilakukan untuk menyepakati aturan dan penerapan normal baru ketika pesentren kembali dibuka dan menerima para santri.
”Tidak mungkin dalam waktu lama pesantren terus ditutup. Ada sejumlah pesantren yang sudah berancang-ancang kembali mengaktifkan pendidikannya. Jangan sampai hal ini justru menimbulkan permasalahan-permasalahan baru,” ujarnya ketika dihubungi dari Banyuwangi, Senin (1/6/2020).
Tidak mungkin dalam waktu lama pesantren terus ditutup.
Kesepakatan pembukaan pondok pesantren dengan penerapan konsep normal baru utamanya memperhatikan pertimbangan kesehatan. Oleh karena itu, Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi Widji Lestariono turut serta dalam penyusunan kesepakatan-kesepakatan tersebut.
Beberapa kesepakatan yang dihasilkan, antara lain, setiap pondok pesantren yang akan menerima kedatangan santri akan lebih dulu dilakukan sterilisasi. Hal itu dilakukan dengan penyemprotan disinfektan yang akan difasilitasi oleh pemerintah desa setempat.
”Para santri yang berasal dari luar kabupaten harus membawa surat keterangan sehat. Setibanya di pesantren, santri harus melakukan isolasi mandiri selama 14 hari. Proses pembelajaran tidak langsung aktif, tetapi ada tahapan isolasi mandiri di pesantren,” tutur Widji.
Jika dalam masa isolasi ditemukan gejala yang mengarah ke Covid-19, lanjut Widji, ada tahapan tes cepat yang harus dijalankan. Jumlah peserta yang dites cepat tergantung pada potensi penyebaran virus.
Widji mengatakan, setiap pesantren juga harus membentuk satgas penanganan Covid-19 di tingkat pesantren. Para santri juga harus mulai membiasakan diri protokol kesehatan, seperti memakai masker, pembelajaran yang mengatur jarak, dan pembiasaan cuci tangan.
”Pesantren juga harus membentuk Satgas Penanganan Covid-19 dari unsur pengurus dan dewan asatidz (para ustaz dan ustazah) yang telah dibekali pelatihan dari dinas kesehatan ataupun puskesmas,” ujar Widji.
Pengasuh Pondok Pesantren Al Anwari Kertosari KH Ahmad Sidiq mengaku siap menerima santri baru dan santri lama sesuai dengan anjuran protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19.
”Sudah ada panduan dari PCNU. Kesepakatan dan arahan dari dinas kesehatan juga membuat kami semakin siap. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas turut menegaskan syarat pesantren bisa dibuka kembali asalkan memenuhi protokol kesehatan sebagaimana konsep new normal yang disepakati,” ujarnya.
Sidiq mengatakan, jumlah santri di Pondok Pesantren Al Anwari mencapai lebih dari 400 orang. Para santri tidak hanya berasal dari Banyuwangi, tetapi juga dari sejumlah daerah di Jawa Timur, bahkan Jawa Barat.