RS Akademik UGM Perbesar Kapasitas Isolasi Pasien Covid-19
Ruang isolasi Covid-19 di DI Yogyakarta bertambah setelah RS Akademik UGM membuka gedung baru.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·2 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Kapasitas ruang isolasi di DIY bertambah seusai gedung baru Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (8/6/2020), difungsikan penuh. Ruang isolasi di rumah sakit itu dapat menampung 107 pasien Covid-19.
”Kami sudah melayani pasien Covid-19 sejak dua bulan lalu. Tentu penambahan kapasitas ruang isolasi ini bisa meningkatkan kapasitas kami untuk merawat lebih banyak lagi pasien,” kata Direktur Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (RSA UGM) Arief Budiyanto seusai peresmian, di Yogyakarta, Senin siang.
Sebelumnya, rumah sakit itu hanya mampu merawat 16 pasien Covid-19. Jumlahnya terbatas karena alih fungsi ruangan juga dilakukan secara mendadak dalam keadaan darurat. Kini, jumlahnya ditingkatkan menjadi 107 pasien dengan diresmikannya dua gedung baru itu.
Kedua gedung baru itu adalah Gedung Arjuna dan Yudhistira. Adapun luasnya mencapai 7.120 meter persegi. Kedua bangunan itu telah dibangun sejak 2010, tetapi terkendala pendanaan sehingga sempat berhenti. Pembangunan dilanjutkan dengan pendanaan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk penanganan darurat Covid-19.
Masing-masing gedung terdiri dari lima lantai. Adapun ruangan yang bakal tersedia ialah ruang isolasi kritis, ruang perawatan pasien dalam pengawasan (PDP), ruang ganti medis, ruang istirahat tenaga kesehatan, dan ruang poliklinik Covid-19.
Arief menuturkan, selanjutnya, semua pasien Covid-19 di rumah sakit tersebut akan dipindahkan ke gedung baru itu. Adapun ruangan yang sebelumnya digunakan untuk menangani pasien Covid-19 akan dimanfaatkan untuk merawat pasien lainnya.
”Kedua gedung baru ini akan dikhususkan dalam penanganan Covid-19 sehingga nanti menjadi zona merah. Terpisah dari zona lainnya. Mulai dari pendaftaran, farmasi, hingga kasir terpisah dari pasien-pasien lain,” kata Arief.
Arief menyatakan, pemisahan tersebut bertujuan membuat masyarakat merasa lebih aman apabila ingin memeriksakan diri ke rumah sakit tersebut. Sebab, pihaknya melihat ada kekhawatiran akan tertular Covid-19 di tengah masyarakat jika berobat ke rumah sakit.
Rektor UGM Panut Mulyono mengatakan, keberadaan rumah sakit tersebut menjadi cita-cita perguruan tinggi itu untuk ikut menyelesaikan persoalan yang dihadapi bangsa ini. Adanya pandemi membuat UGM secara sigap ikut serta menyiapkan rumah sakit tersebut saat ditunjuk Gubernur DIY sebagai rumah sakit rujukan Covid-19.
”Harapannya ini menjadi kontribusi bagi RSA UGM untuk membantu penanganan pandemi Covid-19,” kata Panut.
Panut menambahkan, setelah pandemi berakhir, rumah sakit tersebut akan dimanfaatkan untuk menambah layanan kesehatan rumah sakit itu. Layanan tambahan itu di antaranya klinik jantung terpadu, ginjal, dan hemodialisis. Kelengkapan bangunan juga diharapkan dapat dimanfaatkan untuk mendukung pendidikan calon dokter dan penelitian dari perguruan tinggi tersebut.