Warga Jabar Diimbau Tidak Takut Mengikuti Tes Masif
Warga Jawa Barat diimbau tidak takut mengikuti tes masif Covid-19. Tes dibutuhkan untuk mengetahui peta persebaran virus korona sehingga dapat mencegah penularannya.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Warga Jawa Barat diimbau tidak takut mengikuti tes masif Covid-19. Tes dibutuhkan untuk mengetahui peta persebaran virus korona sehingga dapat mencegah penularannya.
Sosialisasi tes masif dilakukan hingga ke tingkat desa dengan melibatkan satuan tugas (satgas) penanganan Covid-19 tingkat RW. Di Desa Tanimulya, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, misalnya, lebih dari 200 warga di salah satu RT di RW 003 antusias mengikuti tes usap pekan lalu.
Tes dilakukan setelah seorang warga di RT tersebut positif Covid-19. Setelah mengikuti tes, warga melakukan isolasi mandiri.
”Tujuan tes untuk mendapatkan peta persebaran lebih komprehensif, membatasi ruang gerak virus SARS-CoV-2, dan melacak kontak orang yang terpapar,” ujar Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar Berli Hamdani di Bandung, Selasa (9/6/2020).
Berli memastikan pelaksanaan tes masif, baik tes cepat (rapid test) maupun tes swab (PCR), mematuhi prosedur yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Dalam pedoman pencegahan pengendalian Covid-19 yang disusun Kemenkes sudah diatur secara rinci apa saja yang mesti dilakukan tenaga kesehatan (nakes). Pertama, nakes harus menerapkan lima momen kebersihan tangan, yaitu sebelum menyentuh pasien, sebelum melakukan prosedur kebersihan atau aseptik, setelah berisiko terpajan cairan tubuh, sesudah bersentuhan dengan pasien, dan setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien.
Sosialisasi tes masif dilakukan hingga ke tingkat desa dengan melibatkan satuan tugas (satgas) penanganan Covid-19 tingkat RW.
”Momen kebersihan tangan itu berlaku juga saat pelaksanaan tes. Termasuk untuk menjaga kebersihan sarung tangan petugas. Sebelum dan setelah melakukan prosedur selalu dilakukan sterilisasi dengan cairan antiseptik, seperti alkohol 70 persen atau sanitizer berbasis alkohol,” ujarnya.
Selain itu, penggunaan alat pelindung diri (APD) oleh nakes disesuaikan dengan potensi penularan. Dalam tes cepat, misalnya, nakes menggunakan APD level 1. Sementara saat melakukan tes swab, nakes memakai APD level 2.
Berli mengatakan, pihaknya telah melakukan sekitar 127.000 tes cepat dan 55.000 tes PCR. Jumlah ini belum memenuhi target 300.000 tes.
Jabar masih memiliki 81.000 alat tes cepat dan 150.000 alat tes PCR. Alat tes tersebut akan didistribusikan ke kabupaten/kota secara bertahap.
Berdasarkan data Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar atau Pikobar yang diperbarui, Selasa pukul 19.14, kasus positif di provinsi itu berjumlah 2.448 orang, atau bertambah 25 orang dari sehari sebelumnya. Jumlah itu menjadikan Jabar sebagai provinsi dengan kasus Covid-19 tertinggi ketiga di Indonesia, setelah DKI Jakarta dan Jawa Timur.
Akan tetapi, menurut Gubernur Jabar Ridwan Kamil, indeks reproduksi penularan Covid-19 di Provinsi Jabar sudah di bawah 1 dalam tiga minggu terakhir. Bahkan, indeksnya saat ini lebih kecil, yaitu 0,72.
Meskipun 15 daerah di Jabar telah memasuki adaptasi kebiasaan baru, Kamil mengingatkan masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan. ”Selalu pakai masker, menjaga jarak, dan rajin cuci tangan menggunakan sabun,” ujarnya.