Kontak Erat Dilacak, Kasus Covid-19 di Kalsel Terus Bertambah
Kasus positif Covid-19 di Kalimantan Selatan masih terus bertambah. Hingga Kamis (11/6/2020), sebanyak 1.634 orang telah terinfeksi virus korona tipe baru. Kedisiplinan menjalankan protokol kesehatan perlu ditingkatkan.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·4 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Kasus positif Covid-19 di Kalimantan Selatan terus bertambah. Hingga Kamis (11/6/2020), sebanyak 1.634 orang diketahui telah terinfeksi virus korona jenis baru tersebut. Masyarakat perlu lebih disiplin menjalankan protokol kesehatan agar penyebaran virus bisa ditekan.
Berdasarkan rekapitulasi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kalsel, penambahan kasus positif terbanyak sejauh ini terjadi pada 10 Juni, yaitu sebanyak 127 kasus. Adapun jumlah total positif Covid-19 mencapai 1.634.
Dari 1.634 kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Kalsel, sebanyak 1.357 orang dalam perawatan dan karantina khusus, 165 sembuh, dan 112 meninggal. Sebanyak 775 kasus atau 47,43 persen dari kasus Covid-19 ditemukan di Kota Banjarmasin.
Angka kematian atau case fatality rate (CFR) di Kalsel juga masih cukup tinggi, yakni 6,85 persen. Adapun angka reproduksi efektif (Rt) Covid-19 di Kalsel per tanggal itu sebesar 1,17. Ini berarti setiap infeksi menyebabkan lebih dari satu infeksi lain.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel Muhammad Muslim, yang juga Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Kalsel, mengatakan, penambahan kasus terus terjadi karena gencarnya upaya pelacakan terhadap orang-orang yang diduga melakukan kontak erat dengan kasus positif.
”Temuan-temuan kami pasti akan semakin banyak. Dan kami berharap semua temuan itu diiringi dengan jalan keluar atau ditindaklanjuti dengan perawatan di rumah sakit ataupun isolasi mandiri,” kata Muslim di Banjarbaru, Kamis.
Meskipun tingginya angka kasus di Kalsel menjadi perhatian pemerintah pusat, menurut Muslim, upaya pelacakan kasus secara masif di Kalsel tetap diapresiasi oleh gugus tugas pusat. ”Apa yang kami lakukan sudah on the track. Namun, kami masih tetap butuh penguatan-penguatan, masukan, dan bantuan untuk menyelesaikan masalah yang ada,” ujarnya.
Temuan-temuan kami pasti akan semakin banyak. Dan kami berharap semua temuan itu diiringi dengan jalan keluar atau ditindaklanjuti dengan perawatan di rumah sakit ataupun isolasi mandiri.
Salah satu masalah atau kendala yang masih dihadapi yaitu keterlambatan konfirmasi hasil pemeriksaan spesimen usap (swab) di laboratorium Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Banjarbaru. ”Konfirmasi kasus yang diterima per hari ini merupakan hasil pemeriksaan spesimen yang dikirim 7-10 hari sebelumnya,” ujarnya.
Kapasitas pemeriksaan spesimen usap dengan mesin PCR (polymerase chain reaction) di laboratorium BBTKLPP sebelumnya hanya 204 spesimen per hari. Namun, kini kapasitasnya sudah meningkat dua kali lipat dengan adanya bantuan mesin PCR dari gugus tugas pusat. ”Kami berharap pemeriksaan spesimen bisa lebih cepat sehingga tak lagi terjadi penumpukan,” katanya.
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor dalam diskusi Info Corona yang disiarkan melalui akun resmi media sosial Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kamis, mengatakan, pihaknya telah berupaya mencegah penyebaran Covid-19 sejak beberapa bulan lalu. Pencegahan dilakukan dengan penyuluhan kepada masyarakat lewat spanduk, radio, dan televisi.
”Masyarakat sudah diimbau untuk jaga jarak, pakai masker, dan tetap di rumah. Namun, rakyat kita untuk memahami itu masih butuh proses sehingga penyakit tetap berkembang di masyarakat. Maka, sampai hari ini, kami berupaya melakukan tracking, tracing, dan testing, dan karantina,” katanya.
Menganggap remeh
Saat ini, tak ada satu pun kabupaten/kota di Kalsel yang bebas dari Covid-19. Meskipun demikian, sebagian warga masih menganggap remeh bahaya virus tersebut sehingga kurang mematuhi protokol kesehatan. ”Kami juga sudah berupaya melakukan penegakan disiplin protokol kesehatan di tempat-tempat keramaian seperti di pasar,” ujar Sahbirin.
Koordinator Program Aksi Cepat Tanggap (ACT) Kalsel Retno Sulisetiyani mengatakan, pihaknya masih menjumpai banyak warga yang tidak pakai masker, tidak jaga jarak, dan masih melakukan kontak fisik di sejumlah tempat. Meskipun dalam lingkup kecil, setidaknya itu cukup berdampak pada penyebaran Covid-19 di Kalsel.
”Masyarakat masih perlu diberi edukasi yang lebih jelas bagaimana menerapkan protokol kesehatan meskipun mereka pada umumnya sudah tahu itu,” katanya.
Senada, Muhammad Dicky Rahman, sukarelawan Emergency Response Covid-19 Masyarakat Relawan Indonesia atau MRI-ACT Kalsel, juga menganggap sebagian warga masyarakat masih menganggap sepele dan meremehkan adanya penyakit Covid-19. Bahkan, sekarang mereka tak lagi menghiraukan Covid-19 karena sudah fokus pada normal baru.
”Ketika kasus Covid-19 masih sedikit, rasa takut masyarakat justru tinggi. Namun, setelah kasusnya tinggi, rasa takut masyarakat justru malah berkurang. Cukup dengan pakai masker dan cuci tangan, mereka tetap keluar dan pergi ke pasar,” katanya.