Komandan Pusat Penerbangan Angkatan Darat Mayor Jenderal TNI Teguh Pudjo Rumekso mengatakan, investigasi masih berlangsung dan tidak bisa cepat. Jika sudah selesai, tim independen akan mengumumkan hasilnya.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Hingga Minggu (14/6/2020), tim independen masih menginvestigasi penyebab kecelakaan helikopter MI-17 milik TNI AD yang jatuh di Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Sabtu (6/6/2020). Hasil investigasi akan menjadi bahan evaluasi helikopter yang dibeli dari Rusia tersebut.
Komandan Pusat Penerbangan Angkatan Darat Mayor Jenderal TNI Teguh Pudjo Rumekso mengatakan, investigasi masih berlangsung dan tidak bisa cepat. Apabila telah selesai, tim independen yang nanti akan mengumumkan hasilnya.
”Dengan kejadian ini, untuk sementara, yang satu jenis dengan MI-17 masih grounded (tak diperbolehkan terbang). Kami akan evaluasi, hasil dari investigasi ini apa. Untuk perbaikan ke depan,” kata Teguh seusai upacara pemakaman Lettu Cpn Vira Yudha di Tempat Pemakaman Umum Bergota II, Kalipancur, Kota Semarang, Jawa Tengah, Minggu (14/6/2020).
Sebelumnya, pada Minggu (7/6/2020), Teguh mengatakan masih berkoordinasi dengan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Kondisi kotak hitam dalam keadaan baik. ”Investigasi ini tak bisa dibatasi limit waktu. Yang jelas sampai ketemu akar permasalahannya,” ujarnya.
Teguh menuturkan, secara keseluruhan ada 12 unit helikopter MI-17 yang dimiliki TNI AD. Namun, selama beberapa waktu terakhir, hanya sembilan yang dioperasikan.
Kecelakaan helikopter MI-17 milik TNI AD terjadi di Kendal saat misi latihan terbang kedua. Saat terbang pertama, helikopter terbang aman. Pada latihan terbang kedua, helikopter terbang dengan materi tactical manuver sekitar pukul 12.35. Helikopter jatuh setelah terbang sekitar 1 jam 5 menit.
Korban meninggal akibat kecelakaan helikopter MI-17 itu kini menjadi lima orang, setelah Lettu (Cpn) Vira Yudha, yang sempat dirawat intensif selama seminggu di RSUP Dr Kariadi, meninggal pada Sabtu (13/6/2020) malam. Sebelumnya, Kapten (Cpn) Kadek, Kapten (Cpn) Fredy Vebyarto Nugroho, Kapten (Cpn) Y Hendro, dan Lettu (Cpn) Wisnu Tia Aruni meninggal setelah kecelakaan.
Insiden itu bukan yang pertama menimpa helikopter MI-17. Pada 9 November 2013, helikopter MI-17 jatuh di Malinau, Kalimantan Utara. Pada 28 Juni 2019, helikopter MI-17 TNI AD juga jatuh di Pegunungan Mandala, Distrik Oksop, Kabupaten Pegunungan Bintang (Kompas, 8/6/2020).
Menurut catatan Kompas, insiden lain yang terkait heli MI-17 ialah pintu helikopter yang lepas sehingga menimpa rumah dan kendaraan warga di Penjaringan, Jakarta Utara, 24 Agustus 2013. Pada Oktober 2013, MI-17 mendarat darurat sekitar 600 meter arah barat Bandara Okbibab, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. Saat itu, heli tiba-tiba hilang kendali.
Fungsi organ
Seusai upacara pemakaman, Teguh menuturkan, Lettu (Cpn) Vira Yudha sempat menunjukkan perkembangan baik saat dirawat intensif di RSUP dr Kariadi Semarang. Namun, dalam dua hari terakhir, ada penurunan fungsi pada paru-paru dan ginjalnya.
”Untuk ginjal, sudah bisa diatasi dengan mesin, tetapi paru ini (terus menurun), hingga tadi malam mengembuskan napas terakhir,” kata Teguh.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat Brigradir Jenderal TNI Nefra Firdaus dalam keterangannya, Minggu, mengatakan, Lettu Vira Yudha ialah perwira lulusan Akademi Militer Magelang tahun 2013. Terakhir, ia menjabat sebagai Perwira Penerbang II Siud Heli Serbu I, Flite Heli B, di Skadron-31/Serbu Penerbad yang bermarkas di Lanumad Ahmad Yani, Semarang.
Teguh menambahkan, tiga korban selamat yang masih dirawat terus menunjukkan perkembangan baik. ”Di RST (Rumah Sakit Tentara) Semarang ada Praka Nanang dan Praka Rofiq. Mereka mengalami patah tulang dan sudah menjalani operasi. Tinggal penyembuhan,” katanya.
Sementara itu, Praka Supriyanto, yang sempat dirawat intensif di RSUP Dr Kariadi, telah dipindah rawat ke RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta. Evakuasi dilakukan pada Kamis (11/6/2020) menggunakan helikopter. Menurut Teguh, saat ini kondisinya juga terus membaik.
Adapun satu korban selamat lainnya, yakni Praka Andi, tidak mengalami luka setelah kejadian. Ia pun telah kembali ke satuannya di Pusdik Penerbad, Semarang.