Sebanyak 75 persen pasien Covid-19 di Sulteng sembuh. Berita gembira itu tetap disertai kewaspadaan dengan mematuhi protokol agar tak terjadi peningkatan kasus di era adaptasi normal baru.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·3 menit baca
PALU, KOMPAS — Pasien yang sembuh dari Covid-19 di Sulawesi Tengah makin banyak, kini mencakup 75 persen dari semua kasus yang terkonfirmasi terjangkit penyakit tersebut. Usaha meningkatkan imunitas pasien selama perawatan menjadi kunci kesembuhan.
Berdasarkan laporan Pusat Data dan Informasi Covid-19 Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, jumlah pasien sembuh per Rabu (17/6/2020) 129 orang atau 75 persen dari total pasien positif yang sebanyak 172 orang. Paling banyak pasien sembuh berada di Kabupaten Buol yang mencapai 50 orang dari 57 pasien positif, lalu Kota Palu 25 orang dari 39 pasien positif.
Sementara itu, kasus kematian mencapai empat pasien atau 2,3 persen dari total kasus. Pasien yang meninggal itu terjadi pada masa awal-awal serangan penyakit menular tersebut di Sulteng.
Kasus konfirmasi positif Covid-19 pertama di Sulteng dilaporkan pada 17 Maret 2020. Setelah itu, tambahan kasus berjalan pelan hingga terjadi peningkatan pesat sepanjang April 2020 dengan kluster utama penularan dari acara Ijtima Gowa, Sulawesi Selatan.
Berdasarkan pengalaman penanganan pasien Covid-19, Direktur RSUD Madani Nirwansyah Parampasi mengatakan, pada prinsipnya, perawatan pasien berfokus pada peningkatan imunitas (kekebalan tubuh). Peningkatan imunitas dilakukan dengan mengonsumsi lima jenis obat dan suplemen (vitamin), seperti chloroquine dan azithromycin.
Obat tersebut bagian dari konsensus untuk perawatan pasien Covid-19. ”Karena penyakit ini sangat bergantung pada daya tahan setiap orang, jadi imunitas itu yang ditingkatkan, dan mereka sembuh,” ujarnya.
Sejauh ini, sudah delapan pasien yang dirawat di RSUD Madani sembuh. Saat ini, rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Sulteng tersebut masih merawat delapan pasien lainnya.
Nirwansyah menyatakan, kebanyakan pasien di rumah sakit tersebut tak memiliki riwayat penyakit bawaan yang gawat. Hal itu menyukseskan usaha peningkatan imunitas melawan virus. Biasanya, pasien dengan penyakit bawaan yang gawat, seperti kanker atau diabetes, cenderung tak berjalan baik peningkatan kekebalannya karena penyakit itu juga menggerogoti daya tahan tubuh pasien.
Selain penanganan medik, lanjut Nirwansyah, kondisi psikologis pasien perlu dijaga. Di rumah sakit tersebut, tenaga medis mengajak para pasien untuk senam. Para pasien juga diberi motivasi agar tak stres memikirkan penyakitnya. Mereka juga sedapat mungkin tak membaca informasi terkait Covid-19 di media sosial. Beban psikologis bisa berpengaruh negatif terhadap imunitas.
Tetap waspada
Meskipun jumlah pasien sembuh di Sulteng terus meningkat dan tambahan kasus harian cenderung tak signifikan, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Sulteng Jumriani Yunus meminta semua pihak tetap waspada. Ini agar tak terjadi peningkatan kasus lagi di tengah euforia adaptasi normal baru.
Kewaspadaan itu dengan tetap mematuhi protokol kesehatan, antara lain sering mencuci tangan, tak berkerumun, mengenakan masker saat keluar rumah, dan menjaga jarak fisik dengan orang lain.
Euforia adaptasi era normal baru tersebut tampak dari makin banyaknya pengendara sepeda motor di jalanan di Kota Palu yang tak memakai masker. Warga juga sudah memadati tempat-tempat wisata, seperti di Kabupaten Sigi, dengan berkerumun, tanpa jarak, dan banyak yang tak mengenakan masker.
Pencegahan penularan kasus Covid-19 di Sulteng secara umum saat ini masih bertumpu pada dua langkah, yakni pelacakan riwayat kontak dari pasien yang positif dan pengawasan pelaku perjalanan. Pelaku perjalanan yang masuk dan keluar Sulteng diwajibkan mengikuti pemeriksaan cepat (rapid test) dan atau tes usap.
Untuk yang bepergian keluar Sulteng, misalnya, jika hasil tes cepat ditemukan indikasi (reaktif), pemeriksaan lanjutan dengan pengambilan sampel usap dilakukan untuk memastikan status orang tersebut. Temuan 16 kasus positif Covid-19 pada dua minggu lalu di Palu terdeteksi dari pemeriksaan untuk pelaku perjalanan tesebut.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Palu Husaema menyatakan, pengawasan pelaku perjalanan menjadi fokus ke depan di tengah melandainya kasus harian dan memasuki era adaptasi normal baru. Ia memastikan pengawasan itu berlaku untuk semua, baik pejabat maupun warga biasa.