Perubahan Prosedur Ringankan Beban Laboratorium di Sulawesi Utara
Antrean panjang sampel usap tenggorokan yang harus diperiksa di Sulawesi Utara diperkirakan segera berkurang. Hal ini seiring rencana penerapan prosedur baru dalam menentukan status kesembuhan pasien.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Antrean panjang sampel usap tenggorokan yang harus diperiksa di Sulawesi Utara diperkirakan segera berkurang. Hal ini seiring rencana penerapan prosedur baru dalam menentukan status kesembuhan pasien tanpa gejala dari Covid-19. Jumlah pasien sembuh pun disebut akan meningkat drastis.
Jumlah kumulatif kasus Covid-19 di Sulut mencapai 854 dengan tambahan satu kasus pada Senin (22/6/2020). Jumlah ini jauh menurun daripada sehari sebelumnya, yaitu 45 kasus baru, yang diumumkan Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sulut, dr Steaven Dandel. Sebanyak 639 pasien masih dirawat, 145 orang sembuh, dan 69 orang meninggal.
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas I Manado dan Balai Badan Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Manado telah memeriksa sekitar 9.000 sampel usap tenggorokan (swab) pasien positif dan terduga Covid-19. Namun, yang telah selesai diperiksa belum mencapai 6.000 sampel.
Adapun lebih dari 2.000 sampel masih menunggu diperiksa, dan sisanya telah dikirim ke laboratorium di Makassar dan Jakarta. Saat ini, pengambilan sampel telah melebihi tiga sampel per 1.000 penduduk Sulut, tetapi jumlah sampel yang diperiksa belum dapat mencapai 1 per 1.000 penduduk per minggu karena kapasitas laboratorium terbatas.
Kendati begitu, Steaven mengatakan, beban laboratorium akan berkurang menjelang penetapan prosedur baru dalam menentukan kesembuhan pasien. Kementerian Kesehatan mewacanakannya sesuai rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Menurut rencana, pasien dengan gejala ringan dapat dinyatakan sembuh setelah diisolasi selama 10 hari ditambah tiga hari setelah gejala hilang tanpa harus dua kali mendapat hasil negatif dari tes swab. Sementara itu, pasien positif Covid-19 yang tidak bergejala sama sekali akan diisolasi selama 10 hari saja sebelum dinyatakan sembuh tanpa tes swab.
Jika prosedur ini dijalankan, angka kesembuhan di Sulut akan meningkat drastis sekali.
Selama ini, pasien dapat dinyatakan sembuh jika hasil tes usap dengan metode reaksi rantai polimerase (PCR) dua kali berturut menunjukkan hasil negatif. Hal ini pula yang menciptakan antrean sampel di dua laboratorium.
”Jika prosedur ini dijalankan, angka kesembuhan di Sulut akan meningkat drastis sekali. Menurut data kami, kurang lebih 60 persen kasus positif adalah pasien yang berstatus orang tanpa gejala. Kapasitas relatif rumah singgah untuk isolasi serta ruang isolasi di rumah-rumah sakit pasti akan meningkat juga,” tutur Steaven.
Saat ini, Sulut memiliki sekitar 500 tempat tidur di ruang isolasi rumah sakit rujukan Covid-19. Namun, sebagian besar pasien tidak perlu dirawat di rumah sakit karena gejalanya tidak parah atau bahkan tak bergejala. Selain di rumah, pasien-pasien tersebut bisa mengarantina diri di beberapa rumah singgah yang disediakan pemprov.
Ada tiga rumah singgah yang digunakan menampung pasien positif Covid-19 dan orang dalam pemantauan (ODP) di Sulut. Balai Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia di Minahasa Utara berkapasitas 100 orang serta Balai Pelatihan Kesehatan Manado berkapasitas 270 orang. Hanya 61 pasien yang kini menggunakannya, termasuk pasien positif Covid-19.
Terkait hal itu, Kepala Biro Pemerintahan dan Otonomi Daerah Sulut Jemmy Kumendong mengatakan, pemprov telah menggelontorkan banyak dana untuk mengatasi Covid-19. Dari total Rp 191,5 miliar, Rp 96 miliar digunakan untuk mengatasi dampak kesehatan, termasuk menyediakan rumah singgah.
”Ada pengorbanan-pengorbanan yang harus dilakukan pemda. Kami minta pemerintah kabupaten/kota untuk merealokasi anggaran, termasuk untuk menyediakan rumah singgah di daerah masing-masing,” katanya.
Saat ini, Manado mendominasi kasus Covid-19 di Sulut dengan 592 dari 854 kasus. Pemerintah Kota Manado pun menyediakan rumah singgah untuk karantina, salah satunya di Asrama Haji Manado dengan kapasitas 100 orang.
Laboratorium swasta
Dari 45 kasus baru yang diumumkan pada Minggu (21/6/2020), 17 di antaranya merupakan kontribusi dua laboratorium swasta yang membuka layanan tes usap berbayar. Kasus-kasus tersebut sebenarnya sudah terdeteksi kira-kira dua pekan lalu, tetapi belum dimasukkan dalam basis data gugus tugas Covid-19 pusat sehingga harus direkapitulasi gugus tugas provinsi.
”Dua laboratorium swasta ini tidak terkoneksi langsung dengan (basis data) gugus tugas Covid-19 pusat karena tidak punya akun all-records. Kami harus menginvestigasi terlebih dahulu karena sampel-sampel yang mereka ambil diuji di laboratorium pusat mereka di Jakarta dan Tangerang. Semua pasien positif sudah diisolasi,” kata Steaven.
Steaven berharap kedua laboratorium swasta tersebut bisa mendapatkan akses ke basis data gugus tugas sehingga keterlambatan pelaporan dapat diatasi. ”Tetapi, kami akan tetap mengumpulkan data selagi mereka belum terintegrasi dalam sistem pelaporan,” kata Steaven.
Data Gugus Tugas Covid-19 Sulut, sejak 20 Mei hingga 18 Juni, dua laboratorium swasta tersebut telah menguji 385 sampel usap dengan hasil 235 negatif dan 93 positif. Sebagian yang positif adalah pasien-pasien yang sebelumnya telah diumumkan positif.
Salah satu laboratorium swasta yang menguji sampel dari Sulut dimiliki oleh Rumah Sakit Siloam Manado. Ditemui pekan lalu, kepala divisi bisnis rumah sakit tersebut, Felicia Valentine, mengatakan, sekitar 700 sampel usap telah diambil dan dikirim ke Jakarta untuk diuji.
RS Siloam Manado bahkan membuka layanan ambil sampel usap dari mobil (drive through). ”Kami mendukung pemerintah dalam meningkatkan kapasitas pemeriksaan RT PCR (reverse transcription polymerase chain reaction) dengan kapasitas mesin 752 sampel per hari,” kata Felicia.