Gunakan Aplikasi Ini Sebelum Berwisata di Banyuwangi
Bila berwisata ke Banyuwangi, pastikan mengunduh aplikasi Banyuwangi Tourism. Melalui aplikasi itu, wisatawan mendapat informasi apakah destinasi yang akan dituju telah terverifikasi protokol kesehatan, atau belum.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·4 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Bila ingin berwisata ke Banyuwangi, Jawa Timur, pastikan Anda mengunduh aplikasi Banyuwangi Tourism. Melalui aplikasi itu, wisatawan tidak hanya bakal mendapatkan informasi tentang destinasi wisata. Mereka juga akan mendapat informasi apakah destinasi tujuan wisata telah terverifikasi protokol kesehatan atau belum.
Aplikasi Banyuwangi Tourism ini menyajikan fitur informasi mengenai destinasi wisata, agenda festival, restoran, dan pedagang kaki lima. Aplikasi tersebut dapat diunduh gratis di Google Playstore.
”Melalui aplikasi ini, kami ingin memudahkan wisatawan mencari destinasi wisata, hotel, homestay, kafe, serta warung yang sehat dan telah menerapkan protokol kesehatan khusus Covid-19. Pasar yang menentukan. Destinasi yang sehat dan menerapkan protokol kesehatan yang akan dipilih wisatawan,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Selasa (23/6/2020).
Setiap membuka daftar tempat wisata, restoran, atau pedagang kaki lima (PKL), pengguna juga dapat langsung melihat apakah lokasi tersebut lolos verifikasi protokol kesehatan normal baru. Restoran dan warung PKL yang terdaftar di dalam aplikasi Banyuwangi Tourism semuanya telah mengantongi sertifikat lolos verifikasi protokol kesehatan.
Akan tetapi, bila membuka fitur destinasi wisata, belum semua tempat wisata di Banyuwangi mengantongi sertifikat itu. Beberapa tempat wisata yang sudah mengantongi sertifikat kesehatan, antara lain, Pantai Boom, Agrowisata Taman Suruh, Taman Gandrung Terakota, Grand Watu Dodol, dan Bangsring Underwater.
Bila memilih destinasi wisata yang belum terverifikasi, pengguna aplikasi tidak dapat membeli tiket masuk secara daring. Namun, bila memilih destinasi wisata yang sudah terverifikasi, pengunjung bisa memilih jam kunjungan selagi kuota pengunjung masih tersedia.
Guna mengurangi kepadatan pengunjung pada satu waktu, jam kunjungan dibagi tiga kelompok waktu dengan kuota tertentu. Wisata ke Bangsring Underwater, misalnya, tersedia pukul 08.00-11.00, pukul 11.000-14.00, dan pukul 14.00-17.00. Setiap kelompok waktu dibatasi hanya untuk 500 orang.
Pengelola Bangsring Underwater, Ikhwan Arief mengatakan, batasan waktu dan kuota pengunjung memang sudah menjadi kesepakatan antara pengelola tempat wisata dan pemerintah daerah. Semula ditetapkan kuota pengunjung 50 persen dari kapasitas maksimal. Namun, penetapan kuotanya dibuat menjadi lebih kecil untuk mendukung jaminan kesehatan pengunjung.
”Kapasitas kami bisa mencapai 3.000 orang. Sebanyak 50 persennya berarti 1.500 orang. Namun, jumlah tersebut kami rasa masih terlalu besar. Karena pertimbangan kehati-hatian, kami hanya menyediakan kuota 500 orang,” ujarnya.
Aplikasi yang dikembangkan dinas kebudayaan dan pariwisata Banyuwangi tersebut juga menyediakan fitur informasi mengenai Covid-19. Sayangnya, informasi yang disediakan belum diperbarui. Hingga Selasa pukul 13.00, fitur tersebut menayangkan data pasien positif di Banyuwangi 15 orang, 7 sembuh, dan 1 meninggal. Padahal data dinas kesehatan setempat menyebut kasus kumulatif Covid-19 di Banyuwangi sudah mencapai 26 kasus pada Senin.
Aplikasi ini disebut bakal menyediakan informasi mengenai hotel dan homestay yang terverifikasi sehat. Namun, hingga kini, belum ada fitur yang menampilkan informasi itu.
Verifikasi
Kepala Disbudpar Banyuwangi Yanuarto Bramuda menambahkan, label terverifikasi sehat dalam aplikasi tersebut menunjukkan destinasi wisata menerapkan protokol kesehatan. Proses verifikasi, menurut dia, dilakukan ketat oleh tim gugus tugas penanggulangan Covid-19, dinkes, dan dispbudar.
Bram mengatakan, ada puluhan destinasi, hotel, homestay, kafe, restoran, dan warung rakyat yang telah mendapat sertifikasi kesehatan dan disajikan di aplikasi Banyuwangi Tourism tersebut. ”Kami berharap jumlahnya terus bertambah, karena itu juga menunjukkan peningkatan higienitas pelaku pariwisata,” ujarnya.
Kami berharap jumlahnya terus bertambah, karena itu juga menunjukkan peningkatan higienitas pelaku pariwisata.
Kepala Dinkes Banyuwangi dr Widji Lestariono mengatakan, seluruh aspek, meliputi destinasi wisata, transportasi, pelayanan publik, dan hotel restoran, sedang dalam masa verifikasi untuk persiapan era normal baru. Destinasi wisata yang belum lolos verifikasi belum diperkenankan memungut retribusi.
Destinasi wisata diizinkan beroperasi dan memungut retribusi bila sudah mengantongi sertifikat ”New Normal” dan diberi stiker ”New Normal”. Sertifikat dan stiker tersebut menjadi penanda bahwa seluruh layanan di destinasi tersebut telah memenuhi syarat dan bisa beroperasi.
Sertifikat tersebut, lanjut Widji, menjadi jaminan bagi tamu dan pelanggan. Tamu bisa memilih restoran, destinasi, atau hotel yang sudah menyediakan layanan dengan protokol kesehatan.
”Saat ini memang ada restoran yang buka, tapi tidak punya sertifikat. Kalau kondisi seperti itu, biarkan pasar yang menilai. Berarti tempat itu tidak memberikan jaminan kesehatan,” tutur Widji.
Bila ditemukan ada protokol kesehatan yang diabaikan, pihaknya akan mencabut sertifikat normal baru tersebut. Dengan demikian, pasar yang akan memberikan penilaian tentang standar protokol kesehatan yang diterapkan.
Widji mengakui, bila nantinya seluruh akses destinasi wisata dibuka, dibutuhkan kesiapsiagaan ekstra. Namun, pihaknya siap bila terjadi lonjakan kasus setelah dibukanya sejumlah destinasi wisata.
”Ada 45 puskesmas dan 13 rumah sakit yang bersiaga. Ada enam rumah sakit rujukan khusus Covid-19, masing-masing punya sekitar 50 tempat tidur. Kami juga sudah memberikan pelatihan menghadapi kondisi gawat darurat kepada pengelola destinasi wisata, hotel, dan pemandu wisata,” ujarnya.