Harimau Sumatera Diduga Mati Usai Memangsa Kambing di Aceh
Seekor harimau sumatera (”panthera tigris sumatrae”) ditemukan mati di perkebunan warga di Kecamatan Trumon, Aceh Selatan. Harimau itu diduga mati setelah memangsa enam ekor kambing.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
TAPAKTUAN, KOMPAS — Seekor harimau sumatera (panthera tigris sumatrae) ditemukan mati di perkebunan warga di Kecamatan Trumon, Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh. Satwa lindung berjuluk ”raja hutan” itu mati diduga setelah memangsa enam ekor kambing.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Agus Arianto, Senin (29/6/2020), menuturkan, bangkai harimau betina itu ditemukan pada Minggu (28/6/2020) oleh tim patroli seksi konservasi wilayah dua (Aceh bagian barat). Agus merahasiakan lokasi penemuan bangkai harimau, sebab bisa menjadi pentunjuk bagi pelaku perdagangan satwa lindung untuk memburu harimau. Bangkai harimau itu tergeletak tidak jauh dari enam ekor bangkai kambing yang tidak lagi utuh.
Agus menuturkan, pihaknya belum bisa menyimpulkan apa penyebab kematian satwa yang nyaris punah itu. Tim dokter telah dikerahkan ke lokasi penemuan bangkai harimau untuk melakukan neokropsi dan mengambil sampel organ untuk diperiksa di laboratorium. ”Kami masih menyelidiki penyebab kematian harimau tersebut,” kata Agus.
Meski demikian, sebelum penemuan bangkai harimau itu, tim BKSDA Aceh mendapatkan aduan dari warga terkait adanya ternak warga yang dimangsa harimau.
Konflik harimau dengan manusia di Aceh Selatan dan Subulussalam memang eskalasinya meningkat. Sebelumnya, dua ekor harimau terpaksa direlokasi ke dalam Taman Nasional Gunung Leuser untuk menjamin keberlangsungan hidup.
Harimau sumatera adalah salah satu jenis satwa lindung yang keberadaannya masuk kategori sangat kritis. Keberlangsungan hidup harimau di Sumatera terancam karena perburuan untuk diperdagangkan dan kerusakan habitat karena alih fungsi lahan.
Sebelumnya, pekan lalu, seekor harimau juga ditemukan mati di Desa Rantau Panjang, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Harimau itu diduga diracun karena menyerang ternak dan meresahkan warga (Kompas.id, Minggu (21/6/2020).
Data dari BKSDA Aceh menunjukkan, populasi harimau di Aceh diperkirakan ada 197 ekor. Populasi terbanyak berada di Kawasan Ekosistem Leuser dan Ulu Masen. Namun, data tersebut belum diperbarui sejak tahun 2000-an.
BKSDA Aceh juga mencatat, sejak 2007 hingga 2019 konflik harimau dengan manusia terjadi sebanyak 98 kali. Kawasan yang paling sering berkonflik adalah kabupaten Aceh Selatan. Sembilan warga tewas dan puluhan ternak mati diterkam harimau. Sementara enam harimau mati karena terkena jerat.
Sembilan warga tewas dan puluhan ternak mati diterkam harimau.
Pada Rabu, 17 Juni 2020, Kepolisian Daerah Aceh juga menangkap empat tersangka penjual kulit dan tulang harimau di Aceh Timur. Namun, polisi belum berhasil membongkar jaringan perdagangan satwa itu.
Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh Muhammad Daud menuturkan, degradasi hutan memicu konflik satwa. Tutupan hutan berkurang karena ada aktivitas pembalakan liar dan perambahan dalam kawasan.
”Kami mengakui masih ada kegiatan merusak hutan, tetapi kami berupaya mencegah dengan melakukan patroli dan menindak secara hukum,” kata Daud.
Daud mengatakan, saat ini sebagian besar satwa lindung berada di luar kawasan hutan. Dampaknya, intensitas konflik dengan manusia semakin tinggi. Pemerintah sedang menggodok kawasan ekosistem esensial yang diperuntukkan bagi habitat satwa.